Jumat, 27 Oktober 2017

Hidup itu pas-pasan



HIDUP ITU PAS-PASAN
 Foto dari google

Pas lagi rindu-rindunya keluarga, tiba-tiba mama menjenguk

Pas lagi laper tiba-tiba ada yang bawain makanan

Pas lagi pengen sesuatu, pintu kost tiba-tiba ada yang ngetuk dan ngasih sesuatu yang beberapa menit yang lalu dipikirkan

Pas lagi kere’, tiba-tiba ada transferan dari orang tua, atau tiba-tiba ada orderan, atau tiba-tiba temen yang pernah ngutang balikin uang yang pernah dipinjam

Pas lagi gak punya uang, tiba-tiba ada telefon menang undian yang berhadiah voucher belanja

Pas lagi males bawa motor, tiba-tiba ada sms gojek yang masuk informasi dapat voucher 100.000

Pas lagi bingung dengan penjelasan dosen dan tugas mata kuliah yang bejibun, tiba-tiba ada saja teman yang dengan sabar dan telaten mau membimbing dan menjelaskan sampai paham

Pas lagi “haus” kegiatan, tiba-tiba pendaftaran panitia dan pengurus banyak bersiliweran di grup

Pas mau berkegiatan sosial namun tak menemukan wadah, tiba-tiba teman mengamanahkan menghandle sebuah lapak baca yang baru akan dirintis untuk kegiatan sosial edukasi

Pas hampir nyasar karena nekat jalan tanpa ada alamat yang jelas, teman yang rumahnya akan disambangi tiba-tiba balas chat dan mengirimkan map lokasinya

Pas lagi dicuekin dan dihindarin teman dekat, tiba-tiba puluhan kenalan baru datang

Pas lagi pengen main ke suatu tempat yang sudah di resolusikan sejak beberapa tahun lalu, tiba-tiba ada teman yang ngajakin nanjak bareng di lokasi yang sudah diimpi-impikan dan diidamkan sejak lama

Hidup itu memang pas-pasan. Everything happen for a good reason. Intinya mah selalu berprasangka baik aja sama Allah. Karena Allah sesuai prasangka hambanya.
Promo 1 dari gojek




Promo 2 dari gojek

Voucher dari BRI


Selasa, 24 Oktober 2017

Penjual buku amatiran


Awalnya tak pernah tertarik untuk jualan buku, alasannya klasik. Untungnya dikit. Paling cuman 3.000-10.000 satu buku. Terus mikir-mikir lagi, bisa laku berapa buku sih dalam seminggu. Mending jualan pakaian, sepatu dan tas aja, yang untungnya lumayan untuk satu kali makan (ya elah manusia, mikirnya cuman bagian perut aje).

Suatu hari, saya tergerak untuk mengenalkan salah satu teman kelasku ke temanku yang distributor buku. Alasannya realistis. Temanku mau mencari uang tambahan agar bisa menambah uang jajan. Dia adalah orang akademisi, mau kerja ya di bidang yang berbau akademik, dan sama sekali tidak mengerti dunia perdagangan. Namun tugas kampus kami yang lumayan banyak, serta jadwal kuliah yang tak menentu cukup menyulitkan untuk mendaftar di salah satu bimbingan belajar untuk menjadi tentor.

Saya lantas kefikiran untuk mengajaknya berdagang, waktunya fleksibel dan tidak mengganggu kuliah. Agar passionnya tidak terlalu jauh dengan tawaran kerjaan yang kuberikan, akhirnya saya mengajaknya bertemu dengan temanku yang penjual buku.

Setelah pertemuan itu, dia masih bingung bagaimana caranya untuk jualan. Terang saja, dia selama ini fokus ke bidang akademik, bukan dalam bidang perdagangan. Saya pun memutuskan untuk membuat project bersama dengannya. Agar kita bisa sama-sama belajar berjualan. Kita membagi tugas untuk jualan. Dan saya pun terlibat dalam proses jualan buku yang sebelumnya tak begitu menarik.

Niatku kuluruskan, semua kulakukan untuk mencari berkah. Menebar virus literasi. Kalaupun ada untung Alhamdulillah itu bonus. Kalau gak dapat untung ya Alhamdulillah juga, kita sudah bisa memudahkan orang-orang untuk mencari buku yang diinginkan tanpa harus keliling ke toko buku.


