Ceritanya,
saya dan dosen pembimbing janjian untuk ketemu mengambil revisi pada hari
selasa. Saat hari selasa tiba, saya ke kampus tapi tidak ke ruangan beliau. Saya
agak sungkan menghubungi karena saya tau beberapa hari belakangan ibu sangat
sibuk mengurus akreditasi kampus. Meskipun sebenarnya, hari senin saya sempat
ketemu beliau untuk meminta tanda tangan berkas, dan beliau pun ingat kalau
esok selasa kami janji untuk bertemu.
Hari
ini, kamis. Pagi-pagi saya mengirimkan pesan singkat kepada beliau, yang berisi
salam. Lalu ibu membalas. Kartini,
kemarin selasa kita janjian ketemu kan? Kenapa tidak datang.
Makjleb.
Saya tidak menghubungi beliau karena takut mengganggu, saya pun sebenarnya berharap
beliau yang mengirimi pesan jika draftnya sudah selesai dikoreksi. Namun ternyata
kami sama-sama saling menunggu tanpa saling tahu. Di sinilah saya kembali
disentil, bahwa komunikasi itu sangatlah penting. Kita tidak akan pernah tau
kalau kita tidak bertanya. Prasangka hanyalah akan membawa kepada asumsi-asumsi
yang belum tentu benar adanya. Kejadian ini pula menyadarkan saya bagaimana
rasa sungkan dan tidak enak itu bisa menjadi sebuah masalah.
Jadi
pelajaran yang bisa dipetik, segala sesuatu harus bisa dikomunikasikan dengan
baik, apapun itu. Jangan hanya berputar pada prasangka-prasangka yang belum
tentu benar adanya. Rasa tidak enak tidak akan membuat sesuatu menjadi lebih
baik.
Perpustakaan,
14 Maret 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar