Tinggal menghitung hari tahun 2020 akan segera berganti, seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang pergantian tahun saya selalu menuliskan refleksi akhir tahun. Namun, akhir tahun ini agak sedikit berbeda, saya tidak lagi mengeavaluasi resolusi karena akhir tahun 2019 saya memutuskan untuk menjalani tahun 2020 dengan serangkaian kejutan-kejutannya tanpa banyak ekspektasi dan tidak menulis resolusi. Dan benar, kejutan-kejutan itu datang silih berganti.
Ada begitu banyak hal yang terjadi tahun 2020. Bahagia, sedih, menerima, melepaskan, memulai, mengakhiri, serta naik turunnya kehidupan.
Pertama-tama sayang mengucap syukur yang tiada henti atas segala berkah dan rahmat yang Allah berikan kepada saya dan keluarga, nikmat umur yang panjang, nikmat kesehatan, nikmat waktu luang, nikmat kebersamaan, dan sejuta nikmat yang tidak bisa saya jabarkan satu persatu.
#Januari
Mengawali tahun ini, bulan Januari saya masih berkutat di Panrita, mendampingi siswa-siswa Panrita dalam menyelesaikan kelas Intensif batch 3 lalu dilanjutkan dengan kelas tambahan hingga menjelang tes CPNS. Salah satu hal yang saya syukuri di tahun 2020 adalah kebersamaan dengan teman-teman kelompok belajar, hampir setiap hari kami bertemu untuk belajar bersama, dari pagi hingga malam hari, kebersamaan demi kebersamaan itu mampu mengisi kekosongan hari-hari kami yang masih berjuang untuk mencari kerja.
Akhir bulan, saya bersama tim Panrita, ada Kak Udpa, Kak Fany, Jaya, Didit, Ilo, Karim dan Farida, berangkat menuju ke Enrekang untuk memberikan try out kepada guru-guru honor yang hendak mendaftar CPNS di sekolahnya Kak Fadly, lalu lanjut jalan-jalan ke Toraja. Hal yang juga saya syukuri adalah berangkat dengan dalih CSR Panrita bersama orang-orang yang asyik ke tempat yang baru pertama kali saya kunjungi. Bersyukur bisa jalan-jalan ke Enrekang dan lanjut liburan ke Toraja Toraja dan melihat secara langsung dua kota tersebut yang selama ini hanya sekadar tau nama.
#Februari
Setelah sekian lama keinginan untuk memiliki passport terwujud, meskipun pada akhirnya passportnya belum terpakai sama sekali karena adanya covid, jadi menunda dulu untuk backpackeran ke LN. Tapi meskipun belum kepake sama sekali, hal ini tidak mengurangi kebahagiaan dan kesyukuran, setidaknya sudah punya, jadi nanti saat kondisi sudah membaik dan ada rejeki bisa langsung cuss.
Untuk pertama kalinya Panrita mendapat siswa dari kalangan TNI, bersyukurnya lagi beliau-beliau adalah pejabat TNI AL. Kami merasa sangat bersyukur kami bukan hanya mendapat siswa tapi juga mendapat relasi, saya pun untuk pertama kalinya masuk ke Lantamal dan diperlakukan secara istimewa.
Seakan belum puas jalan-jalan, kurang dari sebulan setelah perjalanan ke Enrekang dan Toraja saya bersama Kak Udpa, Kak Fany, Jaya dan Didit kembali menikmati liburan ke Bulukumba, dengan terlebih dahulu mampir dan menginap di Jeneponto. Menikmati jamuan coto kuda dan keramahan orang tuanya Didit. Lalu lanjut ke Bara dan nginap di Cosmos Bungalows. Meskipun sudah beberapa kali jalan-jalan ke Bulukumba, tetapi rasanya selalu berbeda dan selalu menyenangkan, tempatnya mungkin biasa aja tapi karena teman perjalanannya asyik jadi tempatnya rasanya menjadi luar biasa. Ada pengalaman yang mahal saat jalan-jalan ke Bulukumba kali itu, untuk pertama kalinya saya nginap di Bungalows yang pemandangan di cafenya langsung menghadap ke laut, saat mau bermain air kita hanya tinggal turun tangga dan sudah langsung bercumbu dengan bibir pantai. 2 hari friends time dan deep talk bareng mereka.