Waktu berlalu beberapa hari. Saya dan temanku gencar memasarkan barang jualan (Read: Buku) di Sosmed kita masing-masing. Tak disangka, respon teman-teman begitu antusias. Hampir setiap hari ada saja buku yang terjual. Hal yang tak pernah kuperkirakan sebelumnya. Ternyata banyak orang yang tertarik untuk membeli buku-buku yang kami jual. Karena niatnya memang bukan semata-mata mencari keuntungan, melainkan niat "membantu", Allah pun memberikan nikmatnya dengan begitu banyak berkah dan rasa cukup. _Ketika kamu memudahkan urusan orang lain, Allah pun akan memudahkan urusanmu_

Cukup atau tidaknya sebuah materi bergantung pada bersyukur atau tidaknya kita terhadap apa yang kita miliki.

Pernah satu pagi, ketika saya terlihat begitu terburu2 ingin keluar, teman kostku bertanya "Mau kemana Tin, kelihatannya terburu-buru banget"? Mau ngambil buku orderan kak di teman, jawabku. Dia pun ngecengin "uang negara gak cukup ya untuk membiayai hidupmu"? Hahahaha kubalas dengan tawa terbahak. "Uang jalan-jalan mahal kak, kasian kalo mau pake uang negara hanya untuk jalan-jalan, makanya gencar jualan biar bisa dipake untuk pergi jalan-jalan", jawabku. Disambung dengan tawa terbahak-bahak sambil berlalu.

Segelintir kisah penjual buku amatiran yang berharap bisa keliling Indonesia dengan uang hasil jualan. Hahaha

Jumat, 20 Oktober 2017

Kebaikan itu ada batasnya, benarkah?

Image from google



Pernah gak sih kalian di nyinyirin temen karena dianggap terlalu baik?
Pernah kena tegur gak karena kamu dianggap bodoh tidak tau batas kabaikan.

Tak sekali dua kali aku dinyinyirin temen karena dianggap bodoh dan terlalu baik. Lalu dicecarin dengan kalimat "baik itu ada batasnya". Kalo memang baik itu ada batasnya. Tolong, tolong tunjukkan padaku batas kebaikan itu dimana?

Nanti kamu "habis" kalo terlalu baik sama orang. Tak sekali dua kali kata ini juga hinggap ditelingaku.

Tolong, sekali lagi tolong jelaskan padaku alasan untuk tak berbuat baik. Kenapa mesti takut miskin karena berbuat baik. Bukankah sebagian rejeki orang lain dititipkan di kita. Bukankah rejeki sudah diatur oleh sang maha Kuasa, lalu apa yang membuat kita sangsi? Bukankah Allah akan mempermudah urusan kita jika kita mempermudah urusan sesama.

Hari ini mungkin kita "ada", tapi kita tak pernah tau apa yang akan terjadi esok atau lusa. Kebaikan yang kita lakukan hari ini mungkin tak akan dapat balasan secara langsung saat ini juga, tapi siapa yang tau apa yang akan terjadi besok dan besoknya lagi. Hari ini mungkin kita yang menolong orang lain, tapi siapa tau bulan depan atau tahun depan, kali aja kita yang berada dalam kondisi tertolong.

Aku masih teringat kata mamaku, "semoga saja kita selalu bisa menolong ya, tapi tidak pernah ditolong", aku sontak kaget mendengar kata-kata itu. Lalu mamaku melanjutkan "iyaa, kalau kita bisa menolong artinya kita dalam kondisi yang lapang, tapi jika kita yang ditolong berarti kita dalam keadaan kesusahan".

Cantik jelek, kaya miskin, itu adalah hal yg relatif. Tapi kebaikan adalah hal yang mutlak.

#selfreminder

Kamis, 19 Oktober 2017

Volunteer bukan gaya hidup



 Gambar dari google

Alkisah, suatu sore di alun-alun kidul, langit yang sedari siang begitu mendung, tiba-tiba menumpahkan airnya dengan begitu keras. Semua yang lagi asyik beraktifitas di seputar pohon beringing berlarian menuju ke tenda yang kebetulan sore itu berdiri gagah di lapangan alun-alun kidul. Tak terkecuali si mbah penjual sate. Si mbah dengan susah payah mengangkat barang dagangannya untuk berteduh. Awalnya beliau mengangkat nampan yang berisikan sate. Mbah yang sudah memasuki usia senja melakukannya dengan tenaga yang masih tersisa. Saya yang melihatnya spontan berlari kecil menuju tempat si mbah, membantu menyelamatkan tempat pembakaran yang berisi bara dari guyuran air hujan. Disusul temanku dari belakang membantu mengangkat barang si mbah yang masih tersisa diluar tenda. Setelah memastikan semua barangnya aman dibawah tenda, mbah berterimakasih kepada kami. 

Samar kudengar, temanku berceloteh kepada teman yang lain, dasar. Jiwa volunteernya kambuh. Saya hanya membalasnya dengan senyuman. Sembari merasakan bahagia dan haru bisa melihat si mbah berteduh dengan kepanikan yang sudah berkurang. Bagiku, itu bukan sebuah aksi volunteering, tapi sebuah dorongan kemanusiaan dan panggilan jiwa. Selalu saja merasa terketuk ketika melihat seseorang berada di kondisi kesusahan.

Setelah hujan agak reda, kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju balai bebakaran di depan alun-alun utara. Kami memesan makanan dan mengobrol satu sama lain. Tak lama kemudian, pelayannya datang membawa makanan dan minuman yang cukup banyak. Ketika melihat mas pelayannya yang cukup kesusahan menurunkan makanan dan minuman yang berada di tangan kiri dan kanannya, tanganku kembali bergerak untuk membantu masnya. Tiba-tiba temanku spontan memukul tanganku, meski tidak keras tapi mampu membuatku begitu kaget. “Jiwa volunteernya ditahan”, celotehnya padaku. Saya hanya tersenyum dan kembali membantu masnya menurunkan makanan yang berada di tangan kanannya.

Mendengar kata volunteer sebanyak dua kali dalam rentetan waktu yang tidak begitu lama, membuatku lantas berfikir. Masa mau membantu orang harus mengkondisikan waktu dan tempat. Seyogyanya ya ketika melihat seseorang kesusahan, dan ternyata kita mampu untuk membantu, ya kenapa tidak? Volunteer bukan tentang kita bernaung di komunitas atau organisasi apa. Tapi tentang bagaimana kita bisa melunturkan ego untuk bersuka dan rela membantu seseorang ketika mereka membutuhkan bantuan. Karena kebaikan bukan sebuah identitas, bukan tentang pengakuan, bukan tentang pujian. Tapi panggilan jiwa, dan ketukan nurani.

Senin, 16 Oktober 2017

Tata cara mengurus KTM hilang di UGM


Baru 2 bulan kuliah aja, identitasnya udah ilang. Kartu identitas ya. Sebiji kartu penanda untuk meyakinkan orang-orang kalo aku udah mahasiswa, bukan anak SMP lagi seperti sangkaan banyak orang. Kartu sakti penanda identitas itu raup entah kemana. Terakhir ingetnya pas di tempat penitipan barang ketika mau masuk di perpus fakultas. Sekarang mah tempat nongkrongnya bukan di kafe lagi, tapi sudah di perpus. Tenggelam dalam keheningan orang-orang yang lagi pada serius dan barisan buku-buku yang berjejeran rapi.

Sekarang kembali membahas kartu identitas mahasiswa. Masalahnya bukan hanya terletak dari identitas yang akan kabur sehilangnya sebiji kartu itu, yang lebih parahnya denda dari buku yang dipinjem di perpus. Hubungannya apa? Buku gak bisa dikembaliin kalo gak ada kartu. Dendanya gak tanggung-tanggung coy. 6 buku yang telat dikembaliin setara dengan jatah makan siang. Belum lagi di tempat parkir harus ribet keluar masukkan STNK kalo gak punya kartu identitas. Sehilangnya sebiji kartu itu menyadarkanku akan arti menghargai sesuatu yang dimiliki, agar gak nyesel kalo udah kehilangan, kayak kamu. Oops dari pada terus-terusan disangka anak SMP, lebih baik segera mengurus Kartu Tanda Mahasiswa

Nah tatacara pengurusan KTM hilang di UGM itu seperti ini:  
1. Mengurus surat keterangan hilang di Kantor Polisi
2. Membayar biaya penggantian kartu sebesar Rp 20.000 melalui tunai lewat teller, atau via transfer melalui ATM melalui nomor rekening khusus untuk pembuatan Kartu Tanda Mahasiswa



3. Mendatangi DPP untuk menyerahkan surat keterangan hilang dan bukti pembayaran
4. Silahkan menunggu kurang lebih 10 menit, kartu akan segera berada di tangan anda

Gimana? Mudah kan untuk mengurus KTM yang hilang. Kalo ada keinginan untuk mengurus sih pasti cepet dan mudah. Masalahnya kita terkadang males, karena gak mau ribet dan rempong. Tapi percaya deh, kalo gak punya identitas itu sangat amat lebih merepotkan.
Jadi mending dijaga baik-baik, disayang-sayang, diperhatiin, jangan sampai hilang, atau direbut orang lain, ops.

Minggu, 15 Oktober 2017

Bijak dalam fikiran, perkataan, dan perbuatan


Foto dari google

Bijak sejak dalam fikiran. 

