Kamis, 31 Desember 2020

Menuju 2021

 Welcome twenty - twenty one

Be nice ya. Bersama-sama kita menuju hidup yang lebih baik

Bismillah. Sebenarnya tahun 2021 niatnya ingin membiarkan hidup mengalir begitu saja tanpa banyak rencana-rencana dan ekspektasi-ekspektasi. Tapi gapapalah ya, menulis target-target dan harapan-harapan agar tahu apa yang ingin dicapai.

Bismillahirahmani Rahim.

2021

#1. Orang tua, kakak, adek, keluarga, sahabat, teman, orang-orang yang saya sayangi dan menyayangi saya semoga senantiasa diberikan nikmat kesehatan, keselamatan, kelapangan hati, rejeki yang banyak dan berkah, serta umur yang panjang dan bahagia.

#2. Ingin memperbaiki kualitas ibadah dan kedekatan dengan Allah. Berharapnya tahun 2021 bisa belajar agama lebih baik lagi.

#3. Belajar sesuatu yang baru. Minimal setiap minggu ada hal-hal baru yang dipelajari.

#4. Membangun small business. Semoga tahun 2021 bersahabat dan rencana untuk membangun bisnis terealisasi dan berjalan lancar. Bisnis fashion dan hampers.

#5. Punya omset 20 juta perbulan. Semangat dan terus konsisten untuk menjalankan bisnis agar target omset 20 juta perbulan bisa tercapai.

#6. Punya tabungan dan investasi 50 juta.

#7. Mencurahkan hati dan pikiran untuk tumbuh kembang Panrita. Selama ini sudah mencoba untuk mencoba banyak hal, ternyata pada akhirnya hati tetap terpaut pada Panrita. Panrita tidak hanya tempat untuk bekerja tapi berdaya dan bisa membantu banyak orang. Semoga tahun 2021 bisa tetap mendedikasikan waktu, pikiran, dan tenaga untuk program-program Panrita dan  bisa membantu lebih banyak lagi orang untuk mewujudkan impian mereka.

#8. Membaca minimal 30 buku. Sudah cukup ya bun tahun-tahun sebelumnya rutin beli buku dan hanya berakhir di rak buku. Saatnya sedikit memaksa diri untuk membangun kebiasaan membaca lagi.

#9. Jalan-jalan ke luar negeri. Semoga pandemi ini segera berakhir dan bisa traveling dengan aman ke luar negeri.

#10. Memperbaiki pola hidup. Ingat ya umur tidak lagi muda, perbaiki pola hidup biar tidak sakit-sakitan menjelang usia senja. Rajin olahraga, makan-makanan sehat, kurangin minum boba dan junk food.

#11. Memperbaiki catatan keuangan dan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan.

#12. Rutin menulis di blog minimal 5 tulisan setiap bulan. Menulis tulisan yang berkualitas, makanya harus rajin membaca.

#13. Tidak impulsive belanja. Belanja sesuatu dengan sadar, jangan belanja hanya karena lucu dan murah. Belanja saat benar-benar butuh.

#14. Journaling kehidupan. Ingat setiap waktu yang dilewati itu berharga dan punya ceritanya masing-masing. Satu-satunya hal yang bisa menghentikan waktu hanyalah tulisan, maka menulislah.

#15. Lebih banyak mendengarkan dan tidak reaktif. Banyak pelajaran yang bisa didapatkan dari mendengar, jadi belajar mendengar ya, sulit pasti karena selama ini terbiasa untuk bercerita dan nyerocos, tapi boleh mulai dibiasakan untuk lebih banyak mendengar.

#16. Kenal orang-orang baru. Banyak teman banyak rejeki, banyak link banyak peluang. Semangat untuk tetap membuka pergaulan dengan berbagai macam orang, agar bisa belajar banyak hal yang beragam dan bisa mendapat banyak perspektif.

#17. Berbuat baik. Mengusahakan banyak hal-hal baik untuk bisa dibagikan ke orang-orang. Dan belajar totalitas serta tanggung jawab untuk setiap amanah yang diberikan.

#18. Menikah. Bismillah ya, semoga tahun ini nikah. Hihihi

Makassar, 31-12-2020

Penghujung tahun 2020

Awal tahun 2021

Rabu, 30 Desember 2020

Sepenggal Kenangan 2020

Tinggal menghitung hari tahun 2020 akan segera berganti, seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang pergantian tahun saya selalu menuliskan refleksi akhir tahun. Namun, akhir tahun ini agak sedikit berbeda, saya tidak lagi mengeavaluasi resolusi karena akhir tahun 2019 saya memutuskan untuk menjalani tahun 2020 dengan serangkaian kejutan-kejutannya tanpa banyak ekspektasi dan tidak menulis resolusi. Dan benar, kejutan-kejutan itu datang silih berganti.

Ada begitu banyak hal yang terjadi tahun 2020. Bahagia, sedih, menerima, melepaskan, memulai, mengakhiri, serta naik turunnya kehidupan.

Pertama-tama sayang mengucap syukur yang tiada henti atas segala berkah dan rahmat yang Allah berikan kepada saya dan keluarga, nikmat umur yang panjang, nikmat kesehatan, nikmat waktu luang, nikmat kebersamaan, dan sejuta nikmat yang tidak bisa saya jabarkan satu persatu.

#Januari

Mengawali tahun ini, bulan Januari saya masih berkutat di Panrita, mendampingi siswa-siswa Panrita dalam menyelesaikan kelas Intensif batch 3 lalu dilanjutkan dengan kelas tambahan hingga menjelang tes CPNS. Salah satu hal yang saya syukuri di tahun 2020 adalah kebersamaan dengan teman-teman kelompok belajar, hampir setiap hari kami bertemu untuk belajar bersama, dari pagi hingga malam hari, kebersamaan demi kebersamaan itu mampu mengisi kekosongan hari-hari kami yang masih berjuang untuk mencari kerja.

Akhir bulan, saya bersama tim Panrita, ada Kak Udpa, Kak Fany, Jaya, Didit, Ilo, Karim dan Farida, berangkat menuju ke Enrekang untuk memberikan try out kepada guru-guru honor yang hendak mendaftar CPNS di sekolahnya Kak Fadly, lalu lanjut jalan-jalan ke Toraja. Hal yang juga saya syukuri adalah berangkat dengan dalih CSR Panrita bersama orang-orang yang asyik ke tempat yang baru pertama kali saya kunjungi. Bersyukur bisa jalan-jalan ke Enrekang dan lanjut liburan ke Toraja Toraja dan melihat secara langsung dua kota tersebut yang selama ini hanya sekadar tau nama.

#Februari

Setelah sekian lama keinginan untuk memiliki passport terwujud, meskipun pada akhirnya passportnya belum terpakai sama sekali karena adanya covid, jadi menunda dulu untuk backpackeran ke LN. Tapi meskipun belum kepake sama sekali, hal ini tidak mengurangi kebahagiaan dan kesyukuran, setidaknya sudah punya, jadi nanti saat kondisi sudah membaik dan ada rejeki bisa langsung cuss. 

Untuk pertama kalinya Panrita mendapat siswa dari kalangan TNI, bersyukurnya lagi beliau-beliau adalah pejabat TNI AL. Kami merasa sangat bersyukur kami bukan hanya mendapat siswa tapi juga mendapat relasi, saya pun untuk pertama kalinya masuk ke Lantamal dan diperlakukan secara istimewa. 

Seakan belum puas jalan-jalan, kurang dari sebulan setelah perjalanan ke Enrekang dan Toraja saya bersama Kak Udpa, Kak Fany, Jaya dan Didit kembali menikmati liburan ke Bulukumba, dengan terlebih dahulu mampir dan menginap di Jeneponto. Menikmati jamuan coto kuda dan keramahan orang tuanya Didit. Lalu lanjut ke Bara dan nginap di Cosmos Bungalows. Meskipun sudah beberapa kali jalan-jalan ke Bulukumba, tetapi rasanya selalu berbeda dan selalu menyenangkan, tempatnya mungkin biasa aja tapi karena teman perjalanannya asyik jadi tempatnya rasanya menjadi luar biasa. Ada pengalaman yang mahal saat jalan-jalan ke Bulukumba kali itu, untuk pertama kalinya saya nginap di Bungalows yang pemandangan di cafenya langsung menghadap ke laut, saat mau bermain air kita hanya tinggal turun tangga dan sudah langsung bercumbu dengan bibir pantai. 2 hari friends time dan deep talk bareng mereka.

Menutup bulan Februari saya berangkat untuk tes CPNS di Kementerian Desa PDTT di Jakarta. Waktu itu saya tidak langsung ke Jakarta, namun ke Jogja dulu silaturrahmi dengan teman-teman yang masih tersisa di Jogja dan menyempatkan waktu untuk ke kost guna untuk silaturrahmi dengan ibu kost. Lalu saya melanjutkan perjalanan ditemani oleh Ayu ke Jakarta. Tanggal 29 Februari saya diantar oleh Rayhan dan Ayu ke BKN untuk tes CPNS, meski pada akhirnya keluar hasil dan melakukan quick qount dan memastikan saya tidak lolos masuk ke SKB. But it’s oke, im happy for it. Saya hanya butuh beberapa menit untuk menerima kenyataan bahwa saya tidak lolos ke tahapan selanjutnya, lalu saya bersyukur ini adalah jawaban doa saya kepada Allah selama ini untuk diberikan yang terbaik, saya menerima dengan sangat ikhlas ketidaklulusan saya dan percaya ini adalah yang terbaik dari Allah. Saat sudah tes kami lalu lanjut ke TMII untuk bertemu dengan Uminya Rayhan dan bermain di TMII. Sungguh hari yang luar biasa. Sudah lepas beban untuk menghadapi tes, tes sudah dilalui, dan selanjutnya menikmati permainan di TMII, naik kereta gantung yang seru dan melihat pemandangan TMII dari atas.

#Maret

Awal maret, saya, Ayu, dan Rayhan berangkat menuju ke Bandung untuk menemui Siti. Ini merupakan salah satu ucapan selamat atas pertunangan Siti dan Zaki yang baru sempat kami sampaikan secara langsung, makanya kami ke Bandung. Saat itu ada rasa-rasa harunya gitu saat tau Rayhan nyuruh kami cancel tiket kereta dan menyatakan mau ikut serta ke Bandung menggunakan mobil. Akhirnya kami bisa low budget di Bandung karena nginap gratis di ma’had UIN dan jalan-jalan pake mobilnya Rayhan dan hanya modal beli bensin doang hahaha. Udah tidak pusing lagi mikir rental kendaraan dan nyari supir, udah ada Rayhan yang datang all in. Di Bandung kami sempat jalan-jalan ke Ciwidey, Kawah Putih, ke Kapal Phinisi, ke Lembang, dan ke Dusun Bambu. Perjalanan yang sungguh menyenangkan sama teman-teman terkasih.

Tanggal 3 Maret saya balik ke Jogja. Namun, sebelum balik ke Makassar saya menyempatkan untuk bertemu dengan teman-teman yang ada di Jogja, serta diajakin ke café baru yang lagi hitz pada saat itu di Jogja, namanya café heha. Café yang cukup comfy dengan pemandangan malam hari bak di bukit bintang.

Saat balik ke Makassar tepat saat anak-anak Maestro sedang ada kegiatan outdoor di tebing. Saya pun turut meramaikan dan tenggelam dalam suasana kehangatan Maestro yang sudah lama tidak pernah saya rasakan lagi, karena tidak berada di Makassar.

Pertengahan bulan Maret Cekgu menikah, Kak Udpa habis lamaran. Sangat bersyukur melihat satu persatu teman-teman menemukan jodohnya. Fiks 3 dari 4 tim Panrita akhirnya menggenap, tersisa saya yang berstatus single.

Pertengahan Maret desas desus covid di Indonesia makin kencang berhembus, akhirnya mama meminta saya pulang kampung. Berhasillah #stayathome selama beberapa bulan.

#Maret hingga Agustus

Seperti yang melekat jelas diingatan saat belajar Cross Culture Understanding saat masih kuliah, perasaan itupun kualami saat pulang kampung. Dari yang awalnya sangat excited, bosen, hingga biasa aja. Awalnya merasa sangat excited karena setelah bertahun-tahun semenjak lulus SD hingga berumur 25+ tidak pernah sekalipun tinggal di kampung dalam durasi berbulan-bulan, dulu hanya pulang jika ada acara keluarga atau lebaran. Namun, hikmah adanya pandemi mau atau tidak harus stay at home demi untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. Banyak hal yang saya pelajari dan syukuri berada di rumah dalam waktu yang lama, akhirnya bisa quality time dengan keluarga dan bisa berbakti kepada orang tua, meski pernah juga mengalami tekanan saat ditanya sama orang-orang kerja di mana.

