Senin, 22 Mei 2017

Berani bersuara, berani!!!

Hari kedua #30haribercerita. 

Sumber foto : Google

Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang pengalaman seorang teman. Namanya Icha. Gadis belia yang baru saja selesai mengikuti ujian masuk PTN di Bandung. Sore hari sekitar jam 3, Icha berangkat bersama mamang gojek menuju stasiun Bandung untuk kembali ke Kampung Inggris melanjutkan kursusnya yang sempat berjeda karena ijin mengikuti SBMPTN di Bandung. 

Tiba-tiba malam harinya, terdengar kabar Icha lagi di stasiun Bandung. Padahal jadwal seharusnya dia sudah harus berangkat ke Kediri pukul 3:30 PM. Usut punya usut, ternyata saat dia hendak berangkat, dia menaiki kereta yang salah. Harusnya menumpangi kereta menuju ke Kedir, ini malah naik di kereta menuju ke Jakarta. 

Ternyata terlalu bepositif terkadang juga memberikan dampak yang tidak begitu baik. Hendaknya kita menyuarakan isi hati, tidak hanya terkungkung dalam pikiran positif dan hanya sekedar menerka-nerka. 

Jadi kronologisnya, saat sampai di stasiun Bandung, Icha menuju ke petugasnya untuk bertanya gerbong Ekonomi 2, diarahkanlah sama petugasnya arah menuju ekonomi 2. Sesampainya di gerbong Ekonomi 2, Icha kembali bertanya ke petugasnya “Mas ini benernya gerbong Ekonomi 2”, iya teh. Jawab petugasnya. Tak lama kemudian, keretanya pun datang. Tanpa menaruh curiga, Icha langsung saja naik menuju kursi yang tertera pada tiket. Dan duduk cantik. Meskipun merasa banyak keanehan, tapi Icha masih saja berpikir positif tanpa bertanya dan berkata apa-apa. Keanehan-keanehan seperti jalur kereta yang mengarah ke arah yang sama, tempat duduk yang mewah dan terkesan lebih bagus ketimbang kereta-kereta ekonomi pada biasanya. Hingga datanglah petugas KAI untuk memeriksa tiket. 

Nah, petugas keretanya juga kebingungan. Tempat duduk yang ditempati Icha itu orangnya tercatat tidak datang, artinya tempat duduk tersebut harusnya kosong. Tapi kok bisa ada orang ya disana? Akhirnya dilakukan pengecekan tiket. Dan, tadaaaa. Barulah ketahuan kalau Icha ternyata menumpangi kereta yang salah. Setelah melewati satu stasiun Icha diturunkan dan diinstruksikan untuk kembali ke stasiun Bandung. Setibanya di stasiun Bandung, doi diarahkan masuk ke ruangan crew. Bicara untuk mencari solusi. 

Dan untungnya, masih banyak orang baik di dunia ini. Icha yang waktu itu hanya memiliki uang 120.000 yahng notabene harga tiket 250.000 dari Bandung menuju Kediri mendapat berkah dari bapak-bapak petugasnya. Awalnya dikasi uang 200.000, lalu kemudian ketika hendak membooking tiket kembali. Dia diberikan uang tambahan 50.000. alhasil, tiketnya yang hangus dan harus ketinggalan kereta sehari. Digantikan dengan tiket yang baru dengan pengalaman berharga yang begitu besar. Hihihihi. Keesokan harinya barulah Icha berangkat kembali ke Kediri dengan kereta dan jadwal yang sama. Safe trip Icha. See you in another time.

Note :

  • Berpikir positif boleh, tapi jangan terlalu, segala sesuatu yang terlalu hasilnya tidak akan begitu baik.

  • Bertanyalah sebelum tersesat dijalan. Hihihi

  • Daaaann katakanlah unek-unek itu jika ada, sebelum terjadi miss komunikasi. Karena apapun yang dikomunikasikan dengan baik pasti akan mendapat jalan keluar.


Sabtu, 20 Mei 2017

Arrrghhhhhh



Awalnya mau ikut 30hari bercerita di Instagram, tapi makin kesini setelah melihat #10hbcgelisah di timeline kok rasanya jadi minder ya. Apalagi saat melihat tulisan teman-teman yang lain. Eh bukan minder sih. Tapi jatuhnya lebih ke belum memiliki kesiapan yang besar untuk membagikan cerita pribadi secara vulgar di sosial media. Finally, memilih ikut bercerita di Blog dengan tema yang sama, bukan di Instagram.

Rabu malam, semuanya tampak baik-baik saja. Sama seperti malam-malam sebelumnya. Saya bersama Ani, temanku yang datang dari Kalimantan masih tenggelam dalam cerita-cerita kehidupan kami yang belum sempat kami ceritakan satu sama lain semenjak berpisah jarak beberapa waktu silam. Tiba-tiba kakak temanku menelfon meminta tolong untuk di bookingkan tiket untuk tantenya dengan rute Makassar-Jayapura hari kamis. Saya dengan sigap membantu untuk membookingkan tiket dan membayarkannya dalam waktu sekejap, mengingat jadwal keberangkatannya tinggal menghitung jam. Jadwal tiketnya hari kamis jam 3 subuh. Setelah tiket saya booking dan bayarkan saya lanjut untuk membantunya check in. Agar kiranya nanti dini hari si empunya tiket tak begitu terburu-buru ke Bandara. Foto screenshoot check in saya kirimkan ketemanku sebagai barang bukti yang akan dibawa saat mengambil boarding pass nanti di Bandara. Saya menjelaskan sekenanya apa yang mesti dilakukan nanti ketika sampai di Bandara.

Setelah merasa semuanya sudah jelas. Saya melakukan telefonan dengan salah seorang teman yang sekarang lagi menjalankan tugas sebagai Pemuda Pengajar Desa di Halmahera Selatan. Kami saling bertukar cerita. Tentang aktifitas, tentang rencana kedepannya dan tentang banyak hal. Hingga 2 jam obrolan pun tak begitu terasa. Baterai hp tersisa 20% lebih. Setelah obrolan di hp kami akhiri, saya tidur didepan TV dalam kondisi hp masih aktif dan lampu masih menyala. Khusus malam itu, sengaja hp dan lampu saya biarkan hidup untuk menunggu temanku datang. Setelah balik dari Bandara mengantar keluarganya, saya menunggunya membawakan berkas-berkasku yang telah di scankan beberapa hari yang lalu.

Jam 3 subuh, pintu rumah diketuk. Masih dalam keadaan setengah sadar, aku bangun membukakan pintu. Aku masih mengingat jelas muka temanku yang pucat pasih sambil berkata lirih "tanteku ketinggalan pesawat, hpmu kenapa gak aktif, dari tadi saya telefon gak aktif-aktif". Aktif kok, belaku. "Hpku sengaja aku aktifkan dan lampu masih saya nyalakan demi untuk menunggumu", sambungku. "Gak aktif", sambungnya dengan suara yang sudah mulai meninggi. Aku bergegas kedepan TV dan melihat hpku, ternyata lowbat total. "Ya Allah, padahal tadi masih 20% lebih sebelum aku tidur, kok bisa mati ya", jelasku dalam keadaan panik.

Tak lama kemudian, mama temanku, beserta tante-omnya masuk kerumah. "Jadi gimana ini? Siapa yg akan bertanggung jawab untuk membelikan tiket baru". Tanya mereka. Plaakkk. Matiii aku. Mereka memintaku untuk bertanggung jawab atas ketinggalan pesawat yang mereka alami. Karena aku yang telah membookingkan tiket dan karena hpku tidak aktif. Ah gilaaa, dimana coba saya bisa ambil uang 2 juta dalam waktu beberapa hari, mana mau berangkat untuk tes keluar kota lagi. Seketika kurasa ingin berteriak sekencang-kencangnya. Ini kok niat ngebantu orang tapi jatuhnya malah nyusahin diri sendiri. Pengen teriak, pengen marah, kesel, tapi gak tau sama siapa.

Setelah suasananya agak tenang. Aku bertanya kepada temanku kronologinya sampai tantenya ketinggalan pesawat. "Jadi ceritanya, temanku ini mengira setelah check in bisa langsung kepesawat tanpa check in ulang lagi di Bandara, alhasil dia beserta tantenya agak slow menuju bandara. Sampai di Bandara sudah kurang 30 menit lagi sebelum jadwal keberangkatan, counter check in sudah tutup, dan tante temanku sudah tidak diberikan kesempatan untuk ikut terbang. Saat tante temanku ngotot dengan berbagai dalih, petugas bandara pun lebih ngotor lagi mempertanyakan boarding passnya. Tak menemukan jalan keluar, akhirnya mereka memutuskan untuk rame-rame kerumahku."

Aku dan temanku berusaha untuk berpikir mencari jalan keluar. Kami sepakat menggantinya bersama. Dan untuk keberangkatan tantenya ke Jayapura kami pake uang tiket yang sedianya dipake untuk pulang ke Makassar dulu untuk sementara. Sembari mencari uang untuk membelikan tiket balik. Kami langsung membookingkan tiket di hari yang sama dengan jadwal keberangkatan siang.

Saat tulisan ini ditulis, aku dan temanku masih dakam keadaan gundah gulana, bingung tak karuan mencari uang pengganti untuk membelikan tiket balik untuk tante temanku yang sedianya akan balik tanggal 24 Mei. Huhuhu
Semoga segera ada jalan keluar dan semoga kelak ada hikmah dan pelajaran yang bisa aku dan temanku ambil dalam kejadian ini.

Bandung, 20 Mei 2017.
19:08 WIB

Rabu, 03 Mei 2017

Pulau Labengki



Kalau rutinitas yang sehari-hari kau jalani membuatmu jengah tak berdaya, letih, lesu dan suka marah-marah, mungkin itu adalah sindrom kurang piknik.

Yeeiiiy. Setelah melewati rangkaian Kelas Inspirasi Konawe kami akhirnya melanjutkan perjalanan untuk piknik sehari ke Pulau Labengki. Perjalanan dimulai dari dermaga dekat Pelabuhan Kendari. 

Kami menyeberang ke Pulau Labengki menggunakan kapal, hmmp atau lebih tepatnya disebut katinting. Katinting bermesin yang memuat penumpang maksimal 15 orang. Tarifnya 3juta perkapal, itu sudah hitungan pulang dan pergi.

Beberapa teman shock saat melihat penampakan kapal. Saya sih biasa-biasa aja, dan sudah menduga kapalnya akan seperti itu. kapal yang kami tumpangi ke Labengki ukurannya lebih kecil dibandingkan kapal yang pernah saya tumpangi menuju Pulau Kulambing yang muat hingga 50-an orang.

Perjalanan pun dimulai. Kami berangkat membelah lautan yang tenang dibawah langit abu-abu, dinahkodai oleh bapak yang sudah berumur dengan didampingi oleh anak dan keponakannya yang masih usia 12 dan 14 tahun. Katanya sih perjalanan akan memakan waktu sekitar 2 hingga 3 jam. 

Ombak tak begitu kencang, bahkan tergolong tenang. Beberapa kali kami melewati laut yang airnya jernih sehingga kami bisa melihat makhluk-makhluk bawa laut. Sejam kemudian, kami melewati Pulau Bokori yang indah. Kapal terus melaju. Sebagian besar penumpang kapal sudah terlelap dalam mimpi yang indah. Saya bersama beberapa orang teman masih melek dan menikmati hamparan laut yang indah meski langit belum kunjung biru.
Pulau Bokori dari kejauhan

Menikmati perjalanan

Capek bu? 😂

Keras memang kehidupanG nak 😂


4 jam berlalu kapal belum juga kunjung bersandar di pulau tujuan, beberapa kapal yang berangkat belakangan telah melaju lebih cepat dari kapal yang kami tumpangi. Disisi kiri kapal mata kami tak pernah terlepas dari penampakan daratan. Tak lama kemudian, sejauh mata memandang didepan. Sudah terlihat daratan yang belakangan kami ketahui bahwa itu adalah tujuan kami, daratan yang berada didepan kami ternyata adalah Pulang Labengki.  

Sejam kemudian kami sudah sampai di Pulau Labengki kecil. Bapak kapal mengarahkan kapalnya untuk minggir, membiarkan kami untuk mengambil gambar di danau biru. Jadi Pulau Labengki terdiri atas dua, yakni Pulau Labengki besar dan Pulau Labengki kecil. Setelah kami menanjak sekitar 2 meter melewati batuan karst yang tajam akhirnya kami sampai di pinggir danau. Kami lalu mengambil gambar seperlunya lalu bergegas turun, maklum langit yang sedari tadi mendung tiba-tiba menumpahkan airnya dalam bentuk rintik hujan. 
Pulau Labengki kecil

Danau Biru



Kami melanjutkan perjalanan, kali ini bapak kapal mengarahkan kami ke resort. Nah dibelakang resort itu, kami harus nanjak lagi sekitar 100 meter ke atas untuk mengambil gambar. Gambar dari atas resort disinyalir dapat menghasilkan gambar yang apik dengan gambaran miniatur raja ampat. “katanya”. Tapi memang indah banget sih pemandangan dari atas. Mata disuguhkan dengan hamparan hutan yang hijau bersanding dengan lautan biru dan pasir yang putih. Setelah puas berfoto kami melanjutkan perjalanan ke tujuan akhir yakni Pulau Labengki besar yang berpenghuni dan memiliki mercusuar, di Pulau Labengki Besar yang akhirnya menjadi tempat kami menginap. Oh iya, resort yang ada di Labengki ini sangat indah, didirikan diatas laut yang dibawahnya terdapat pasir putih dengan air yang jernih, jadi keluar kamar sudah bisa menikmati panorama laut. Mata kami pun dimanjakan dengan ikan-ikan hias yang berenang kesana kemari. Tarif resort permalam 1.500.000/orang. Sangat cocok untuk bulan madu, hihihihi. 
Pulau Labengki, katanya sih miniatur raja ampat


Katanya sih pulau cinta



Untuk menuju Labengki ada kapal cepat atau speedboat tapi tarifnya lumayan mahal, Rp 10.000.000 dan hanya muat 7 orang, tapi kenyamanannya terjamin dan bisa lebih mengefisienkan waktu, hanya satu jam sudah bisa sampai di Pulau Labengki.

Labengki, 30-04-2016
Penampakan kapal

Penampakan dermaga

Pemukiman penduduk

Sebagian kecil teman seperjalanan

Sesampainya di Labengki besar kami bergegas menuju rumah penduduk yang akan kami tempati menginap. Nah selain resort ada juga rumah penduduk yang dijadikan penginapan, tarifnya Rp 1.500.000 untuk banyak orang sudah plus dengan makan. Ekonomis kan? Apalagi kalau rame-rame. Setelah menyimpan barang dan sholat, kami bergerak menuju ke lokasi snorkling. Jaraknya sekitar 15 menit dari Pulau Labengki. Meski saya bukan pencinta laut dan pulau, tapi melihat pemandangan indah yang terhampar didepan mata membuat saya begitu takjub dan kagum. Sungguh indah ciptaanmu ya Allah. Pulau yang masih sepi, air yang jernih, pasir yang begitu putih serta pohon kelapa yang berjejer menambah keindahan pulau tersebut.

Tak lama kemudian, kami diantar sekitar 500 meter ketengah laut untuk snorkling. Semua mengambil alat tempur masing-masing, pelampung, kacamata dan kaki katak. Kami lalu menyebur kelaut. Saya agak kewalahan sih, karena tidak tau berenang. Jadi bisanya cuman mengapung mengandalkan baju pelampung. Sesekali balik badan dan melihat kebawah laut. Pemandangan bawah lautnya tak seindah pemandangan yang kita lihat diatas perahu. Kalau bisa membandingkan. Pemandangan bawah laut pulau Penyu di Bulukumba jauh lebih indah. 

Tapi yang lebih penting kan kebersamaannya dan teman-teman jalannya bukan. Tak lama kemudian satu persatu naik ke kekapal. Pemadangan bawah laut yang tak begitu indah membuat semuanya cepat untuk menyelesaikan snorklingnya. Bapak pemilik kapal pun memanggil kita untuk segera pulang, karena ombak di sore hari kadang besar. Sebelum balik ke penginapan, kami kembali ke pulau sebelumnya untuk mandi. Dibawah pohon kelapa ada sumur yang menghasilkan air tawar yang cukup untuk membersihkan badan kami yang sudah mulai tak karuan.

Nah, satu teman kelompok kami tuh ada yang mabok. Mungkin karena kelamaan nyelam dan mungkin karena kebanyakan minum air garam. Sesampainya didaratan doi langsung tepar. Ini kali kedua saya melihatnya mabok laut hahahaha. Kali pertama waktu kami sama-sama ngetrip ke Pulau Penyu di Bulukumba, kali kedua saat ini di Labengki. Ketika semua sudah mandi, doi baru bangun dan bersegera mandi. Jadilah kami semua harus menunggu sedikit lebih lama untuk melihatnya menyelesaikan mandinya dan bersama-sama balik ke penginapan.

Setelah semua sudah berada diatas kapal, bapak mengemudikan kapalnya menuju ke dermaga Labengki. Satu persatu turun dari kapal dan berjalan menuju ke penginapan. Kami menyimpan baju basah lalu melanjutkan jalan ke mercusuar, tapi sayangnya mercusuarnya tidak buka. Jadi kami hanya mengambil foto dibawah mercusuar. Puas mengambil gambar dan adzan maghrib telah berkumandang, kami berjalan kembali menuju ke penginapan. Di penginapan makanan sudah tersaji diatas meja. Kami makan lalu sholat.

Penampakan belakang rumah penginapan



Selesai makan dan sholat maghrib semua sudah bergabung di kelompoknya masing-masing. Hahahaha. Cowok-cowok tidur diruang tamu. Cewek-cewek terbagi di dua kamar. Saya tidur bersama teh Arlet, kak Widi dan kak Wira. Kekuatan kehilangan sinyal, akhirnya obrolan pun terjalin. Teh Arlet sudah tidur lebih dulu. Tersisa saya bertiga dengan kak Widi dan kak Wira. Kami mengobrol banyak. Mengenai liburan, destinasi yang indah untuk jalan-jalan, mengenai pengalaman dan saya mendengar cerita dari kak Widi dan kak Wira mengenai kerjaannya. Sempat speechless juga sih saat mendengar mereka cerita. Ah sesuatu yang kelihatan indah dari luar, belum tentu seindah yang dirasakan didalam. Itu yang bisa saya simpulkan dari hasil bincang-bincang singkat kami. Ketiadaan signal memang menjadi sebuah kekuatan komunikasi yang luar biasa. Kita mampu untuk berbicara tatap muka tanpa harus terganggu oleh sebuah media yang disebut “gadget”. Karena kelelahan, kami tidur lebih awal. Jam 10 semua sudah terlelap. 


  1. Sebelum jam 4 subuh semua sudah terbangun. Kami bersiap-siap untuk balik ke Kendari. Teh Arlet dan kak Wira 2 sudah membeli tiket dengan jadwal penerbangan pukul 10. Dengan berangkat jam 4 dan memperhitungkan estimasi waktu sampai, kami akan tiba di kendari pukul 9. Dalam segala keterbatasan, baik listrik maupun air tawar. Subuh hari itu tak ada seorang pun yang mandi. Bukan karena kesubuhan tapi karena air yg ada hanya bisa dipake untuk wudhu dan menggosok gigi. Si mr.clean pun yang selalu tampil bersih akhirnya tidak mandi pagi dan harus berangkat ke Kendari dengan muka kucel dan tidak mengganti baju hahahaha

Ini packing dalam kondisi kesel karena gak bisa mandi hahahah

Dalam gelap fajar, bapak dengan tegar bermodalkan kompas menahkodai kapal yang akan membawa kami kembali menuju Kendari. Bermodalkan doa dan pasrah, kami kelihatan seolah-olah tenang diatas kapal. Meskipun rasa takut sempat menghinggapi. Apalagi ombak subuh itu tak begitu bersahabat. Lalu apalagi yang bisa kita lakukan selain ikhlas, pasrah dan berdoa? Semua harus dikembalikan kepada-Nya. Apapun yang akan terjadi nantinya. Kami mempercayakan bapak kapal untuk menahkodai dan membawa kami sampai di Kendari dengan selamat. 
Keras memang kehidupanG kak 😂

Penumpang yang terombang ambing dilautan

Cuaca yang mulau bersahabat

Langit indah yang cerah

Pulau Bokori dari kejauhan


Dalam perjalanan, ombak hari ini jauh lebih mengombang ambing dibanding ombak kemarin. Kebanyakan dari kami menikmati deburan ombak dalam mimpi yang indah. Teh Arlet masih kelihatan melek sampai kapal bersandar di dermaga Kendari. Tanpa terkatakan wajahnya menyiratkan perasaan was-was. Kita bertarung dengan waktu. Teteh harus berada dibandara paling lambat setengah 10, atau kalau tidak dia harus ketinggalan pesawat. Tantangannya disini adalah perjalanan laut beda dengan perjalanan darat tidak bisa kita prediksi waktu tempuh. Tergantung angin laut dan ombak yang membawa. But, the power of thinking. Kami bisa sampai di dermaga tepat waktu, sesuai perkiraan yakni jam 9 pagi. Setelah membongkar semua barang yang ada dikapal dan menyelesaikan transaksi bersama bapak kapal serta pamit-pamitan kami semua berpisah menuju tujuan masing-masing. Teh Arlet, kak Wira 2, Ami dan Fuad berangkat menuju Bandara. Kak Wira 1, kak Wira 3 dan kak Danang mengambil angkot menuju kerumah temannya. Saya, kak Urri, kak Widi, kak Ifa, kak Udpa dan Oky mengambil angkot menuju rumah kak Ifa, namun sebelumnya kami singgah dulu makan di KFC Kendari. Usailah liburan singkat kami. 

Thank you Labengki untuk Panorama yang telah disuguhkan. Meski bagi sebagian besar dari kami yang sudah kerja trip ini hanyalah fatamorgana dan kehidupan nyata adalah saat kembali ke dunia kerja masing-masing. Namun sehari ngetrip dengan kebersamaan yang ada mampu memberikan energi yang baru untuk lebih bersemangat lagi menempuh rutinitas yang menanti. Selamat kembali bekerja gaess. See you in another trip.

Selasa, 02 Mei 2017

Perjalanan Kelas Inspirasi Konawe



Setelah rentan waktu yang cukup lama, yakni 9 Januari hingga 9 April 2017. Akhirnya tanggal 10 April pengumuman relawan terpilih Kelas Inspirasi Konawe. Berlanjut briefing di tanggal 28 April dan Hari Inspirasi dan refleksi di tanggal 29 April.


Makassar, 28-04-2017
Jam 10 pagi. Saya, Kak Udpa, Kak Urri dan Oky berangkat dari bandara Sultan Hasanuddin menuju ke Bandara Haluoleo Kendari. Kami sengaja mengambil pesawat jam 10 dengan hitung-hitungan yang jelas kami bisa sampai di Konawe tepat pukul 2. Waktu yang telah disepakati untuk mulai briefing. Namun, rencana hanyalah rencana. Terkadang rencana berbeda dengan realita. Kami boarding tepat waktu, pesawatnya tidak delay. Tapi di pesawat yang mengalami keterlambatan. Pesawat yang kami tumpangi, serta beberapa pesawat didepan dibelakang pesawat kami mengalami antrian yang cukup lama. Kurang lebih sejam setelah kami berada di landasan pacu, barulah pesawat kami mendapat jatah terbang.

On the air


Kendari, 28-04-2017
Menjelang pukul 12 siang baru kami sampai di Bandara Haluoleo Kendari. Hanya beda beberapa menit dengan pesawat Teh Arlet yang tiba pukul 12 lebih 5 menit. Sesammpainya di bandara Kak Udpa dan Oky bersegera menuju mesjid untuk menunaikan sholat jumat. Barulah setelah sholat jumat kami memikirkan kendaraan yang akan kami gunakan menuju Konawe. Jam 1 lewat beberapa menit, mobil pak Irwansyah, salah satu relawan di tim 2 datang untuk menjempuh kak Urri, akhirnya kak Ifa dan teh Arlet juga ikut dalam mobil tersebut. Menyisakan kami bertiga. Saya, kak Udpa dan Oky. 

Mobil yang harusnya kami tumpangi ke Konawe ternyata tidak bisa menjemput di bandara, satu karena supirnya lagi ke Makassar, satunya lagi masih ganti oli. Jadi kami memutuskan untuk mengambil mobil di bandara.

Saya bersama kak Udpa berjalan menuju tempat mangkal para supir, dan kami berhasil mendapat satu mobil yang akan membawa kami ke Konawe. Tarif 300rb dengan berbekal carter. Kami pun sepakat dan si bapak supir mengambil mobilnya dan membawanya ketempat barang-barang kami berada. Setelah itu baru kami bergegas kelaur bandara. Tujuan pertama adalah menjemput Ami, teman Oky yang juga merupakan salah satu relawan fotografer. Setelah menjemput Ami kami langsung mencari warung makan, berhubung cacing-cacing diperut kami sudah bergeliat. Warung makan padang merupakan pilihan kami untuk mengisi kekosongan perut. Setelah makan dan rehat sejenak, kami lanjut kak Wira di hotel. Kak Wira ini jugab temannya Oky, teman yang ketemu ketika TnT 5 Makassar, nah kak Wira ini merupakan salah satu relawan pengajar di Kelas Inspirasi Konawe yang kebetulan sehari sebelum hari Briefing ada tugas dinas di Kendari. Setelah menjemput kak Wira, kami langsung bergerak menuju ke Konawe. Yuuuhuuu capcuuus cyiiin.

Mobil, 28-04-2017
Perjalanan baru saja di mulai, kami berkenalan satu sama lain. Ada saya, kak Udpa, Oky, kak Wira, Amy, serta bapak supir. Kami mengobrol banyak hal, ngalur ngidul di mobil, bercanda dan tertawa layaknya teman lama yang baru bersua kembali. Setengah perjalanan, tepatnya di Pondidaha, kami singgah untuk menunaikan sholat Ashar. Hpku pun berdering terus, chat dan telefon dari PM yang menanyakan keberadaan kami. “kalau sudah ada 10 relawan yang datang di mulai aja kak, spanduk sudah dibawah oleh kak Urri dimobilnya pak Irwansyah, nanti kami nyusul datang briefing. Maaf atas keterlamabatan kami”. Itu sepenggal pesan singkat yang kukirim ke kak Khafid dan kak Ari. Rencana untuk datang tepat waktu ternyata hanyalah sebuah angan belaka. Kami baru sampai di Konawe menjelang pukul 4.

Konawe, 28-04-2017
Menjelang pukul 4 kami sudah masuk di kota Unaaha, ibu kota kabupaten Konawe. Mobil membawa kami menuju SMP N 2 Unaaha tempat briefing dilaksanakan. Setibanya di SMP N 2 Unaaha kami disambut senyum merekah oleh kak Khafid serta salam hangat oleh beberapa PM dan panlok. Briefing ternyata sudah dimulai, meski baru saja dibuka oleh MC. Saat kami sampai kami langsung menuju ruangan briefing untuk mengikuti prosesi. Saya tertahan di meja registrasi. Membantu memasukkan id card ke plastik yang kemudian akan dibagikan kepada para relawan.

Didalam ruangan sudah masuk sesi Menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dipandu oleh kak Edison. Dilanjutkan laporan ketua panitia. Lalu dilanjutkan Ice breaking yang dipandu oleh kak Khafid dan kak Aqim, lalu kemudian penjelasan mengenai Kelas Inspirasi oleh kak Udpa. Nah pada sesi saya harus merogoh kocek untuk membayar pematerinya. Hihihi. Ini bukan kali pertama saya dan kak Udpa bekerja sama. Pengalaman sebelum-sebelumnya ketika dia harus bicara gratis, hasilnya pasti tidak maksimal. Jadi saya mengantisipasi dengan uang 5.000 agar kak Udpa memberikan usaha yang maksimal dan tidak malu-maluin gengs hihihihi. Selanjutnya penjelasan Boomberbe oleh kak Ari dan dilanjutkan pembagian tim dan diskusi masing-masing tim.