Kebanyakan kita pasti pernah mendapat sebuah masalah. Namun, respon setiap orang berbeda-beda menanggapi setiap masalah. Masalah identik dengan curhatan, kadang ketika kita memiliki masalah, kita selalu butuh orang lain untuk menjadi tempat keluh kesah kita atas berbagai masalah yang kita hadapi. Namun, harus hati-hati dan selektif untuk mencari teman berbagi cerita. Karena dalam kondisi “bermasalah” kita terkadang mengeluarkan pernyataan yang diluar control kita, dimana pernyataan itu seringkali berupa kalimat yang harusnya tidak “pantas” untuk diceritakan. Hal yang perlu kita waspadai adalah pernyataan yang kita lontarkan jangan sampai menjadi boomerang bagi kita sendiri di kemudian hari.

Pendengar yang menjadi tempat curhat kita bukan recorder yang merekam secara detail apa yang kita ucapkan. Ketika kalimat demi kalimat yang telah kita curhatkan nyatanya diteruskan kepada orang lain, atau lebih tepatnya disampaikan kepada mitra masalah kita kemungkinan malah akan menjadi sebuah masalah yang besar. Karena kata yang disampaikan melalui perantara kadang ada yang kurang atau bahkan dilebihkan, sehingga menimbulkan multitafsir bagi penerima kata-kata tersebut. Alhasil, masalah yang sejak awal bukan hal yang besar, akhirnya bisa menjadi masalah yang besar dan bahkan membuat kita bersiteru.

Bijak dalam berfikir, berkata dan bertindak. Ketika emosi, lebih baik untuk mengambil waktu menenangkan diri. Karena kebanyakan ketika bercerita dengan orang lain, kita condong menceritakan sesuatu seolah-olah kita berada diposisi yang begitu terpojokkan, dan kita cenderung menginginkan pembelaan dan pembenaran. Kita kadang tidak menceritakan kronologisnya secara lengkap agar kita bisa dianggap diposisi yang benar. Dalam situasi seperti itu, tak jarang pendengar curhatan kita (yang mungkin merasa senasib) bukannya malah memberi solusi, malah terkesan mengompori. Hasilnya sudah bisa ditebak, hubungan yang awalnya baik-baik saja menjadi panas dan berantakan. Jadi, selektif dalam mencari pendengar dan menceritakan sesuatu.

Tak selamanya merasa dibela dan dibenarkan itu baik.
Justru lebih baik dikritisi agar kita bisa introspeksi diri, dibanding kita terus-terusan diatas awan pembelaan dan pembenaran.

Bijak sejak dalam fikiran, perkataan dan perbuatan

#selfreminder

Weekend rasa weekday




Rasa-rasanya sudah 3 minggu sudah tidak pernah merasakan arti weekend lagi. Sabtu minggu hanyalah sebuah wacana untuk berleha-leha. Justru sabtu minggu menjadi hari untuk marathon menyelesaikan tugas. Malam minggunya panjang bukan karena ngemall atau nonton di bioskop, tapi karena bercumbu dengan tugas. The power of kepepet terbukti begitu manjur, H-2 pengumpulan tugas selalu mendapat pencerahan dan ide yang cemerlang (red: gak tau ini ide atau kepasrahan).

Flashback hari-hari awal kuliah hingga minggu kelima, kami masih begitu nyantai dan berleha-leha, hingga beberapa kali main untuk sekedar nongkrong untuk mengakrabkan diri satu sama lain. Tapi kini tidak ada lagi waktu untuk jalan-jalan, nongkrong syantik, ketika kumpul-kumpul di kantin kampus pun tak ada lagi waktu untuk berleyeh-leyeh atau sekedar gosipin news update nya lambe turah, pembahasan gosip berubah menjadi pembahasan tentang tugas.

Beberapa istilah sudah begitu familiar dan menjadi bahan ledek-ledekan diantara kami. Seperti istilah membuat candi. Kerja tugas layaknya membuat candi, butuh perjuangan dalam waktu semalam untuk menyelesaikan. Belum lagi istilah yang lain, “kerja tugas yo jangan kayak mikirin tugas Negara, gak usah terlalu njlimet, kerjain aja. Gak usah sok-sok pusing”. Hahaha

Beberapa waktu silam sebelum berada di posisi sekarang, selalu heran dengan orang-orang yang rela begadang demi ngerjain tugas, bahkan banyak yang sering nginep dikost teman, beberapa lagi gak pernah bisa kalau diajak main dengan alasan nyelesain tugas, belum lagi yang lain-lain ketika di chat via sosmed kadang lama balasnya, alasannya sama kerja tugas. Sekarang sudah mulai mengerti, rasanya memang segado-gado dan senano-nano ini.

Karena sudah memutuskan untuk mengambil jalan ini, harus bertanggung jawab atas semua resikonya, dan karena saya mencintai dan menikmati apa yang telah saya putuskan jadi tidak ada beban, menjalaninya pun dengan penuh suka cita. 

Let’s try iy, and feel the sensation

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...