Banyak sekali eksperimen yang saya lakukan saat berada di rumah, terutama belajar masak kue dan masak-masak yang lain, tapi itu hanya bertahan beberapa minggu hingga akhirnya bosan. Selain belajar masak, saat di rumah untuk pertama kalinya tau aplikasi zoom dan google meet, banyak sekali kelas-kelas yang saya ikuti hingga ngerasa overwhelmed karena kebanyakan input tapi tidak menemukan wadah untuk menyalurkan. Akhirnya mengurasi kelas-kelas yang memang dibutuhkan.

Saat di rumah karena tidak ada kerjaan akhirnya mikir untuk membuat sebuah komunitas, mencoba mengajak beberapa orang dengan ide random yang saya tawarkan, akhirnya ajakan tersebut bersambut dan lahirlah Sinesia (Sisi Indonesia) sebagai komunitas sosial pendidikan.

Masih dalam momentum di rumah aja, saya mendaftar pengurus Mata Garuda pusat di bidang hubungan komunitas. Hal yang sampai hari ini masih dan tetap akan saya syukuri karena bergabung dalam lingkaran Mata Garuda. Kenal banyak orang dari berbagai latar belakang dan akhirnya banyak mendengarkan perspektif-perspektif baru dan aplikasi-aplikasi baru. Hal lain yang membuat saya bersyukur adalah masuk Mata Garuda dan gabung di tim hubungan komunitas, saya merasa begitu berdaya dan bersyukur bisa kenal dengan banyak awardee yang menjadi pengurus komunitas.

Saat di rumah dan ikut berbagai macam kelas, ada yang sampai hari ini rutin saya lakukan yakni menulis catatan syukur, saya mendapatkan insight dari Kak Ayu Kartika Dewi untuk rutin menulis catatan syukur agar hidup lebih bisa kita syukuri, serta mulai belajar investasi reksadana.

Rentan waktu beberapa bulan ini pun saya konsisten menulis di blog selama 3 bulan, niatnya waktu itu untuk membentuk kebiasaan baru, karena katanya untuk membentuk kebiasaan dibutuhkan waktu 3 bulan. Tapi ternyata setelah itu males lagi, hahaha. Tapi gapapalah ya, udah pernah serajin itu.

#AGUSTUS

Pertengahan Agustus setelah lebaran Idul Adha saya menemani mama ke Banjar untuk ketemu dengan cucunya, Kalimantan Selatan. Untuk pertama kalinya sejak Maret akhirnya ke Makassar sebelum akhirnya berangkat ke Banjar, sesampainya di Makassar sempat kaget juga melihat orang-orang yang biasa aja baik di jalan maupun di tempat-tempat umum. Selama ini jika melihat pemberitaan covid yang setiap hari meningkat, agak shock juga melihat kenyataan orang-orang di lapangan ternyata biasa aja bahkan sudah mulai banyak yang nongkrong dan tidak menggunakan masker. Bahkan saat pergi mengambil tes rapid sempat deg-degan juga kalau-kalau ternyata hasilnya reaktif. Saat di bandara pun makin kaget lagi saat melihat orang-orang yang begitu banyak di bandara dan tidak menjaga jarak. Hingga pada akhirnya berdamai dengan keadaan dan meningkatkan self-awareness akan kesehatan dan keselamatan diri dan keluarga. Senang akhirnya tiba di Kalimantan dan bertemu dengan ponakan. Saat tiba di Kalimantan pun banyakan waktu dihabiskan di rumah bersama keluarga, hanya beberapa kali keluar salah satunya ke Pasar Terapung Lok Baintan. Agak miris juga mendengar cerita ibu-ibu yang berjualan, bagaimana mereka berusaha untuk bertahan hidup di tengah kondisi covid yang tidak menentu. Beberapa bulan Pasar Terapung ditutup oleh pemerintah setempat untuk mengurangi potensi penularan. Jadi benar-benar dilema sih sebenarnya, antara covid yang benar-benar menyerang kesehatan dan juga perputaran ekonomi yang banyak orang tidak kerja ya tidak makan karena tidak punya uang.

#SEPTEMBER

Salah satu hal yang saya syukuri di bulan September saya genap berusia 28 tahun, masih hidup, sehat, dan dianugerahi banyak kenikmatan dan rasa cukup. Lalu menyaksikan sahabat saya sedari kuliah S1 menikah dengan seseorang yang tidak disangka-sangka dengan proses yang sangat mudah dan cepat. Tahun 2020 meskipun pandemic yang membuat banyak rencana-rencana yang tidak terealisasi tapi saya sangat bersyukur melihat teman-teman dekat saya banyak menggenap.

Pertengahan September saya bersama teman-teman di Maestro ngecamp di Pulau Baranglompo, salah satu pulau yang dihuni oleh salah seorang junior kami.

#OKTOBER

Bulan Oktober saya berangkat ke Jogja untuk melaksanakan kegiatan Sinesia di Wonolelo, Kaki Gunung Merbabu, Magelang. Kegiatan Sinesia dilaksanakan di waktu yang disebut-sebut sebagai new normal. Meskipun deg-degan melakukan kegiatan di tengah pandemic, tetapi tetap meyakini bahwa insya allah ini adalah hal baik, Allah yang akan menjaga kita. Semua yang hendak ikut kegiatan kami wajibkan menggunakan masker dan membawa surat keterangan sehat atau rapid test, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan jangan sampai kami yang jadi carrier. Jadi selama proses kegiatan protokol kesehatan tetap diperhatikan, apalagi ada beberapa volunteer yang ikut merupakan orang-orang kesehatan yang kerja di RS, jadi menjadi alarm hidup yang selalu mengingatkan jika ada yang membuka masker. Pandemi ini benar-benar membuat banyak hal yang berubah dan akhirnya tidak bisa dilakukan, salah satunya adalah proses belajar di sekolah. Di Wonolelo yang notabene sangat susah akan jaringan, anak-anak harus bergantian untuk ke sekolah ambil tugas dan ada yang terpaksa harus masuk 2 hari sekali karena di rumah mereka tidak bisa belajar. Kondisi digitalisasi belum menjangkau semua daerah di Indonesia, terutama daerah-daerah yang susah akses jaringan, jadi tetap mereka harus ke sekolah untuk belajar. Saat di Jogja saya nginap di kostan lama dan ibu bapak kost dengan tangan terbuka menerima kehadiran saya. Mereka sangat baik masih sama saat saya dulu masih jadi anak kost tetap selama dua tahun. Meskipun was-was dan deg-degan selama perjalanan ke Jogja tapi saya bersyukur bisa menikmati suasana bandara baru Yogyakarta yang berada di Kulonprogo.

