Waktu bergulir
begitu cepat. Masih segar diingatan tahun baru 2016, saat ini kita sudah berada
di detik-detik pergantian tahun menuju 2017. Sejarah 2016 telah terukir. Siap atau
tidak, kita diseret untuk menghadapi kenyataan tahun yang akan berganti, terima
atau tidak kita dipaksa untuk berdamai dengan keadaan. Karena waktu tidak punya
hati untuk sekedar menunggu kita yang belum begitu siap dengan perubahan yang
begitu cepat.
Puji syukur
kepada Tuhan serta salawat kepada Rasul-Nya.
Begitu banyak
hal yang terjadi sepanjang tahun 2016 yang sedikit banyak mengubah hidup dan
cara pandang saya menyikapi dunia yang semakin brutal ini.
#1. Terimakasih
Tuhan atas nikmat kesehatan, keselamatan dan umur panjang yang selalu engkau
curahkan kepada saya, kedua orang tua serta kedua saudara saya dan orang-orang
yang saya sayangi.
#2. Berjalan dari
satu tempat ketempat yang lain. Berawal dari Kediri-Banjarbaru-Makassar-Surabaya-Jogja-Makassar-Depok-Jakarta-Makassar.
Perjalanan mengajarkan saya banyak hal, membuat saya lebih membuka mata terhadap
beberapa hal yang terjadi sepanjang perjalanan yang saya lakukan.
#3. Bertemu banyak
teman-teman dari berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke dengan perbedaan
suku, agama, ras, budaya dan profesi. Banyak teman banyak rejeki, hal itu
selalu terpatri indah dalam hati dan ingatan saya. Teman merupakan aset yang
sangat berharga dalam hidup saya. Ada yang hanya numpang lewat tapi tak sedikit
yang berkesan dan melekat diingatan.
#4. Numpang nama
di beberapa komunitas. Sokola Kaki Langit, Sobat Budaya Makassar, International
English Club Jogja, Ruang Berbagi Ilmu, Kelas Inspirasi Gowa, Pecandu Aksara,
Sahabat Indonesia Berbagi, dan Penyala Makassar. Bergabung dalam dunia
komunitas mempertemukan saya dengan banyak orang-orang hebat, yang secara tidak
langsung memberi saya pelajaran kehidupan. Kakak-kakak yang selalu
menginspirasi serta adik-adik yang senantiasa menampar dengan pelajaran hidup
agar bisa selalu bersyukur.
#5. Menjadi salah
seorang awardee LPDP Batch 2. Suatu kesyukuran bisa lulus menjadi salah seorang
masyarakat Indonesia yang terpilih untuk mengemban amanah menjadi penerima
beasiswa yang saat ini menjadi primadona. Sebuah kesyukuran yang sangat besar
bisa bergabung dalam lingkaran orang-orang hebat, dimana posisi yang saya
dapatkan saat ini menjadi hal yang sangat diinginkan oleh banyak orang.
#6. Menjadi
bagian dari keluarga besar SIGi Makassar, Keluarga besar Metamorfosa PK-88
LPDP, keluarga spesial Acto serta keluarga gesrek Alteko.
#7. Membuat
perpustkaan kecil yang meski pada akhirnya harus dipenuhi debu karena saya
terlalu “sok sibuk” dengan kegiatan luar rumah.
#8. Membeli motor
(red : sebagian besar masih pake uang orang tua) dan lebih spesialnya lagi bisa
mengendarai motor sendiri, ini progress yang besar. Mengingat selama ini selama
beberapa tahun saya mesti membelah kemacetan dan kesemrawutan kota Makassar
dengan transportasi sejuta Ummat (Pete-pete).
#9. Tahun ini
menjadi begitu spesial karena lebaran tahun ini bisa merayakan bersama kedua
orang tua dan kedua saudara. Semenjak 10 tahun lalu kakak kerja dan bertugas di
Banjarbaru ini tahun pertama kita bisa lebaran berlima di kampung halaman. Masih
jelas diingatan saya tahun lalu ketika idul fitri berlebaran di Solo dan Idul
Adha lebaran di Papua, tak ada masakan spesial khas lebaran dan tidak ada
kumpul keluarga pasca hari raya. Lebaran menjadi tidak begitu spesial karena
jauh dari kampung halaman dan keluarga. Dari proses itu saya memahami alasan
kenapa kebanyakan perantau rela menggelontorkan rupiah demi bisa berlebaran
bareng keluarga.
#10. Belajar
proyek Ikhlas. Belajar melepaskan dan menerima. Karena pada prakteknya ada
hal-hal yang memang tidak bisa dipaksakan. Kita hanya perlu melepaskan dan
menerima serta berdamai dengan kenyataan. Karena tidak semua hal yang kita
inginkan bisa sejalan dengan realitas yang ada.
Tak sedikit pula
kegagalan serta lampu merah yang saya alami sepanjang 2016. Lampu merah membuat
saya berjeda sejenak dan introspeksi diri, sebelum pada akhirnya lampu hijau
saya dapatkan untuk melanjutkan perjalanan
#1. Gagal
menjadi salah seorang mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris UPI Bandung,
but everything happen for a reason. Dari kegagalan itu saya disentil untuk
meluruskan niat, memantapkan pilihan dan memperbesar usaha.
#2. Tertunda
keliling Indonesia. Ini bukan masuk dalam taraf gagal, Keliling Indonesia masih
masuk dalam resolusi tahun 2017.
#3. Gagal membangun kembali Ruh Restinyshop. Sebuah
onlineshop yang sudah saya rintis beberapa tahun. Sekarang mati suri dan belum
bangun dari tidur panjangnya. Semoga 2017 ruhnya bisa kembali.
#4. Intensitas
untuk hadir di Maestro berkurang. Ini merupakan kegagalan bagi saya. Kesibukan di
luar, kesibukan orang-orang yang selama ini selalu saya temani membuat saya pun
akhirnya jarang datang ke sekretariat dan lebih parahnya melewatkan beberapa
event.
#5. Kenekatan
saya berkurang. Sekarang selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum melangkah,
saya rindu diri saya yang dulu. Jarang memikirkan resiko sebelum melangkah,
karena prinsipnya setiap apapun yang kita jalani akan ada resiko yang dihadapi,
dan solusinya ya nanti ketika resiko itu sudah menyapa. Namun tahun ini saya
merasa mengalami begitu banyak penurunan. Saya sudah mulai parno dalam
bertindak. Umur menjadi salah satu faktor yang membuat saya sedikit berfikir
untuk menentukan skala prioritas.
Tahun 2016
mengukir banyak kisah. Banyak yang masih terekam jelas dalam ingatan, namun
banyak pula yang menjadi angin lalu. Terimakasih untuk setiap orang yang telah
menyentuh kehidupan saya sepanjang tahun 2016. Selamat menjadi sejarah 2016,
selamat menyambut tahun baru 2017 dengan resolusi baru yang lebih besar.