Menutup bulan Februari saya berangkat untuk tes CPNS di Kementerian Desa PDTT di Jakarta. Waktu itu saya tidak langsung ke Jakarta, namun ke Jogja dulu silaturrahmi dengan teman-teman yang masih tersisa di Jogja dan menyempatkan waktu untuk ke kost guna untuk silaturrahmi dengan ibu kost. Lalu saya melanjutkan perjalanan ditemani oleh Ayu ke Jakarta. Tanggal 29 Februari saya diantar oleh Rayhan dan Ayu ke BKN untuk tes CPNS, meski pada akhirnya keluar hasil dan melakukan quick qount dan memastikan saya tidak lolos masuk ke SKB. But it’s oke, im happy for it. Saya hanya butuh beberapa menit untuk menerima kenyataan bahwa saya tidak lolos ke tahapan selanjutnya, lalu saya bersyukur ini adalah jawaban doa saya kepada Allah selama ini untuk diberikan yang terbaik, saya menerima dengan sangat ikhlas ketidaklulusan saya dan percaya ini adalah yang terbaik dari Allah. Saat sudah tes kami lalu lanjut ke TMII untuk bertemu dengan Uminya Rayhan dan bermain di TMII. Sungguh hari yang luar biasa. Sudah lepas beban untuk menghadapi tes, tes sudah dilalui, dan selanjutnya menikmati permainan di TMII, naik kereta gantung yang seru dan melihat pemandangan TMII dari atas.
#Maret
Awal maret, saya, Ayu, dan Rayhan berangkat menuju ke Bandung untuk menemui Siti. Ini merupakan salah satu ucapan selamat atas pertunangan Siti dan Zaki yang baru sempat kami sampaikan secara langsung, makanya kami ke Bandung. Saat itu ada rasa-rasa harunya gitu saat tau Rayhan nyuruh kami cancel tiket kereta dan menyatakan mau ikut serta ke Bandung menggunakan mobil. Akhirnya kami bisa low budget di Bandung karena nginap gratis di ma’had UIN dan jalan-jalan pake mobilnya Rayhan dan hanya modal beli bensin doang hahaha. Udah tidak pusing lagi mikir rental kendaraan dan nyari supir, udah ada Rayhan yang datang all in. Di Bandung kami sempat jalan-jalan ke Ciwidey, Kawah Putih, ke Kapal Phinisi, ke Lembang, dan ke Dusun Bambu. Perjalanan yang sungguh menyenangkan sama teman-teman terkasih.
Tanggal 3 Maret saya balik ke Jogja. Namun, sebelum balik ke Makassar saya menyempatkan untuk bertemu dengan teman-teman yang ada di Jogja, serta diajakin ke café baru yang lagi hitz pada saat itu di Jogja, namanya café heha. Café yang cukup comfy dengan pemandangan malam hari bak di bukit bintang.
Saat balik ke Makassar tepat saat anak-anak Maestro sedang ada kegiatan outdoor di tebing. Saya pun turut meramaikan dan tenggelam dalam suasana kehangatan Maestro yang sudah lama tidak pernah saya rasakan lagi, karena tidak berada di Makassar.
Pertengahan bulan Maret Cekgu menikah, Kak Udpa habis lamaran. Sangat bersyukur melihat satu persatu teman-teman menemukan jodohnya. Fiks 3 dari 4 tim Panrita akhirnya menggenap, tersisa saya yang berstatus single.
Pertengahan Maret desas desus covid di Indonesia makin kencang berhembus, akhirnya mama meminta saya pulang kampung. Berhasillah #stayathome selama beberapa bulan.
#Maret hingga Agustus
Seperti yang melekat jelas diingatan saat belajar Cross Culture Understanding saat masih kuliah, perasaan itupun kualami saat pulang kampung. Dari yang awalnya sangat excited, bosen, hingga biasa aja. Awalnya merasa sangat excited karena setelah bertahun-tahun semenjak lulus SD hingga berumur 25+ tidak pernah sekalipun tinggal di kampung dalam durasi berbulan-bulan, dulu hanya pulang jika ada acara keluarga atau lebaran. Namun, hikmah adanya pandemi mau atau tidak harus stay at home demi untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain. Banyak hal yang saya pelajari dan syukuri berada di rumah dalam waktu yang lama, akhirnya bisa quality time dengan keluarga dan bisa berbakti kepada orang tua, meski pernah juga mengalami tekanan saat ditanya sama orang-orang kerja di mana.