Masih di bulan Oktober, sepulang dari Jogja saya membuat kegiatan bagi nasi dan sangat bersyukur melihat antusiasme orang-orang untuk bersedekah sangat tinggi. Alhamdulillah.

#NOVEMBER

Pertengahan bulan November saya bersama teman-teman di Maestro ngecamp di Bissoloro dalam rangka perayaan milad 27 tahun MPAS Maestro. Rasa-rasanya tahun ini tahun yang paling sering saya mengikuti kegiatan Maestro setelah lulus kuliah S1.

#DESEMBER

Akhirnya Panrita punya kantor setelah hampir 4 tahun lahir di dunia ini, management Café Arthur berbaik hati untuk memberikan kami satu ruangan di lantai dua untuk jadi kantor LKP Panrita. Alhamdulillah.

Bulan ini merasakan gimana seret-seretnya keuangan. Sempat ngedrop kondisi kesehatan. Lalu mendapat kabar dari seseorang yang dulu sempat memberi harapan atau mungkin tepatnya hanya saya yang berharap pada saat itu bahwa dia akan segera menikah.

Tahun 2020 adalah tahun yang penuh pelajaran. Belajar arti cukup dan bersyukur. Belajar untuk menghargai setiap momen bersama keluarga. Belajar untuk menerima segala kenyataan yang tidak sesuai rencana. Belajar untuk berdamai dengan kegagalan demi kegagalan. Belajar untuk menjaga kesehatan. Dan belajar banyak hal mulai dari mengasah otak, mengasah hati, hingga mengasah keimanan. 2020 penuh cerita ups and down. Terima kasih tahun 2020 untuk segala hal yang terjadi, baik yang lekat diingatan maupun bias bersama waktu. Tahun 2020 membuat saya merasa semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak. Semoga tahun depan bisa lebih baik lagi.

Minggu, 06 Desember 2020

Dua puluh dua puluh

 What doesn’t kill you makes you stronger

Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh perjuangan, penuh ups and down kehidupan. Mulai dari urusan kerjaan, urusan romantisme, hingga social pressure. Semua menghantam dari berbagai sisi. Membuat terjatuh hingga ke kerak bumi.

Salah satu hal yang menyedihkan adalah menghadapi kenyataan bahwa, sesuatu yang kau rencanakan dengan sangat indah, terjebak dalam kenyamanan, nyambung untuk ngobrol ngalor ngidul, bukanlah sebuah jaminan akan bersama. Bisa jadi kau hanyalah dijadikan teman untuk menyusun rencana, kau dianggap hanya sebagai seorang planner yang baik, tapi bukan kau yang diajak untuk mengeksekusinya bersama. Menyedihkan adalah ketika kau mengira rencana-rencana yang telah kalian susun bersama, yang kau kira kau adalah bagian dari rencana masa depan itu, tapi ternyata kau harus menerima kenyataan bahwa bukan kau orangnya, bukan kau yang bersamanya menjalani rencana kehidupan itu.

Tahun 2020, tahun di mana kau harusnya sudah bergelut dengan pekerjaan, seperti layaknya orang-orang yang ada di pemandangan masa kecilmu. Seseorang yang bekerja formal dari pagi hingga petang. Namun, kau harus menerima bahwa baru saja kau ingin berjuang untuk bekerja, tapi kenyataan PHK di mana-mana, kantor mengurangi pegawai, hingga kenyataan kau harus berdiam diri di rumah.

Tak cukup sampai di situ, kejadian demi kejadian yang terjadi itu tak lantas memberikan kelonggaran dalam kehidupan bermasyarakat. Social pressure itu pun selalu ada bagaimana kondisinya, bahkan dalam kondisi yang sudah jelas-jelas sulit di depan mata sekalipun, takkan membuatmu lolos dari cibiran. Kerja di mana sekarang, sudah sekolah tinggi-tinggi kok gak kerja. Kapan nikah? Sudah umur segini tuh jangan milih-milih, jangan terlalu sibuk, nanti gak ada yang mau loh. Eh si anu udah kerja di perusahaan x, udah jadi PNS. Eh si Inu udah beli rumah, udah nikah, udah punya anak.

Terasa, sungguh sangat terasa. Bagaimana tahun ini, tahun 2020 ini memberikan begitu banyak pelajaran, menikmati ups and downnya kehidupan. Karena adanya rentetan kejadian demi kejadian yang menghantam, pada akhirnya membuat kita menjadi lebih kuat. Rasanya menjalani masalah-masalah kecil sudah biasa dan bukan lagi hal yang perlu dipikirkan dengan sangat serius. Rasa-rasanya, kegagalan, penolakan, sakit hati, sudah menjadi sesuatu yang biasa dan dinormalisasi, saking sering dan terbiasanya dialami dan dihadapi.

Terima kasih 2020 atas segala warna warni kehidupan yang menghajar hingga babak belur. What doesn’t kill you makes you stronger <3.

Kamis, 19 November 2020

Gini-gini aja

Pernah gak sih ngerasa hidup kok gini-gini aja, gak ada progress, banyak mimpi dan rencana-rencana yang belum tercapai.

Kalau pernah, mungkin kita butuh untuk ambil jeda, istirahat sejenak, belajar dari orang-orang yang hidup di jalanan. Mereka gak "bergerak" gak makan, mereka banyak yang hidup dan tidur di jalanan.

Kita meski mungkin gini-gini aja tapi kita masih berteduh di rumah yang kokoh, kita masih bisa makan enak, masih bisa tidur nyenyak. Banyak hal yang bisa kita syukuri meski kondisi kita masih "gini-gini aja".

Akan ada saatnya hidup gini-gini aja berubah jadi hidup kok gini amat. Dunia adalah tempat "ujian", semoga aja kita lulus ujian demi ujian yang diberikan kepada kita dan kita tidak menjadi hamba yang kufur nikmat. Gak papa kalo saat ini kita hidup gini-gini aja, asal terus berusaha untuk menjadi terbaik versi kita, gak perlu berlomba untuk cepat-cepatan menjadi yang paling WAH dan paling terlihat sukses, setiap orang punya masanya dan setiap orang strugling di relnya masing-masing. Sering-sering ngobrol dengan diri sendiri agar tidak selalu meratapi hidup yang seringkali kita cap gini-gini aja.

Rabu, 18 November 2020

Self-Healing

Namanya juga manusia akan selalu dipastikan emosinya akan naik turun, sekaya apapun dia, sealim apapun dia, bahkan semampu apapun dia memenuhi segala kebutuhannya yang namanya emosi pasti akan selalu naik turun. Seperti layaknya semangat dan iman yang selalu naik turun, emosi pun demikian.

Saya mencari dan menemukan salah satu self-healing terbaik versi saya adalah berbagi. Saat berbagi akan selalu ada suntikan semangat yang ditularkan oleh orang-orang yang saya temui, dari mereka saya belajar arti perjuangan dan bersyukur. Beberapa minggu terakhir saya inisiatif mengajak beberapa orang untuk membuat sebuah gerakan kecil-kecilan yang tanpa nama dan tanpa membawa bendera apapun, gerakan kecil untuk berbagi makanan bagi orang-orang yang berjuang mencari nafkah di jalanan.

Selalu ada suntikan rasa syukur dan semangat melihat begitu banyaknya dukungan yang datang, baik berupa dukungan semangat, doa, terlebih lagi dukungan dalam bentuk dana. Gerakan seperti ini sudah pernah saya lakukan sebelumnya secara mandiri dan tanpa membuka donasi, tapi dampaknya juga kecil karena penghasilan saya yang belum seberapa jadi hanya mampu untuk berbagi ala kadarnya. Belakangan saya mencoba untuk membuka donasi, ternyata begitu banyak orang baik yang turut andil urunan untuk berbagi makanan bagi mereka yang “membutuhkan”. Banyak orang-orang baik yang membutuhkan wadah untuk menyalurkan niat-niat baik mereka menjadi aksi baik.

Cerita di jalanan sangat beragam. Umumnya kami menemui pemulung yang benar-benar menggantungkan hidupnya di jalanan. Di gerobak mereka selain berisi hasil dari memulung tak jarang pula berisi anak mereka yang lagi terlelap. Satu dua hingga beberapa kali saat kami membagikan makanan anak-anak mereka akan menerimanya dengan begitu girang, sama seperti ekspresi anak-anak kecil kebanyakan yang hanya tau senang ketika mendapat sesuatu yang membahagiakan dan menangis saat mereka “terluka”. Mereka berjuang dalam kerasnya kehidupan jalanan, membelah kemacetan kota, menerjang dinginnya malam, dan terus bergerak demi untuk memastikan ada sesuap nasi yang bisa mereka nikmati setiap harinya untuk menyambung hidup.

Pernah pula kami menemui pemulung yang tidak membawa gerobak, melainkan memikul karung yang berisi hasil dari memulung. Berjalan dengan kaki telanjang di tengah dinginnya malam. Mereka menggunakan masker dari pasangan calon walkot yang berbeda, peduli apa mereka dengan paslon walkot tersebut? Yang mereka perjuangkan adalah menjemput rejeki untuk tetap bisa menyambung hidup. Saat kami berikan masing-masing satu kotak makanan tak hentinya doa-doa baik mereka rapalkan, lalu kemudian berselang beberapa detik mereka melipir mencari tempat lapang untuk menyantap makanan yang diterimanya.

Tak jarang pula kami melihat mereka yang duduk di trotoar jalan dengan tatapan nanar, beristirahat setelah berjalanan seharian mencari sesuatu yang dianggap sampah oleh orang lain menjadi sesuatu yang bisa bernilai jual bagi mereka. Ada pula yang sedang duduk sambil makan sepotong kue, mengambil sedikit demi sedikit kue yang ada di genggaman mereka. Memasukkannya ke dalam mulut demi untuk mengganjal perut mereka yang kelaparan.

Salah satu hal yang mengiris-ngiris hati ketika melihat anak usia batita yang masih ngedot harus tidur di pangkuan ibunya di trotoar jalan tepat di samping gerobak. Sebagai seorang wanita dan seorang tante yang memiliki keponakan yang masih bayi, saya bisa merasakan “pedihnya” hati ibunya yang harus membawa serta anaknya untuk berjuang di jalanan. Ibu mana sih yang ingin melihat anaknya menderita? Tapi nyatanya banyak orang yang tidak mempunyai pilihan, garis kemiskinan  itu sistemik dan susah keluar dari lingkaran setan itu. Mereka juga berjuang keras untuk menjemput rejeki, namun nyatanya perjuangan keras mereka hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan makan untuk menyambung hidup saja. Pada akhirnya kerasnya kehidupan membuat mereka harus menyesuaikan diri untuk hidup dan tidur di mana saja.

Pernah sekali dua kali seseorang bertanya, apa yang kamu inginkan dari semua yang kamu lakukan ini? Tak panjang jawaban yang bisa kujawab, saya hanya mencari kelapangan dan kecukupan. Rasa cukup, rasa lapang, dan rasa tenang. Hal yang selalu saya dapatkan setiap kali berbagi dengan orang lain. Saya pun percaya segala hal baik yang terjadi dalam hidup saya dan keluarga tak terlepas dari banyaknya doa-doa baik yang melangit. Allah menyelipkan rasa lapang, rasa syukur, dan rasa tenang untuk saya dan keluarga di setiap waktu. Rasa yang tidak bisa dibeli dengan nominal berapapun. Begitupun dengan bala yang dihindarkan, itu karena banyaknya doa-doa baik yang melangit untuk saya. Thanks God.

Saya selalu percaya bahwa siapapun yang memudahkan urusan orang lain Allah pun akan memudahkan urusannya. Hal tersebut bekerja luar biasa dalam hidup saya. Setiap kali saya “tersandung” saya selalu mengambil jeda waktu untuk berfikir dan refleksi, apa yang salah? Barangkali ada rejeki orang yang tertahan di saya, barangkali ada satu dua kata dan perbuatan yang tak sengaja melukai orang lain, atau barangkali hubungan saya dengan Tuhan sedang tidak baik-baik saja. Sebuah momen refleksi yang membuat saya selalu belajar setiap waktu.

