Senin, 16 November 2020

Milad 27 MPAS Maestro


 

Selamat ulang tahun yang ke-27 Maestroku. Tempatku bertumbuh dan berproses selama 10 tahun terakhir. Beragam pengalaman saya dapatkan sejak awal bergabung di Maestro hingga kini. Beragam pelajaran pula yang saya pelajari. Berbagai macam orang dengan karakter yang unik telah saya temui. Waktu 10 tahun berproses di Maestro cukup banyak membentuk pola pikir dan pola tindakan saya.

Maestro adalah salah satu tempat yang benar-benar membentuk saya hingga kini menjadi seseorang yang mampu bertahan dalam berbagai situasi dan kondisi. Tempatku merasa selalu diterima sejauh apapun saya telah pergi, seburuk apapun kondisi saya, sekering apapun kondisi dompet saya, tempat saya merasakan kondisi sangat aman untuk menjadi diri sendiri tanpa harus khawatir akan sebuah justifikasi. “Rumah” yang selalu menjadi tempat kembali bagi banyak maestroner.

Setelah beberapa tahun terakhir tidak pernah lagi bergabung dalam kegiatan milad karena sedang tidak berada di Makassar, akhirnya kemarin bisa kembali bergabung. Milad eksternal dengan konsep outdoor dihadiri banyak sekali orang, dari para anggota Maestro hingga anak-anak lembaga kemahasiswaan di FBS. Ngecamp di hutan pinus yang family friendly, jadi senior-senior yang sudah berkeluarga dan memiliki anak bisa membawa anaknya sekalian untuk ikutan milad. Ada hal yang “unik” dalam milad kemarin. Jika selama ini kami selalu mengadakan kegiatan outdoor yang jauh dari peradaban dan mesti ditempuh dengan berjalan kaki berjam-jam, namun kali ini berbeda. Milad diadakan di tempat camp yang sangat mudah dijangkau, turun dari kendaraan sudah bisa langsung masuk ke tenda. Sebuah metamorfosa kehidupan, orang-orang yang dulunya kuat mendaki hingga ke luar pulau Sulawesi sekarang sudah mulai “rapuh” dan akan mencari pilihan-pilihan yang tidak harus berjalan jauh lagi hahaha.

Salah satu hal yang membuat selalu kagum dengan para anggota-anggota maestro adalah loyalitas yang tiada akhir. Bahkan setelah berkeluarga, punya anak, bekerja, dan sibuk dengan dunianya masing-masing para anggota akan selalu menyempatkan hadir di kegiatan-kegiatan Maestro. Kata salah seorang senior “27 tahun Maestro berkiprah dengan berbagai kondisi yang telah kita lewati bersama yang tentu saja tidak selalu mudah”, hal tersebut yang membuat hubungan emosional kami terbentuk dengan begitu kuat. Sehingga setiap ada kegiatan kita akan selalu meluangkan waktu untuk hadir. Setiap ada seseorang yang “bermasalah” kita akan selalu hadir sebagai support system.

Kegiatan kemarin di konsep dengan begitu baik oleh para satgas (satuan tugas) yang jumlahnya tidak seberapa. Mulai dari kegiatan puncak perayaan milad, lomba masak, lomba memanah, hingga outbound. Semua menikmati kegiatan yang disajikan oleh panitia. Meski pada hari kedua hujan mengguyur daerah Bissoloro (lokasi ngecamp) dengan begitu derasnya. Kami yang sudah hendak bersiap-siap untuk pulang kembali masuk ke tenda masing-masing untuk tidur.

Di tengah keseruan acara milad kemarin, drama-drama perjalanan pun tak bisa dihindari. Saya menuliskan cerita perjalanan kemarin sebagai sebuah catatan sejarah kehidupan saya pribadi untuk dikenang. Kami berencana balik ke Makassar pukul 16.00 sore. Rombongan yang naik mobil pribadi dan motor berangkat duluan. Tersisa dua mobil yakni mobil pick up untuk barang dan mobil tentara untuk penumpang.

