Kami
memulai hari dengan bangun pukul 4 subuh lalu antri untuk mandi. Hari ini kami
berencana berangkat lebih pagi, untuk menghindari macet. Hari ini pula kami
tidak memesan gocar melalui aplikasi, tapi minta dijemput oleh Dwika si pemilik
gocar yang mengangkut kami saat hari pertama kami tiba di Bandung. Perjalanan
yang sepagi itu ternyata tidak bisa menghindarkan kami dari macetnya kota
Bandung, meski berangkatnya pukul 7 kurang, kami tetap sampai di lokasi
kegiatan pukul 08 lewat. Kami pun langsung registrasi lagi di meja registrasi
yang telah disediakan. Lalu memilih ruangan yang ingin kami masuki, saat kami tiba
di lokasi presentasi session pertama sudah dimulai, dan dibagi dalam beberapa
ruangan. Orchid 1, 2 dan 3. Jadi kami bebas memilih ruangan yang ingin kami
masuki dengan tema yang kami ingin dengarkan. Dipilihlah orchid 2 sebagai
tempat berlabuh kami, berhubung diruangan tersebut 5 dari 7 rombongan kami akan
presentasi disitu. Ada beberapa peserta yang berhalangan hadir, sehingga
beberapa peserta maju presentasi lebih awal dari jadwal yang sudah dibagikan.
Tapi tidak menjadi masalah yang begitu berarti bagi kami, karena sudah
mempersiapkan dari beberapa hari sebelumnya.
Hingga
pukul 10, yang artinya setengah jam lagi giliran saya untuk presentasi. Saya
pamit untuk pindah ke orchid 3, ruangan yang akan menjadi tempat saya
presentasi. Rasa gemetar, gugup, tidak percaya diri, mules mulai menghampiri
saya. Apalagi melihat para presenter membawakan materi dengan bahasa Inggris
full, saya tidak begitu siap dan tidak latihan dengan baik menggunakan Bahasa
Inggris, alhasil saat saya presentasi saya tampil apa adanya dengan mengerahkan
kemampuan maksimal saya yang bulepotan. Semua audience memperhatikan dengan
saksama, entah karena tidak ada pilihan lain selain memperhatikan saya
mempresentasi atau memang mereka mengerti apa yang saya bicarakan. Oh iya,
karena menyangka presentasi bisa mix antara bahasa Indonesia dan Inggris jadi
file presentasi saya hanya berupa poin-poin, tapi ternyata sangkaan saya
keliru. Untungnya saya sedikit banyak telah menguasai materi tersebut dalam
bahasa Indonesia, jadi presentasinya sambil mikir dan menerjemahkan dalam waktu
yang bersamaan. Tampak wajah teman-teman saya yang memperhatikan dengan tegang
dan sesekali mengambil gambar, mereka mungkin khawatir jika saya benar-benar
stuck dan malu-maluin. Hahahah, tenang aja guys kita memang sudah terbiasa
untuk saling malu-maluin satu sama lain. Hahahaha. Di barisan paling depan
nampak seorang bapak paruh baya yang memperhatikan saya presentasi dengan
begitu serius sambil sesekali mencatat. Saat 10 menit telah berlalu, waktu
presentasi saya telah selesai dan dibukalah sesi Tanya jawab, 1 menit menunggu
pertanyaan dan tidak ada satupun yang melontarkan pertanyaan dan berakhirlah waktu
saya. Moderator mempersilahkan saya duduk dan digantikan dengan presenter yang
lain. Alhamdulillah ada kelegaan saat presentasi telah berakhir, meskipun bocor
sana sini presentasinya setidaknya saya telah melakukan yang terbaik versi
saya.
Setelah
saya presentasi, saya dan beberapa teman pun pindah ke orchid 2 dan melihat Ana
yang sementara presentasi. Beberapa menit kemudian moderator mengingatkan 10
menit waktu presentasi telah berakhir, 5 menit yang tersisa mau digunakan untuk
Tanya jawab atau lanjut presentasi, dan Ana memilih untuk lanjut presentasi.
Tak terasa waktu berallu begitu cepat, Ana telah selesai presentasi dan tibalah
waktu untuk istirahat. Ana yang terbiasa sarapan dan sedari pagi tidak makan
apapun dan telah bercampur dengan rasa gugup dan tegang sebelum presentasi tadi
membuat maagnya kambuh. Kami semua duduk di depan mushollah menunggui Ana yang
sedang sakit.
Tiba-tiba
melintas bapak yang duduk dibarisan paling depan saat saya presentasi, bapak
tersebut menyatakan apresiasinya “ibu, tadi saya tidak mengerti bahasa yang ibu
bawakan, tapi saya begitu tertarik dengan tema yang ibu bahas, sangat menarik dan
pembagiannya bagus, ibu dari UGM ya? Bagus tuh, Universitas terbaik”. Saya
hanya menjawab iya dan memberikan senyum terbaikku. Ada rasa haru yang muncul
dari dalam jiwa, ternyata sesuatu yang saya anggap biasa-biasa saja, bahkan
yang saya anggap meaningless ternyata
menarik dan berarti bagi orang lain. Dari hal ini saya belajar untuk menghargai
sekecil apapun itu, karena dari hal kecil tersebut ada usaha yang begitu besar,
jadi tak perlu mengkerdilkan diri hanya karena kita merasa bahwa kita tidak
berharga. Bukan hak kita untuk menilai, biarkan penilaian menjadi urusan orang
lain. Terus saya lanjut berfikir, saat bapak tersebut menyebutkan nama kampus
saya, tidak bisa dipungkiri bahwa nama besar kampus akan mendompleng penilaian
orang lain terhadap diri kita. Siapa yang bilang nama kampus tidak berpengaruh,
siapa yang bilang nilai tidak penting? Keliru ketika kita berfikir itu tidak
penting dan berpengaruh, buktinya orang-orang akan melihat sesuatu dari brand. Baru setelah itu kualitas diri
menyusul untuk diperhitungkan.
Sore
itupun berakhir dengan penutupan oleh bapak Dadang selaku kepala Balai Bahasa
Jawa Barat, ada satu pesan yang saya ingat benar. Pak Dadang berpesan
bahwasanya ketika nanti kita menikah dengan seseorang yang berbeda suku, bahasa
yang akan diajarkan sama anak harus sudah disepakati sebelum ijab dikabulkan,
jangan sampai karena tidak adanya kesepakatan tersebut hingga nantinya kita
memilih untuk mengajarkan bahasa Indonesia sebagai bahasa Ibu kepada anak-anak
kita, karena hal tersebut yang akan menjadi salah satu faktor punahnya bahasa,
yakni penuturnya yang berkurang hingga yang tidak memiliki penutur lagi, dan
perkawinan antar suku adalah salah satu faktor yang akan menjadikan hal itu
terjadi.
Saat
sesi terakhir itu ada dua orang penyusup, Oky dan Ghery. Oky adalah teman
komunitas saya di Makassar yang saat ini sedang kuliah di ITB dan menjadi
travel guide kami selama beberapa hari di Bandung, Ghery adalah teman saya saat
PK di Wisma Hijau, saat ini dia sedang menempuh pendidikan di UPI Bandung.
Mereka berdua datang ke hotel untuk menemui saya dan teman-teman. Ada rasa
syukur dan bahagia karena memiliki banyak teman-teman di mana-mana.
Kami
ber-9 lalu ke Alun-alun, rencana ingin foto-foto. Berhubung beberapa orang dari
kami baru pertama kali datang ke Bandung. Jelas kami terbagi dalam dua mobil,
karena tidak akan mungkin cukup ber-9 dalam satu mobil. Hahaha, akhirnya
terpisahlah sekat antara akhi dan ukhti. Kami tiba di alun-alun sekitar
setengah jam kemudian, kami memutuskan untuk jalan ke Asia-Afrika dulu sembari
berfoto ria, dan rencana sholat maghrib di Mesjid Raya. Langit kota bandung
begitu gelap, menemani perjalanan kami.
Ana
yang tadi di hotel tidak makan meminta untuk kami mencari makan dulu sebelum
melanjutkan jalan-jalan, Ghery mengajak kami untuk mencari makan di Braga,
teman-teman meminta untuk ke warung makan yang murah dan enak. Kami pun larut
dalam perjalanan dan canda tawa, sesekali mencari warung makan yang kemungkinan
murah. Maklum saja, mahasiswa Jogja yang main ke Bandung terkaget-kaget dengan
harga yang lumayan mahal bagi kami.
Dipilihlah
salah satu warung makan yang ada diperempatan jalan Braga, tempat di depan bank
BJB. Saya ditugaskan untuk mengecek harga dulu sebelum kami memutuskan untuk
makan di sana, saat saya melihat daftar menu dan makanan yang lumayan ekonomis,
saya pun memberikan kode kepada teman-teman yang masih berada diseberang jalan
untuk mengikuti saya masuk ke warung tersebut. Tawa kami pecah, ada-ada saja
kelakuan koplak kami yang memalukan. Kami pun diberikan petunjuk untuk menuju
ke lantai 3, tempatnya sepi, luas dan nyaman. Sembari menunggu makanan kami
bermain undercover. Ghery dan Oky pun sudah terlibat keakraban dengan
teman-teman saya yang lain, Ghery pun nyeletuk “anak-anak UGM hemat-hemat ya”, mendengar
celetukan tersebut, teman-teman saya tertawa. Bukan hemat sih, tapi kaget
dengan harga yang melambung tinggi, berbeda sekali antara harga di Jogja dan
Bandung, jadi kami mencari yang paling ekonomis.
Hujan
pun turun dengan begitu derasnya, rencana kami untuk sholat di masjid Raya
akhrinya tertunda. Hujan tak kunjung berhenti hingga waktu menunjukkan pukul
20:00, makanan sudah habis, kami pun sudah mulai bosan bermain undercover, jadi
kami memutuskan untuk pulang saja dan merencanakan ulang sholat di masjid Raya
keesokan harinya. Kami dijemput lagi sama Dwika, supir gocar yang mengantar
kami tadi pagi. Pukul 20:00 lebih beberapa menit kami meninggalkan warung
tersebut dan melanjutkan perjalanan balik ke asrama, sedang Oky dan Ghery juga
memesan gojek untuk balik ke kediaman masing-masing. Kami menutup hari tersebut
dengan perasaan lega dan bahagia, telah menyelesaikan tanggungjawab dan
mengakhirinya dengan makan bersama.
14 Februari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar