Kamis, 12 Oktober 2017

Tragedi!



Ini kisah di salah satu kampus ternama, kampus yang ketika menyebutnya pasti semua orang akan tahu, saking terkenalnya. Sayangnya, dikampus ini tidak semua fakultas memiliki parkiran. Dan dari sini, cerita ini berawal.

Kampus ini memiliki satu tempar parkir pusat, dimana semua motor dari beberapa fakultas harusnya parkir disitu. Namanya lembah. Bukan lembah yang dikaki gunung itu ya. Bukan! Ini lembah tempat parkiran motor.

Lembah satu-satunya tempat parkir resmi bagi para mahasiswa. Selain lembah, ada dua tempat parkir illegal, yakni di Maskam dan GSP (diselipan mobil-mobil yang parkir). Saya menguji nyali hampir dua minggu, parkir di daerah terlarang yakni di maskam. Ini untuk menghemat tenaga agar bisa sampai di ruang kelas dengan waktu yang lebih cepat. Kalau parkir di lembah berjarak sekitar 350 meter dari ruang kelas, di maskam cuman 100 meter. Jadi saya memilih untuk parkir di daerah terlarang.

Berkali-kali teman menegur untuk tidak parkir di maskam, berhubung sudah banyak kasus ban motor dikempesin karena tetap memilih parkir di daerah terlarang itu. Dan emang dasar karena ngeyel, saya tidak pernah mengindahkan teguran teman yang melarang saya parkir di maskam. Buktinya sudah satu minggu lebih, motorku masih baik-baik saja. Bannya masih aman-aman saja. Hingga satu hari, setelah teman-teman sudah pada pulang saya mendapat kejutan.

Mitos dan issue tentang pengempesan ban motor pun terbukti adanya. Saya mengalaminya! Benar-benar mengalami. Hingga rasanya mau nangis dan tertawa diwaktu bersamaan, mau nangis karena malu dan kesel, dan mau tertawa karena mendapatkan masalah dari karena ngeyel. Agar kemaluannya tidak terus berlanjut. Saya memutuskan mengendarai motor untuk segera mencari tempat tambah angin. Dengan pedenya, saya menyambangi tukang parkir yang terduga dengan sangat jelas telah menjadi tersangka pengempesan terhadap ban motorku.

Sebelum nanya, saya masih berbaik hati untuk masukkan uang infaq parkir, meskipun dalam hati sudah kesel setengah mampus. Kemudian lanjut nanya, “pak tambah angin sini mana ya pak”?, Daerah jakal banyak tuh mbak”, jawab si bapak. What the hell pak, ini ban motor udah kempes kayak gini malah disuruh ke Jakal yang jauhnya pake begete. Huhuhu

Kalau di pom bensin ada gak pak tambah angin, tanyaku kembali. Ada kok mbak, tambal ban juga ada disana. Jawab si bapak. “Baik pak, terima kasih”. Memasang muka baik sekaligus senyum termanis kepada si bapak tukang parkir, padahal didalem hati udah dongkol banget. 

Masih dalam keadaan dongkol setengah malu, motornya saya kendarai menuju pom bensin dengan jalur cepat. Dan ternyata sialnya lagi, jalur cepat itu ditutup. Artinya harus muter melalui pintu satunya lagi yang jauhnya naudzubillah, dalam kondisi ban motor kemps pes pes. Tapi mau gimana lagi, tak ada jalan lain selain mutar. Akhirnya saya mutar dan sampai di pom bensin. Ban motor aman, hatipun senang kembali menuju kostan. Sambil senyum-senyum mengingat hasil dari pembuktian isu pengempesan ban motor, ternyata itu benar adanya. Bukan hanya sekedar hoax. Jadi yang niat ngeyel untuk parkir di daerah terlarang, siap-siap aja tunggu tanggal mainnya, drama pengempesan ban motor. 

Nah, Maskam menjadi daerah terlarang bagi para mahasiswa yang mau kuliah untuk parkir, alasannya begitu rasional. Kalau semua mahasiswa dari beberapa fakultas yang dekat dari maskam, memilih untuk parkir disitu, maka ada kemungkinan jamaah yang mau sholat nantinya tidak mendapat tempat untuk parkir. Makanya tempat parkir maskam menjadi tempat parkir terlarang!

Ceritanya berlanjut, ternyata dramanya tidak hanya berhenti sampai pengempesan ban motor. Tapi bocor coyyyy, entah itu dibocorin oleh tukang parkir maskam, atau mungkin bocor karena motornya dikendarai dalam keadaan kempes, dengan jarak tempuh lebih dari satu kilo dalam kontur jalanan yang bukan aspal. Awalnya sempat dongkol dan mengumpat. Tapi keesokan harinya saat motor dibawa ke tambal ban, fakta membuktikan kalau ban bocor bukan karena paku, tapi karena sebuah besi kecil yang kira-kiara berukuran 3-5 cm tertancap di ban. Kalau itu hal disengaja, kayaknya gak mungkin. Karena besinya terlalu kecil. Kemungkinan bocornya karena ban terkena besi kecil ketika perjalanan dari maskam menuju pom bensin.


Semenjak kejadian hari yang begitu indah, sampai saat ini saya tidak lagi menguji nyali untuk parkir di daerah terlarang. Sekarang sudah tobat, gak tau besok! Hahaha. Setidaknya saya sudah puas dengan fakta yang saya buktikan sendiri, ternyata pengempesan ban motor itu benar adanya, bukan isu, gossip atau hoax. Jadi berhati-hati buat yang suka ngeyel. Ntar kualat. Mungkin tidak hanya dikempesin, bisa jadi ban motornya digantung Hahaha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...