Ice breaking

Nah, karena briefing terlambat jadi semua ikut molor. Hingga maghrib menjelang, dan suasana sudah mulai gelap diskusi tim pun harus diakhiri. Dan dilanjutkan pada malam harinya. Berhubung disekolah tidak ada lampu yang bisa menjadi penerang. Kami bergegas untuk sholat maghrib, dan setelah itu baru mengembalikan kursi dan meja yang sebelumnya harus digeser ke kelas sebelah agar di ruangan briefing bisa duduk lesehan menggunakan karpet.

Setelah semuanya beres, kami terpecah ke beberapa tempat, ada yang ke penginapan 17, ada yang ke hotel, PM kembali ke diklat, dan ada yang tidur dirumah relawan yang kebetulan orang Konawe. Saya bersama beberapa relawan lain dan kak Udpa menuju ke penginapan 17. Penginapan yang dulunya merupakan rumah wakil bupati Konawe yang dialih fungsikan menjadi sebuah penginapan. 

Kami memesan 3 kamar. 2 kamar untuk cowok, dan 1 kamar besar untuk cewek. Biaya per orang adalah 75.000. Dan kamar cewek yang diisi oleh 6 orang diberi diskon yang seharusnya dibayar 450.000 menjadi 300.000. Ini merupakan kerja keras kak Urri untuk merayu bapaknya agar memberi diskon. Hahahaha. Akhirnya kami mendapat tempat datar untuk istirahat dan bersih-bersih.

Ba’da isya semua sudah hectic dengan urusan masing-masing. Saya sama kak Udpa menuju ruangan receptionist untuk menanyakan tempat untuk sewa motor, yang akan kami gunakan untuk safari sekolah esok harinya. Maklum kami adalah tim hore hore yang tidak memiliki sekolah, jadi kami berinisiatif untuk safari sekolah. Alhamdulillah rejeki anak yang tidak sholeh sholeh amat, bapak si pengelola penginapan memberi pinjaman motor secara gratis, katanya ini adalah ladang amal. Meskipun awalnya bapak sangat money orienteed tapi setelah bercerita banyak dengan kak Urri, bapaknya luluh dan mungkin kasihan kepada kami dari tempat yang jauh dengan biaya sendiri datang untuk berkegiatan sosial di kotanya. “setelah mendengar cerita temanmu tadi, saya jadi mikir ini bisa menjadi ladang amal untuk saya, bukan hanya tentang bisnis. Tapi bisalah ya sepulang dikota masing-masing mempromosikan penginapan saya yang baru ini”, begitu kata bapaknya. Oke pak, kami siap endorse, hehehe.

Menjelang pukul 9 malam, kak Sandi, kak Edison, kak Ahkam serta satu orang panlok lagi datang di penginapan. Mereka briefing tim dan lanjut ngobrol lepas dengan kami, sembari menunggu kak Widi, kak Wira dan kak Danang yang masih dalam perjalanan ke Konawe dari Kendari. Pukul 11 lewat barulah mereka datang. Kak Widi memilih untuk menginap di penginapan kami, dan kak Wira serta kak Danang dan satu orang temannya lagi menuju hotel Nugraha, karena penginapan yang kami tempati sudah tidak memiliki kamar kosong lagi. Akhirnya kak Edison dan kak sandi mengantar mereka pulang.

Saya pun pamit masuk ke kamar. Menyisakan kak Udpa, Fuadul dan beberapa teman lagi yang masih mengobrol di teras. Di kamar hanya berisi 2 springbed dengan komposisi 3 orang setiap kasur. Tempat yang sudah disediakan untuk saya, saya berikan untuk kak Widi yang sudah sangat kelelahan. Meskipun sebenarnya saya bisa menyelip dimana saja, karena kasurnya muat untuk 4 orang. Tapi saya memilih untuk tidur dibawah, berbekal dua gulingb dan Sleeping bed. Tidur pun pulas dalam mimpi-mimpi yang indah.

Konawe, 29-04-2017
Hari Inspirasi pun tiba. Para relawan berrsiap untuk ke sekolah masing-masing. Ada 4 sekolah yang menjadi titik Inspirasi. SD 1 Puosu, SD N Sanuanggamo, SD N 1 Trimulya serta SD Korumba. Setiap sekolah memiliki 5-7 relawan pengajar, 1 fotografer, 1 fasilitator dan 1 lagi pendamping fasil. Jarak dari satu SD ke SD lain saling berjauhan. SD yang paling dekat adalah SD 1 Puosu. Saya dan kak Udpa memutuskan untuk mengunjungi dan mengikuti pembukaan di SD 1 Puosu. Kami melakukan live report, foto-foto dan ikut senam sebagai konsep opening. Ketika para relawan sudah masuk dikelas masing-masing. Saya dan kak Udpa melanjutkan safari ke SD berikutnya. Yakni SD N Sanuanggamo. Jaraknya lumayan jauh, dan kontur jalan tidak begitu mulus. Hampir sejam baru kami sampai di SD tujuan. Di SD N Sanuanggamo para relawan sudah berada dikelas masing-masing menjadi role model atas profesi yang mereka jelaskan. Fotografer berkeliling mengambil gambar dan pendamping fasil bertugas menjadi time keeper. Sekitar setengah jam kami di SD N Sanuanggamo, kami berencana untuk mengunjungi SD N Trimulya yang jaraknya juga jauh. Namun berhubung motor yang dipinjamkan si bapak lajunya tidak begitu cepat. Dan jarum jam sudah menunjukkan pukul 10. Maka kunjungan ke dua sekolah terakhir harus kami batalkan.


Tim 1


Tim 2

Tim 3

Tim 4


Kami sepakat untuk menuju tempat refleksi untuk membantu menyiapkan kebutuhan refleksi. Namun sebelumnya saya dan kak Udpa kembali ke penginapan. Sembari menunggu kak Wike (Panlok) untuk mencari genset. Nah sesampainya dipenginapan kami masuk di kamar masing-masing. Ada kejadian aneh saat kami di penginapan. Orang jalan dan buka pintu selalu terdengar begitu ramai. Padahal hanya saya dan kak Udpa yang berada dipenginapan. Saya tidak menggubris, saya menyangkanya kak Udpa yang kurang kerjaan keluar masuk kamar dan jalan-jalan. Tapi berbeda dengan kak Udpa, dia mengintip keluar kamar dan tidak mendapati siapa-siapa. Cerita kami baru bertemu setelah kami meninggalkan penginapan dan menuju ke lokasi refleksi. Kami tertawa dan merinding di waktu bersamaan. Cerita tersebut menyebar ke teman-teman penginapan yang lain. Dan kak Urri yang malam sebelumnya jatuh memilih untuk tidak mendengar keanehan yang kami alami.

Setelah sholat duhur saya dan kak Udpa bergegas menuju tempat refleksi. Sesampainya ditempat refleksi ternyata gerbang bendungan tidak buka. Kami akhirnya kembali lagi ke penginapan, mengambil sticky note yang ketinggalan, lalu pergi untuk makan es cendol. Setelah makan es cendol baru sadar kalo masih ada yang ketinggalan. Buku yang mau di donasikan ketinggalan di penginapan, jadi kami kembali lagi. Sewaktu mau menuju ke lokasi refleksi, tim 2 dari SD N Sanuanggamo sudah balik, jadi kami bablas bercerita, mendengar cerita dari para relawan saat hari inspirasi tadi. Menjelang jam 2 baru kami bergegas menuju lokasi refleksi. Sesampainya di lokasi refleksi sudah ada tim 1 yang menunggu, spanduk juga sudah terpasang, genset tinggal dinyalakan. 

Kami tinggal memperbaiki spanduk yang dijadikan pantulan LCD untuk memutar video serta menyusun rundown refleksi sembari menunggu teman-teman tim lain datang. Sekitar pukul 3 semua tim sudah berdatangan dan acara refleksi pun dimulai.

Salah satu agenda dari refleksi adalah mendengar testimoni dari dr. Arlet salah seorang relawan dari Bandung yang telah mengikuti Kelas Inspirasi sebanyak 38 kali. Dalam testimoninya beliau bercerita tentang pengalaman di sekolah, mengapresiasi fasilitator dari Pengajar Muda sebagaimana Kelas Inspirasi yang awal-awal. Serta beberapa kalimat-kalimat yang membuat kami semua tambah semangat.

Ada beberapa hasil yang bisa disimpulkan dari hasil refleksi. Diantaranya : perlu adanya komunikasi yang baik antar tim, mengintenskan komunikasi, mematangkan persiapan, memperbaiki managemen waktu, serta fokus ke sekolah terpencil dan menambah jenis jenis ice breaking. Adapun problem solving yang ditawarkan adalah pameran foto dari kelas Inspirasi yang bisa stimulus semangat para relawan lokal untuk melanjutkan kegiatan serupa nantinya.
Foto pasca refleksi

Foto saat menyanyikan Indonesia Raya

Foto bersama PM XII Konawe


Setelah kegiatan refleksi selesai, dilanjutkan dengan foto bersama dan kembali ke kediaman masing-masing. Saya bersama teman-teman lainnya dengan mengendarai dua mobil meluncur menuju ke Kendari dan tak lupa singgah di PJR (Penjual Jagung Rebus) di Pondidaha. 

Alhamdulillah selesai juga semua rangkaian kegiatan kelas Inspirasi. 

Terimakasih untuk semua pihak yang telah terlibat dan membantu mulai dari proses persiapan hingga selesai.

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...