Dalam kondisi yang tidak selalu baik, hal yang bisa diusahakan selalu baik adalah pola pikir, pola tutur, dan pola tindakan kita. Bersama-sama berjuang untuk melakukan dan mendapatkan yang terbaik.

 

Selasa, 17 November 2020

Random Thoughts

Saat kita sibuk bertumbuh dan mengejar mimpi-mimpi kita, disadari atau tidak orang tua kita juga semakin menua. Entah karena faktor umur atau karena sudah terlalu sering bepergian, sekarang ngerasanya mau tinggal dan bekerja di Makassar aja biar bisa dekat dengan orangtua dan keluarga. Terkadang sekali dua kali muncul pikiran "apa sih yang sebenarnya saya kejar, apa sih yang sebenarnya saya cari", pada akhirnya keluarga adalah tempat kembali. Pada akhirnya semua yang diusahakan selama ini semata-mata tak jauh dari membahagiakan diri sendiri, orang tua, dan keluarga.

Jika dulunya sering nekat untuk kemana-mana bahkan dalam jangka waktu yang lama, sekarang mau keluar kota dalam waktu beberapa hari aja kadang mikir "pergi gak ya"? Apalagi jika tempat tersebut jaringannya tidak stabil, selalu saja ada kekhawatiran aneh-aneh yang menyelinap masuk ke dalam pikiran. At the end of the day kita akan sampai di tahap pengambilan keputusan akan mempertimbangkan faktor kondisi keluarga. 

Benar-benar waktu berlalu begitu cepat, melesat bagai anak panah, membuat kondisi berubah sedemikian cepatnya. Benar adanya bahwa setiap orang ada masanya, masa-masa berjaya dan nekat melakukan banyak hal tanpa banyak pertimbangan, hingga memasuki masa di mana segala hal dipertimbangkan dengan begitu matang, meminimalisir segala risiko yang mungkin terjadi. Baru sekarang menyadari kenapa kebanyakan orang tua begitu protektif kepada anaknya, ternyata rasanya seperti ini ya. Rasa yang tidak bisa dijelaskan dengan kata, cukup dirasakan dengan rasa.


Senin, 16 November 2020

Milad 27 MPAS Maestro


 

Selamat ulang tahun yang ke-27 Maestroku. Tempatku bertumbuh dan berproses selama 10 tahun terakhir. Beragam pengalaman saya dapatkan sejak awal bergabung di Maestro hingga kini. Beragam pelajaran pula yang saya pelajari. Berbagai macam orang dengan karakter yang unik telah saya temui. Waktu 10 tahun berproses di Maestro cukup banyak membentuk pola pikir dan pola tindakan saya.

Maestro adalah salah satu tempat yang benar-benar membentuk saya hingga kini menjadi seseorang yang mampu bertahan dalam berbagai situasi dan kondisi. Tempatku merasa selalu diterima sejauh apapun saya telah pergi, seburuk apapun kondisi saya, sekering apapun kondisi dompet saya, tempat saya merasakan kondisi sangat aman untuk menjadi diri sendiri tanpa harus khawatir akan sebuah justifikasi. “Rumah” yang selalu menjadi tempat kembali bagi banyak maestroner.

Setelah beberapa tahun terakhir tidak pernah lagi bergabung dalam kegiatan milad karena sedang tidak berada di Makassar, akhirnya kemarin bisa kembali bergabung. Milad eksternal dengan konsep outdoor dihadiri banyak sekali orang, dari para anggota Maestro hingga anak-anak lembaga kemahasiswaan di FBS. Ngecamp di hutan pinus yang family friendly, jadi senior-senior yang sudah berkeluarga dan memiliki anak bisa membawa anaknya sekalian untuk ikutan milad. Ada hal yang “unik” dalam milad kemarin. Jika selama ini kami selalu mengadakan kegiatan outdoor yang jauh dari peradaban dan mesti ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam, namun kali ini berbeda. Milad diadakan di tempat camp yang sangat mudah dijangkau, turun dari kendaraan sudah bisa langsung masuk ke tenda. Sebuah metamorfosa kehidupan, orang-orang yang dulunya kuat mendaki hingga ke luar pulau Sulawesi sekarang sudah mulai “rapuh” dan akan mencari pilihan-pilihan yang tidak harus berjalan jauh lagi hahaha.

Salah satu hal yang membuat selalu kagum dengan para anggota-anggota maestro adalah loyalitas yang tiada akhir. Bahkan setelah berkeluarga, punya anak, bekerja, dan sibuk dengan dunianya masing-masing para anggota akan selalu menyempatkan hadir di kegiatan-kegiatan Maestro. Kata salah seorang senior “27 tahun Maestro berkiprah dengan berbagai kondisi yang telah kita lewati bersama yang tentu saja tidak selalu mudah”, hal tersebut yang membuat hubungan emosional kami terbentuk dengan begitu kuat. Sehingga setiap ada kegiatan kita akan selalu meluangkan waktu untuk hadir. Setiap ada seseorang yang “bermasalah” kita akan selalu hadir sebagai support system.

Kegiatan kemarin di konsep dengan begitu baik oleh para satgas (satuan tugas) yang jumlahnya tidak seberapa. Mulai dari kegiatan puncak perayaan milad, lomba masak, lomba memanah, hingga outbound. Semua menikmati kegiatan yang disajikan oleh panitia. Meski pada hari kedua hujan mengguyur daerah Bissoloro (lokasi ngecamp) dengan begitu derasnya. Kami yang sudah hendak bersiap-siap untuk pulang kembali masuk ke tenda masing-masing untuk tidur.

Di tengah keseruan acara milad kemarin, drama-drama perjalanan pun tak bisa dihindari. Saya menuliskan cerita perjalanan kemarin sebagai sebuah catatan sejarah kehidupan saya pribadi untuk dikenang. Kami berencana balik ke Makassar pukul 16.00 sore. Rombongan yang naik mobil pribadi dan motor berangkat duluan. Tersisa dua mobil yakni mobil pick up untuk barang dan mobil tentara untuk penumpang.

Drama pertama terjadi saat mobil pick up yang seharusnya mengangkut barang-barang untuk kembali ke Makassar mengalami mogok karena kehujanan dan kedinginan. Mobil didorong maju mundur selama beberapa kali tapi tidak juga membuahkan hasil. Setelah sekian lama akhirnya mobilnya dibongkar dan diperbaiki, barulah sekitar pukul 20.00 mobil bisa kembali menyala. Barang-barang pun diangkut naik ke mobil dan kami para penumpang naik ke mobil tentara yang telah disewa oleh panitia.