Drama pertama terjadi saat mobil pick up yang seharusnya mengangkut barang-barang untuk kembali ke Makassar mengalami mogok karena kehujanan dan kedinginan. Mobil didorong maju mundur selama beberapa kali tapi tidak juga membuahkan hasil. Setelah sekian lama akhirnya mobilnya dibongkar dan diperbaiki, barulah sekitar pukul 20.00 mobil bisa kembali menyala. Barang-barang pun diangkut naik ke mobil dan kami para penumpang naik ke mobil tentara yang telah disewa oleh panitia.

Drama kedua terjadi saat mobil pick up yang mengangkut barang-barang mengalami kendala, ban mobil tergelincir karena licin sehabis hujan sehingga ban mobil tersebut masuk ke dalam akar pohon. Semua anggota cowok turun untuk bergotong royong mengangkat mobil kembali ke jalur yang benar. Butuh waktu setengah jam lebih untuk membuat mobil pick up kembali ke jalan yang benar. Semua senang semua tenang. Tetapi perasaan senang tersebut tidak berlangsung lama, terjadi lagi drama ketiga.

Drama ketiga terjadi saat semua penumpang mobil tentara disuruh turun jalan kaki menuju ke pintu gerbang masuk, hal tersebut disebabkan oleh licinnya jalan yang dikhawatirkan dapat membahayaka penumpang dan mobil. Jadi opsi satu-satunya hanyalah jalan. Jalan dalam gelap malam di tengah jalanan yang licin dan penuh lumpur. Kurang dari 15 menit kami sudah tiba di gerbang masuk. Kami menunggu cukup lama sekitar setengah jam lebih, ternyata mobil tentara yang kami tumpangi mengalami kendala nyangkut di pohon. Semua kembali bergotong royong untuk membuat mobil tersebut jalan lagi dan bisa mengangkut kami dengan selamat. Tak lama kemudian mobil tersebut sudah berada di pintu gerbang. Kami melanjutkan perjalanan menuju ke Makassar. Baru beberapa menit mobilnya jalan, di tikungan menurun kami papasan dengan mobil yang datang dari bawah dan tidak memungkinkan untuk bisa jalan, harus ada salah satu yang mengalah. Mobil yang berasal dari bawah tersebut mengalah untuk mundur yang ternyata tidak cukup membantu. Setelah itu turunlah pak ketua untuk memberikan arahan kepada dua mobil yang berpapasan tersebut, sehingga ditemukan titik terang yang membuat kami bisa kembali melanjutkan perjalanan. Sekadar informasi, saat mobil kami berpapasan kami bisa menikmati keindahan kerlap kerlip Kota Makassar yang artinya kita berada di ketinggian dan kanan kiri jurang. Supirnya salah prediksi aja kami bisa terjun bebas ke jurang. Alhamdulillah Allah masih meridhoi perjalanan kami dan menganugerahkan kami keselamatan.

Mobil pun melaju menuju ke Makassar. Tak ada posisi enak dan nyaman di mobil. Tempat duduk yang terbuat dari susunan kayu dan sandaran yang begitu keras membuat pantat dan punggung kami sakit, belum lagi terpaan angin yang begitu kencang karena gorden mobil tidak ditutup, membuat kami sama sekali tidak merasakan kenyamanan. Tak tahan dengan dinginnya angina saya meminta salah seorang anggota untuk menutup tirai mobil, barulah setelah itu ada sedikit kenyamanan meski pantat dan punggung masih aja sakit. Sekadar gambaran, mobil tentara yang kami tumpangi adalah semacam mobil truk yang memiliki tempat duduk. Jadi kebayang kan bagaimana kondisinya hahaha. Pukul 22.30 kami tiba di kampus dengan selamat menyisakan kenangan berbagai drama.

Saya kemudian menyadari kenapa saya begitu menormalisasi sebuah kenyataan yang terkadang meleset jauh dari rencana karena saya sudah terlatih di Maestro. Rencana seindah apapun akan selalu memberikan kita kejutan-kejutan kenyataan yang tidak pernah kita perkirakan sebelumnya. Kita hanya butuh untuk lebih legowo dan berbesar hati menerima segala hal yang tidak sesuai yang kita rencanakan dan inginkan.   

Makassar 16 November 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...