Banyak sekali eksperimen yang saya lakukan saat berada di rumah, terutama belajar masak kue dan masak-masak yang lain, tapi itu hanya bertahan beberapa minggu hingga akhirnya bosan. Selain belajar masak, saat di rumah untuk pertama kalinya tau aplikasi zoom dan google meet, banyak sekali kelas-kelas yang saya ikuti hingga ngerasa overwhelmed karena kebanyakan input tapi tidak menemukan wadah untuk menyalurkan. Akhirnya mengurasi kelas-kelas yang memang dibutuhkan.
Saat di rumah karena tidak ada kerjaan akhirnya mikir untuk membuat sebuah komunitas, mencoba mengajak beberapa orang dengan ide random yang saya tawarkan, akhirnya ajakan tersebut bersambut dan lahirlah Sinesia (Sisi Indonesia) sebagai komunitas sosial pendidikan.
Masih dalam momentum di rumah aja, saya mendaftar pengurus Mata Garuda pusat di bidang hubungan komunitas. Hal yang sampai hari ini masih dan tetap akan saya syukuri karena bergabung dalam lingkaran Mata Garuda. Kenal banyak orang dari berbagai latar belakang dan akhirnya banyak mendengarkan perspektif-perspektif baru dan aplikasi-aplikasi baru. Hal lain yang membuat saya bersyukur adalah masuk Mata Garuda dan gabung di tim hubungan komunitas, saya merasa begitu berdaya dan bersyukur bisa kenal dengan banyak awardee yang menjadi pengurus komunitas.
Saat di rumah dan ikut berbagai macam kelas, ada yang sampai hari ini rutin saya lakukan yakni menulis catatan syukur, saya mendapatkan insight dari Kak Ayu Kartika Dewi untuk rutin menulis catatan syukur agar hidup lebih bisa kita syukuri, serta mulai belajar investasi reksadana.
Rentan waktu beberapa bulan ini pun saya konsisten menulis di blog selama 3 bulan, niatnya waktu itu untuk membentuk kebiasaan baru, karena katanya untuk membentuk kebiasaan dibutuhkan waktu 3 bulan. Tapi ternyata setelah itu males lagi, hahaha. Tapi gapapalah ya, udah pernah serajin itu.
#AGUSTUS
Pertengahan Agustus setelah lebaran Idul Adha saya menemani mama ke Banjar untuk ketemu dengan cucunya, Kalimantan Selatan. Untuk pertama kalinya sejak Maret akhirnya ke Makassar sebelum akhirnya berangkat ke Banjar, sesampainya di Makassar sempat kaget juga melihat orang-orang yang biasa aja baik di jalan maupun di tempat-tempat umum. Selama ini jika melihat pemberitaan covid yang setiap hari meningkat, agak shock juga melihat kenyataan orang-orang di lapangan ternyata biasa aja bahkan sudah mulai banyak yang nongkrong dan tidak menggunakan masker. Bahkan saat pergi mengambil tes rapid sempat deg-degan juga kalau-kalau ternyata hasilnya reaktif. Saat di bandara pun makin kaget lagi saat melihat orang-orang yang begitu banyak di bandara dan tidak menjaga jarak. Hingga pada akhirnya berdamai dengan keadaan dan meningkatkan self-awareness akan kesehatan dan keselamatan diri dan keluarga. Senang akhirnya tiba di Kalimantan dan bertemu dengan ponakan. Saat tiba di Kalimantan pun banyakan waktu dihabiskan di rumah bersama keluarga, hanya beberapa kali keluar salah satunya ke Pasar Terapung Lok Baintan. Agak miris juga mendengar cerita ibu-ibu yang berjualan, bagaimana mereka berusaha untuk bertahan hidup di tengah kondisi covid yang tidak menentu. Beberapa bulan Pasar Terapung ditutup oleh pemerintah setempat untuk mengurangi potensi penularan. Jadi benar-benar dilema sih sebenarnya, antara covid yang benar-benar menyerang kesehatan dan juga perputaran ekonomi yang banyak orang tidak kerja ya tidak makan karena tidak punya uang.
#SEPTEMBER
Salah satu hal yang saya syukuri di bulan September saya genap berusia 28 tahun, masih hidup, sehat, dan dianugerahi banyak kenikmatan dan rasa cukup. Lalu menyaksikan sahabat saya sedari kuliah S1 menikah dengan seseorang yang tidak disangka-sangka dengan proses yang sangat mudah dan cepat. Tahun 2020 meskipun pandemic yang membuat banyak rencana-rencana yang tidak terealisasi tapi saya sangat bersyukur melihat teman-teman dekat saya banyak menggenap.
Pertengahan September saya bersama teman-teman di Maestro ngecamp di Pulau Baranglompo, salah satu pulau yang dihuni oleh salah seorang junior kami.
#OKTOBER
Bulan Oktober saya berangkat ke Jogja untuk melaksanakan kegiatan Sinesia di Wonolelo, Kaki Gunung Merbabu, Magelang. Kegiatan Sinesia dilaksanakan di waktu yang disebut-sebut sebagai new normal. Meskipun deg-degan melakukan kegiatan di tengah pandemic, tetapi tetap meyakini bahwa insya allah ini adalah hal baik, Allah yang akan menjaga kita. Semua yang hendak ikut kegiatan kami wajibkan menggunakan masker dan membawa surat keterangan sehat atau rapid test, mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan jangan sampai kami yang jadi carrier. Jadi selama proses kegiatan protokol kesehatan tetap diperhatikan, apalagi ada beberapa volunteer yang ikut merupakan orang-orang kesehatan yang kerja di RS, jadi menjadi alarm hidup yang selalu mengingatkan jika ada yang membuka masker. Pandemi ini benar-benar membuat banyak hal yang berubah dan akhirnya tidak bisa dilakukan, salah satunya adalah proses belajar di sekolah. Di Wonolelo yang notabene sangat susah akan jaringan, anak-anak harus bergantian untuk ke sekolah ambil tugas dan ada yang terpaksa harus masuk 2 hari sekali karena di rumah mereka tidak bisa belajar. Kondisi digitalisasi belum menjangkau semua daerah di Indonesia, terutama daerah-daerah yang susah akses jaringan, jadi tetap mereka harus ke sekolah untuk belajar. Saat di Jogja saya nginap di kostan lama dan ibu bapak kost dengan tangan terbuka menerima kehadiran saya. Mereka sangat baik masih sama saat saya dulu masih jadi anak kost tetap selama dua tahun. Meskipun was-was dan deg-degan selama perjalanan ke Jogja tapi saya bersyukur bisa menikmati suasana bandara baru Yogyakarta yang berada di Kulonprogo.
Masih di bulan Oktober, sepulang dari Jogja saya membuat kegiatan bagi nasi dan sangat bersyukur melihat antusiasme orang-orang untuk bersedekah sangat tinggi. Alhamdulillah.
#NOVEMBER
Pertengahan bulan November saya bersama teman-teman di Maestro ngecamp di Bissoloro dalam rangka perayaan milad 27 tahun MPAS Maestro. Rasa-rasanya tahun ini tahun yang paling sering saya mengikuti kegiatan Maestro setelah lulus kuliah S1.
#DESEMBER
Akhirnya Panrita punya kantor setelah hampir 4 tahun lahir di dunia ini, management Café Arthur berbaik hati untuk memberikan kami satu ruangan di lantai dua untuk jadi kantor LKP Panrita. Alhamdulillah.
Bulan ini merasakan gimana seret-seretnya keuangan. Sempat ngedrop kondisi kesehatan. Lalu mendapat kabar dari seseorang yang dulu sempat memberi harapan atau mungkin tepatnya hanya saya yang berharap pada saat itu bahwa dia akan segera menikah.
Tahun 2020 adalah tahun yang penuh pelajaran. Belajar arti cukup dan bersyukur. Belajar untuk menghargai setiap momen bersama keluarga. Belajar untuk menerima segala kenyataan yang tidak sesuai rencana. Belajar untuk berdamai dengan kegagalan demi kegagalan. Belajar untuk menjaga kesehatan. Dan belajar banyak hal mulai dari mengasah otak, mengasah hati, hingga mengasah keimanan. 2020 penuh cerita ups and down. Terima kasih tahun 2020 untuk segala hal yang terjadi, baik yang lekat diingatan maupun bias bersama waktu. Tahun 2020 membuat saya merasa semakin dewasa dalam berpikir dan bertindak. Semoga tahun depan bisa lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar