Minggu, 15 Oktober 2017

Bijak dalam fikiran, perkataan, dan perbuatan


Foto dari google

Bijak sejak dalam fikiran. 

Kebanyakan kita pasti pernah mendapat sebuah masalah. Namun, respon setiap orang berbeda-beda menanggapi setiap masalah. Masalah identik dengan curhatan, kadang ketika kita memiliki masalah, kita selalu butuh orang lain untuk menjadi tempat keluh kesah kita atas berbagai masalah yang kita hadapi. Namun, harus hati-hati dan selektif untuk mencari teman berbagi cerita. Karena dalam kondisi “bermasalah” kita terkadang mengeluarkan pernyataan yang diluar control kita, dimana pernyataan itu seringkali berupa kalimat yang harusnya tidak “pantas” untuk diceritakan. Hal yang perlu kita waspadai adalah pernyataan yang kita lontarkan jangan sampai menjadi boomerang bagi kita sendiri di kemudian hari.

Pendengar yang menjadi tempat curhat kita bukan recorder yang merekam secara detail apa yang kita ucapkan. Ketika kalimat demi kalimat yang telah kita curhatkan nyatanya diteruskan kepada orang lain, atau lebih tepatnya disampaikan kepada mitra masalah kita kemungkinan malah akan menjadi sebuah masalah yang besar. Karena kata yang disampaikan melalui perantara kadang ada yang kurang atau bahkan dilebihkan, sehingga menimbulkan multitafsir bagi penerima kata-kata tersebut. Alhasil, masalah yang sejak awal bukan hal yang besar, akhirnya bisa menjadi masalah yang besar dan bahkan membuat kita bersiteru.

Bijak dalam berfikir, berkata dan bertindak. Ketika emosi, lebih baik untuk mengambil waktu menenangkan diri. Karena kebanyakan ketika bercerita dengan orang lain, kita condong menceritakan sesuatu seolah-olah kita berada diposisi yang begitu terpojokkan, dan kita cenderung menginginkan pembelaan dan pembenaran. Kita kadang tidak menceritakan kronologisnya secara lengkap agar kita bisa dianggap diposisi yang benar. Dalam situasi seperti itu, tak jarang pendengar curhatan kita (yang mungkin merasa senasib) bukannya malah memberi solusi, malah terkesan mengompori. Hasilnya sudah bisa ditebak, hubungan yang awalnya baik-baik saja menjadi panas dan berantakan. Jadi, selektif dalam mencari pendengar dan menceritakan sesuatu.

Tak selamanya merasa dibela dan dibenarkan itu baik.
Justru lebih baik dikritisi agar kita bisa introspeksi diri, dibanding kita terus-terusan diatas awan pembelaan dan pembenaran.

Bijak sejak dalam fikiran, perkataan dan perbuatan

#selfreminder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...