Drama kedua terjadi saat mobil pick up yang mengangkut barang-barang mengalami kendala, ban mobil tergelincir karena licin sehabis hujan sehingga ban mobil tersebut masuk ke dalam akar pohon. Semua anggota cowok turun untuk bergotong royong mengangkat mobil kembali ke jalur yang benar. Butuh waktu setengah jam lebih untuk membuat mobil pick up kembali ke jalan yang benar. Semua senang semua tenang. Tetapi perasaan senang tersebut tidak berlangsung lama, terjadi lagi drama ketiga.

Drama ketiga terjadi saat semua penumpang mobil tentara disuruh turun jalan kaki menuju ke pintu gerbang masuk, hal tersebut disebabkan oleh licinnya jalan yang dikhawatirkan dapat membahayaka penumpang dan mobil. Jadi opsi satu-satunya hanyalah jalan. Jalan dalam gelap malam di tengah jalanan yang licin dan penuh lumpur. Kurang dari 15 menit kami sudah tiba di gerbang masuk. Kami menunggu cukup lama sekitar setengah jam lebih, ternyata mobil tentara yang kami tumpangi mengalami kendala nyangkut di pohon. Semua kembali bergotong royong untuk membuat mobil tersebut jalan lagi dan bisa mengangkut kami dengan selamat. Tak lama kemudian mobil tersebut sudah berada di pintu gerbang. Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Makassar. Baru beberapa menit mobilnya jalan, di tikungan menurun kami papasan dengan mobil yang datang dari bawah dan tidak memungkinkan untuk bisa jalan, harus ada salah satu yang mengalah. Mobil yang berasal dari bawah tersebut mengalah untuk mundur yang ternyata tidak cukup membantu. Setelah itu turunlah pak ketua untuk memberikan arahan kepada dua mobil yang berpapasan tersebut, sehingga ditemukan titik terang yang membuat kami bisa kembali melanjutkan perjalanan. Sekadar informasi, saat mobil kami berpapasan kami bisa menikmati keindahan kerlap kerlip Kota Makassar yang artinya kita berada di ketinggian dan kanan kiri jurang. Supirnya salah prediksi aja kami bisa terjun bebas ke jurang. Alhamdulillah Allah masih meridhoi perjalanan kami dan menganugerahkan kami keselamatan.

Mobil pun melaju menuju ke Makassar. Tak ada posisi enak dan nyaman di mobil. Tempat duduk yang terbuat dari susunan kayu dan sandaran yang begitu keras membuat pantat dan punggung kami sakit, belum lagi terpaan angin yang begitu kencang karena gorden mobil tidak ditutup, membuat kami sama sekali tidak merasakan kenyamanan. Tak tahan dengan dinginnya angina saya meminta salah seorang anggota untuk menutup tirai mobil, barulah setelah itu ada sedikit kenyamanan meski pantat dan punggung masih aja sakit. Sekadar gambaran, mobil tentara yang kami tumpangi adalah semacam mobil truk yang memiliki tempat duduk. Jadi kebayang kan bagaimana kondisinya hahaha. Pukul 22.30 kami tiba di kampus dengan selamat menyisakan kenangan berbagai drama.

Saya kemudian menyadari kenapa saya begitu menormalisasi sebuah kenyataan yang terkadang meleset jauh dari rencana karena saya sudah terlatih di Maestro. Rencana seindah apapun akan selalu memberikan kita kejutan-kejutan kenyataan yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya. Kita hanya butuh untuk lebih legowo dan berbesar hati menerima segala hal yang tidak sesuai yang kita rencanakan dan inginkan.   

Makassar 16 November 2020

Sabtu, 26 September 2020

Ekstrovert (?)

Saya sudah mencoba beberapa macam tes psikologi gratis di internet tentang kepribadian, hasilnya selalu menunjukkan bahwa saya adalah seseorang yang ekstrovert. Ekstrovert dan introvert sebenarnya hanya berbeda dalam pengelolaan “energi”. Ekstrovert akan ngerasa energinya terisi ketika ketemu sama orang-orang, sedangkan introvert malah sebaliknya orang-orang introvert malah cenderung kelelahan jika terlalu lama bertemu dengan orang, sehingga terkadang butuh “me time”.

Meskipun dari beberapa tes hasilnya menunjukkan bahwa saya adalah seorang ekstrovert, ternyata tak lantas membuat saya selalu senang ketemu dengan orang-orang. apalagi belakangan ini. Saya cenderung menghindari untuk bertemu intens dengan orang-orang, bahkan hingga komunikasi pun saya terkadang enggan.

Sekarang ngerasanya terlalu sering ketemu dengan orang malah terlalu banyak “tekanan”. Harus selalu tampil baik-baik saja, harus bisa selalu melayani pertanyaan basa-basi orang, harus selalu kelihatan berprogress setiap saat meski kenyataannya tak selalu demikian. Saya merasakan bahwa perubahan lingkungan, pertambahan digit umur ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi mental. Akan selalu ada hal-hal yang membuat kita overthinking hingga tertekan sehingga terkadang banyak orang yang lebih memilih untuk “menghindar”.

Ekstrovert dan introvert mungkin bukan sesuatu yang paten, buktinya perubahan lingkungan tempat tinggal dan pergaulan akan sedikit banyak memengaruhi. Orang-orang yang dulunya merasa energinya bertambah saat bertemu orang, sekarang malah merasa energinya terkuras habis dan merasa begitu kelelahan setelah bertemu dengan orang. Ya, manusia sedinamis itu. Sangat mudah berubah, baik secara pemikiran maupun kondisi mental.

Dan memang benar adanya bahwa semakin kita bertambah tua semakin mengecil lingkaran pertemanan kita. Kita akan memilah dan memilih orang-orang yang akan kita masukkan dalam kehidupan kita. Orang-orang yang dengan ikhlas mau kita temui dan berbincang dengan sangat terbuka. Orang-orang yang mengerti tanpa harus dijelaskan, orang-orang yang akan selalu berada disisi kita tanpa harus banyak menuntut ini dan itu, orang-orang yang dengan tulus menerima kita dengan segala lebih dan kurang yang kita miliki, serta orang-orang yang bisa mendukung dan tidak perlu mendikte pilihan-pilihan hidup kita.

Makassar, 26 September 2020

Minggu, 20 September 2020

Konsultasi Masalah Haid di RSIA

 

Teman-teman pasti sudah tau kan RSIA itu apa? Ya, RSIA adalah singkatan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak. Beberapa hari yang lalu karena ingin periksa di dokter obgyn akhirnya saya memutuskan untuk ke RSIA. Salah satu alasannya karena saat ini lagi masa-masa covid dan menurut saya RSIA adalah RS yang lebih aman dibandingkan RS umum.

Saya berangkat bersama seorang teman yang baru beberapa hari yang lalu menikah, dia juga hendak konsultasi ke dokter obgyn. Kejadian awkward dimulai saat baru mendaftar di bagian administrasi, ditanyain sudah menikah belum? Dengan tatapan ini anak kecil ngapain ke RSIA segala. Hahaha. Saya menjawab belum kak, sambil menceritakan saya hendak konsultasi apa ke dokter siapa. Untungnya sebelum ke RS saya sudah terlebih dahulu meminta rekomendasi ke teman yang sering ke RS tersebut, menanyakan nama-nama dokter yang sekiranya bagus dan pas di hati. Jadi saat mendaftar bisa langsung mention nama dokternya.

Info yang saya dapat dari teman kalau kita harus mendaftar sehari sebelum dokter tersebut praktik, agar melengkapi kebutuhan administrasi terlebih dahulu. Tapi saat mendaftar di bagian administrasi ternyata bisa langsung check up pas hari itu juga, jadi tidak perlu menunggu sampai besok dan besoknya lagi. Oke, bagian administrasi sudah dilewati. Sekarang lanjut ke bagian administrasi lantai dua untuk mendaftar lagi. Ditanyain dengan pertanyaan yang sama, sudah menikah belum, nama suaminya siapa? Belum  juga menjawab satu pertanyaan sudah dijejal dengan pertanyaan lanjutan. Saya belum menikah kak, jawabku. Akhirnya ditanyain nama bapak untuk ditaroh di nama belakang saya. Gapapa ya pake nama bapak dulu, bulan depan atau tahun depan siapa tau udah jadi nyonya dari seseorang, batinku. Hahaha

Setelah beres dari bagian administrasi kedua selanjutnya disuruh menunggu. Waktu itu masih pukul 11.00 WITA sedangkan jadwal praktik dokternya pukul 13.00 WITA. Masih ada waktu dua jam untuk melakukan banyak hal. Saya dan teman saya pergi ke luar dulu untuk suatu keperluan. Barulah kembali ke RS lagi setelah pukul 13.00. Kali ini kami harus melapor di bagian perawat. Menceritakan masalah yang akan kami konsultasikan. Lagi-lagi ditanya status pernikahan, sudah pernah menikah, lalu perawatnya buru-buru mengganti pertanyaannya, sudah menikah? Mungkin perawatnya menyadari pertanyaan sebelumnya adalah pertanyaan yang aneh “sudah pernah menikah” akhirnya diganti sudah menikah? Hahaha

Setelah ditanya tiga kali dengan pertanyaan yang bermaksud sama “sudah menikah atau belum”? Saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan tersebut adalah pertanyaan wajib yang akan ditanyakan oleh petugas, ya jelas ajalah ya. Namanya RSIA jadi orang-orang yang datang mayoritas orang-orang yang hendak konsultasi mengenai kondisi kandungan, kehamilan, maupun urusan anak.

Dokter yang dijadwalkan praktik pukul 13.00 nyatanya baru mulai praktik saat jarum jam menunjukkan pukul 15.00 kurang. Saya pun baru mendapat giliran konsul menjelang pukul 17.00. Untung dokternya ramah dan menjelaskannya dengan jelas sehingga lelah menunggu lama pun akhirnya terbayarkan.

Saya konsultasi ke dokter karena ada masalah haid tidak lancar dan tidak teratur. Sebelumnya ditanya-tanyain sama dokter mengenai kondisi haidnya seperti apa, kapan terakhir haid, ada keluhan gak kalo lagi haid, dan pertanyaan yang tidak ketinggal sudah menikah belum? Setelah saya menjawab pertanyaan-pertanyaan dokternya akhirnya diajak menuju ke ruang USG. Alhamdulillah setelah USG ternyata sehat dan tidak ada masalah apa-apa, hanya saja ada penebalan di dinding Rahim yang menyebabkan haid tidak lancar. Alhamdulillah sehat dan normal, selama ini sudah khawatir jangan sampai ada penyakit, tapi alhamdulillahnya tidak ada.

Saya suka dan nyaman dengan dokternya dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, ditanyain sudah nikah belum, ada rencana menikah, kapan mau nikah, ada rencana punya anak? Pertanyaan-pertanyaan yang jarang ditanyakan sama orang adalah “ada rencana menikah, ada rencana punya anak”? karena kenyataannya sekarang banyak orang yang memilih tidak ingin menikah dan tidak ingin punya anak, meskipun aku bukan bagian dari orang-orang tersebut.

Setelah melihat hasil USG akhirnya diberikan resep obat sama dokter untuk pelancar haid plus nasihat-nasihat untuk memperbaiki pola makan, istirahat, dan jangan stres  karena beberapa hal tersebut yang bisa menjadi sangat berpengaruh terhadap pola haid. Dipesenin juga sama dokter jika nanti sudah ada rencana mau nikah untuk berkonsultasi lagi agar diberikan terapi hormon, haid tidak lancar sebenarnya tidak selamanya berbahaya tapi akan sangat berpengaruh jika ada rencana untuk memiliki momongan, karena berdampak ke masa subur yang juga tidak menentu. Jadi perlu untuk adanya terapi hormone agar haid menjadi lancar jika nantinya sudah ada rencana menikah dan ingin memiliki anak.

Buat para cewek-cewek, kita memang sedari awal harus aware tentang kesehatan kita, apalagi terkait kesehatan reproduksi karena banyak sekali penyakit-penyakit yang terkait kesehatan reproduksi ini. Tapi jangan khawatir dan gak usah terlalu overthinking jika mengalami sesuatu yang “di luar kenormalan”. Jangan menjadikan google sebagai info valid untuk memvalidasi rasa penasaran kamu. Segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

Makassar, 20 September 2020

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...