Selasa, 24 Oktober 2017
Penjual buku amatiran
Awalnya tak pernah tertarik untuk jualan buku, alasannya klasik. Untungnya dikit. Paling cuman 3.000-10.000 satu buku. Terus mikir-mikir lagi, bisa laku berapa buku sih dalam seminggu. Mending jualan pakaian, sepatu dan tas aja, yang untungnya lumayan untuk satu kali makan (ya elah manusia, mikirnya cuman bagian perut aje).
Suatu hari, saya tergerak untuk mengenalkan salah satu teman kelasku ke temanku yang distributor buku. Alasannya realistis. Temanku mau mencari uang tambahan agar bisa menambah uang jajan. Dia adalah orang akademisi, mau kerja ya di bidang yang berbau akademik, dan sama sekali tidak mengerti dunia perdagangan. Namun tugas kampus kami yang lumayan banyak, serta jadwal kuliah yang tak menentu cukup menyulitkan untuk mendaftar di salah satu bimbingan belajar untuk menjadi tentor.
Saya lantas kefikiran untuk mengajaknya berdagang, waktunya fleksibel dan tidak mengganggu kuliah. Agar passionnya tidak terlalu jauh dengan tawaran kerjaan yang kuberikan, akhirnya saya mengajaknya bertemu dengan temanku yang penjual buku.
Setelah pertemuan itu, dia masih bingung bagaimana caranya untuk jualan. Terang saja, dia selama ini fokus ke bidang akademik, bukan dalam bidang perdagangan. Saya pun memutuskan untuk membuat project bersama dengannya. Agar kita bisa sama-sama belajar berjualan. Kita membagi tugas untuk jualan. Dan saya pun terlibat dalam proses jualan buku yang sebelumnya tak begitu menarik.
Niatku kuluruskan, semua kulakukan untuk mencari berkah. Menebar virus literasi. Kalaupun ada untung Alhamdulillah itu bonus. Kalau gak dapat untung ya Alhamdulillah juga, kita sudah bisa memudahkan orang-orang untuk mencari buku yang diinginkan tanpa harus keliling ke toko buku.
Waktu berlalu beberapa hari. Saya dan temanku gencar memasarkan barang jualan (Read: Buku) di Sosmed kita masing-masing. Tak disangka, respon teman-teman begitu antusias. Hampir setiap hari ada saja buku yang terjual. Hal yang tak pernah kuperkirakan sebelumnya. Ternyata banyak orang yang tertarik untuk membeli buku-buku yang kami jual. Karena niatnya memang bukan semata-mata mencari keuntungan, melainkan niat "membantu", Allah pun memberikan nikmatnya dengan begitu banyak berkah dan rasa cukup. _Ketika kamu memudahkan urusan orang lain, Allah pun akan memudahkan urusanmu_
Cukup atau tidaknya sebuah materi bergantung pada bersyukur atau tidaknya kita terhadap apa yang kita miliki.
Pernah satu pagi, ketika saya terlihat begitu terburu2 ingin keluar, teman kostku bertanya "Mau kemana Tin, kelihatannya terburu-buru banget"? Mau ngambil buku orderan kak di teman, jawabku. Dia pun ngecengin "uang negara gak cukup ya untuk membiayai hidupmu"? Hahahaha kubalas dengan tawa terbahak. "Uang jalan-jalan mahal kak, kasian kalo mau pake uang negara hanya untuk jalan-jalan, makanya gencar jualan biar bisa dipake untuk pergi jalan-jalan", jawabku. Disambung dengan tawa terbahak-bahak sambil berlalu.
Segelintir kisah penjual buku amatiran yang berharap bisa keliling Indonesia dengan uang hasil jualan. Hahaha
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Serba Serbi 2024
Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...
-
Perjalanan dimulai dari Jogja menggunakan daytrans yang sudah kami booking beberapa hari sebelumnya, pemesanan tiket bisa langsung ke kantor...
-
Pada akhirnya, memang harus tegar, harus kuat untuk berdiri di kaki sendiri. Ya jelaslah berdiri di kaki sendiri, berdiri di kaki send...
-
Baru 2 bulan kuliah aja, identitasnya udah ilang. Kartu identitas ya. Sebiji kartu penanda untuk meyakinkan orang-orang kalo aku udah mahas...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar