Wah,
sudah penghujung 2022. Time flies fast. Tak bosan-bosan menulis
kata-kata ini sebagai kalimat pembuka, karena ya waktu terasa sangat cepat
berlalu. Ada banyak sekali hal yang terjadi di 2022, ada banyak sekali
pergulatan emosi yang muncul, ada banyak kegagalan, kekhawatiran, kebahagiaan,
rejeki, dan banyak nano nano kehidupan yang lain di 2022. Yuk kita coba
merangkum sesuatu yang terjadi selama 2022.
Seperti
dua tahun sebelumnya, setiap awal tahun selalu diawali dengan syukuran Panrita.
Alhamdulillah tahun ini masuk tahun kelima. Wah ternyata sesuatu yang awalnya
dibuat iseng untuk tujuan sosial bisa bertahan sampai sekarang, sampai tahun
kelima dan semoga sampai selamanya. Tanggal 2 Januari kami berkumpul di tempat
baru Panrita untuk merayakan syukuran 5 tahun Panrita, sebuah perayaan
sederhana sarat makna. Alhamdulillah.
Tahun
ini Panrita sedikit mati suri karena tidak terlalu banyak program yang
berjalan, tidak ada pembukaan CPNS, sekolah kedinasan hanya ada satu kelas
reguler dan satu kelas beasiswa, sisanya hanya kelas TPA dan BUMN, tapi meski
begitu kami tetap bersyukur bisa survive dan alhamdulillah tahun ini
setelah bolak balik mengurus sana sini akhirnya Panrita sudah resmi terdaftar
sebagai sebuah lembaga kursus.
Pertengahan bulan Januari saya dan Ani
berangkat liburan ke Lombok, bulan yang tidak tepat untuk melakukan liburan outdoor
karena sedang musim hujan, tapi hanya bulan ini yang paling pas untuk kami
liburan sebelum berjibaku dengan kesibukan masing-masing. Liburan kali ini
cukup panjang dimulai dari Lombok, di Lombok kami menghabiskan waktu selama 5
hari 4 malam dan hanya 1 hari yang betul-betul cerah hahaha. Ini mungkin
menjadi sebuah tanda untuk kami agar kembali liburan lagi ke Lombok suatu saat
nanti. Setelah Lombok kami melanjutkan perjalanan menuju ke Labuan Bajo, sebuah
perjalanan nekat yang kami jalani demi bisa menyaksikan secara langsung
keindahan Pulau Komodo. Perjalanan ini ditempuh menggunakan jalur darat dan
laut dari Mataram menuju ke Labuan Bajo. Kami menghabiskan waktu 4 hari 3 malam
di Labuan Bajo dan alhamdulillah di sini kami bisa menikmati matahari yang
cerah. Dari Labuan Bajo kami ke Yogyakarta lewat Surabaya. Jadi perjalanan
Labuan Bajo – Surabaya lalu lanjut naik kereta menuju ke Yogyakarta. Di
Yogyakarta kami melanjutkan liburan. Jaya, Fitri, dan Rayhan datang juga ke
Yogyakarta untuk berlibur. Ada beberapa destinasi wisata yang kami datangi,
mulai dari Heha, Tumpeng Menoreh, Bhumi Merapi, naik jeep, dan mengakhiri
perjalanan di Jogja dengan menikmati sunset sambil membuat video di Candi
Keraton Ratu Boko.
Setelah
perjalanan di Yogyakarta, kami berempat (Saya, Jaya, Fitri, dan Rayhan)
melanjutkan perjalanan ke Bandung untuk menemui Siti dan keluarga kecilnya. Di
Bandung, kami menghabiskan waktu bersama dan jalan-jalan di Lembang Wonderland.
Dua hari kami di Bandung dan kami melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Kali ini
kami mencoba naik kereta lokal dari Bandung ke Bekasi, lalu melanjutkan
perjalanan ke Jakarta. Di Jakarta saya nginap di kost Ana yang saat itu masih
kerja di Bappenas. Dari Jakarta kami ke Rangkasbitung, nginap di Serang dan
ikut survey persiapan Bakti Negeri 2 Sinesia. Setelah semingguan di
Jakarta-Banten saya kembali ke Makassar. Awalnya ada rencana untuk ke
Kalimantan, hanya saja waktu itu dapat kabar dari Liza kalau dia covid dan
sebelumnya saya cipika cipiki dengan Liza, jadi daripada beresiko terpapar atau
menularkan covis saya memilih untuk langsung pulang ke Makassar.
Saat
beberapa hari setibanya di Makassar saya merasa berada di titik bawah
kehidupan, merasa tidak layak, merasa useless, merasa tidak cukup, dan
banyak sekali energi negatif yang berseliweran di kepala. Apalagi saat itu
merasa tidak memiliki pekerjaan yang layak, Panrita tidak ada kelas sehingga
saya tidak memiliki kesibukan yang akhirnya ada banyak waktu kosong, tidak ada
pemasukan, melihat teman-teman sudah mendapat pekerjaan yang bagus dan sudah
berkeluarga, tak ayal ini membuat kepercayaan diri dan harga diri tergerus
habis-habisan.
Akhir
Maret saat saya iseng buku buka grup WhatsApp saya melihat ada lowongan
pekerjaan sebagai teacher assistant di Stella Gracia School yang dikirim
oleh Amma. Saat itu saya langsung menghubungi Amma dan menanyakan terkait
lowongan tersebut dan langsung mengirimkan CV. Saat itu saya berpikir tidak
peduli tentang gaji atau pekerjaannya, saya hanya ingin mendapat pengalaman dan
menambah aktivitas. Berselang beberapa hari kemudian saya langsung dihubungi
oleh kepala sekolah untuk wawancara dan menanyakan kesediaan untuk segera
bergabung. Awal April saya langsung bergabung di sekolah sebagai teacher
assistant. Di sini, saya mendapat sangat banyak pengalaman, saya terlibat
secara langsung menjadi bagian di sekolah bagus, melihat bagaimana sistem dan
fasilitas yang ada di sekolah, kehidupan anak-anak orang kaya, dan bagaimana
konsep toleransi di sekolah yang mayoritas Tionghoa.
Akhir
Mei semua teacher assistant diinfokan oleh kepala sekolah bahwa
kemungkinan besar tahun ajaran depan tidak ada lagi program TA. Jadi
teman-teman yang masih ingin berada di SGS bisa mendaftar sebagai guru atau
mencari pekerjaan di luar untuk second option. Saya memilih untuk
mendaftar menjadi guru bahasa Indonesia, alasannya sederhana karena saya
berfikir bahwa waktu kurang dari dua bulan saya di SGS saya merasa belum
belajar banyak. Tapi ternyata hasilnya saya tidak lulus, sebuah hasil yang saya
syukuri di kemudian hari. Oh iya, salah satu alasan saya mendaftar di SGS waktu
itu selain untuk belajar juga untuk menguji diri saya seberapa jauh saya bisa
bertahan di sebuah sistem dan waktu kerja pagi sampai sore setiap hari. Setelah
saya terlibat dalam sebuah sistem saya menyadari bahwa tidak semua sistem
buruk, tergantung sistem itu diisi oleh orang-orang yang seperti apa. Dan saya
menyadari bahwa ternyata saya tidak cukup kuat untuk bekerja penuh waktu dari
Senin sampai Jumat. Saya merasa tidak memiliki kehidupan yang lain. Apalagi
waktu itu saya juga mengajar kelas malam di Speaktive. Jadi saya merasa hidup
saya hanya untuk bekerja, tidak ada waktu untuk bersosialisasi. Hal ini membuat
saya tidak merasa hidup. Jadi kegagalan saya menjadi guru di SGS membuat saya
bersyukur karena saya tidak harus bekerja sepenuh waktu dari pagi sampai sore.
Akhir
Mei, saya menghubungi Kak Nunu untuk menanyakan terkait lowongan tutor di
Alekawa. Ternyata kebutuhan dua tutor semuanya sudah dipenuhi. Jadi saya flashback
sedikit di bulan Maret. Saya sempat menanyakan terkait lowongan tutor di
Alekawa, tapi waktu itu Kak Nunu bilang akan dibuka tapi belum. Saat bulan
pertama saya di SGS Kak Nunu menghubungi saya terkait penerimaan tutor di
Alekawa, waktu itu saya menimbang-nimbang di mana saya bisa belajar lebih
banyak antara Alekawa atau SGS, dan setelah menimbang-nimbang saya memutuskan
untuk bertahan di SGS karena saya merasa bahwa saya harus menyelesaikan dengan
baik sesuatu yang sudah saya mulai. Ternyata akhir Mei ada informasi dari SGS
kalau program TA ini kemungkinan besar tidak akan dilanjut. Saat mendengar
kabar tersebut saya langsung menghubungi Kak Nunu dan ternyata di Alekawa pun
penerimaan tutor sudah ditutup. Saya berpikir “oh ya sudah, ini mungkin jalan
terbaik, Allah adalah sebaik-baik perencana dan saya ikhlas atas segala
ketentuan-Nya”. Tapi saya tetap mengirimkan CV dan mengabari Kak Nunu bahwa
“tidak apa-apa kak kalau sudah tutup, tapi saya tetap mengirimkan CV jika
mungkin tahun-tahun depan ada pembukaan lagi CV saya sudah ada di email”. di
Beberapa hari kemudian Kak Nunu menghubungi saya bahwa satu dari dua tutor yang
diterima tersebut mengundurkan diri dan saya diminta untuk datang keesokan
harinya wawancara dan microteaching kalau masih berminat di Alekawa. Waktu itu
saya merasa bahagia dan juga gugup. Tapi kesempatan itu datang untuk
orang-orang yang siap, kan? Dalam waktu kurang dari 24 jam saya mempersiapkan
diri untuk microteaching dan wawancara. Alhamdulillah semuanya berjalan
lancar. Beberapa hari kemudian saya dikabari bahwa saya diterima di Alekawa.
Posisinya waktu itu saya masih bekerja jadi TA di SGS. Saya menyampaikan dengan
jujur kepada Kak Nunu bahwa saya ingin menyelesaikan dulu di SGS sampai bulan
Juni, dan saya menyampaikan ke kepala sekolah SGS bahwa saya diterima di tempat
kerja yang lain yang artinya mungkin ada beberapa jam dalam sehari saya harus
izin keluar karena harus mengikuti pelatihan sebelum resmi masuk mengajar.
Pertengahan
Juni diadakan graduation sekaligus perpisahan di SGS. Perpisahan antara
kepala sekolah yang waktu itu juga memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrak
dan juga kami para asisten. Setelah perpisahan di SGS artinya saya sudah
resmi masuk penuh waktu di Alekawa sebagai tutor. Sebuah momen yang membuat
saya semakin meyakini takdir Allah itu adalah takdir terbaik untuk setiap
makhluk-Nya. Sampai saya menulis ini pun saya masih berstatus sebagai tutor di
Alekawa. Sebuah perjalanan hidup yang membuat saya banyak sekali belajar. Di
Alekawa saya tidak hanya mengajar orang dewasa, tapi juga remaja, dan
anak-anak. Pekerjaannya freelance tapi kadang kami mendapat dua hingga
tiga kelas per hari, jadi meskipun di kantor dari pagi sampai sore pasti selalu
ada jeda istirahat dan leha-leha. Sebuah pekerjaan yang menerapkan work life
balance. Kantor yang terasa seperti rumah, orang-orang yang terasa seperti
keluarga. Selain belajar banyak tentang bahasa Indonesia saya juga belajar
banyak tentang keragaman dan cross culture. Jadi saat ini, saat tulisan
ini saya tulis saya bekerja di tiga tempat, di Panrita, Alekawa, dan di
Speaktive.
Pertengahan
bulan Juli saya dan Mama ke Surabaya menggunakan kapal. Di Surabaya saya dan
mama berpisah. Mama ke Kalimantan, saya ke Jakarta menggunakan kereta dan
lanjut ke Banten untuk mengikuti Bakti Negeri Sinesia 3. Perjalanan kali ini
saya tidak sekalian liburan jauh-jauh, hanya pergi untuk mengikuti kegiatan
Sinesia, singgah foto-foto di Kota Tua, mampir ke Perpusnas dan setelah itu langsung
balik menggunakan pesawat ke Makassar dari Jakarta. Alasan tidak melanjutkan
liburan karena feeling bad kalau harus izin lama di kantor dan merasa
sudah tidak ada kemauan yang besar lagi untuk liburan, I’m enough 😊
Akhir
Juli saya, Winda, Laura dan Ms Sita ikut trip ke Pulau Panambungan. Salah satu
pulau yang cukup indah di Makassar. Perjalanan waktu itu cukup cerah jadi kami
bisa menikmati keindahan air laut yang jernih. Kami merasakan sensasi tidur di
tenda dan saya merasakan kenikmatan ikut trip yang hampir semua hal diurusi
jadi tinggal terima beres hehe.
Oh
iya, mulai Juli hingga November, Panrita mencoba melebarkan sayap dengan datang
ke sekolah-sekolah mempromosikan tentang sekolah kedinasan, yang alhamdulillah
menjaring siswa untuk belajar persiapan sekolah kedinasan.
Akhir
bulan Desember setelah beberapa tahun akhirnya ikut diksar Maestro, diksar kali
ini lebih mudah karena kami (beberapa senior) menyusul jadi tidak perlu jalan
jauh, hanya jalan kurang dari sejam sudah tiba di lokasi camp terakhir anak-anak.
Sebuah momen yang indah bisa berkumpul dengan anak-anak di Maestro, mendengar
suara air mengalir, menikmati dinginnya cuaca, dan mendengar kicauan burung.
Tahun
ini alhamdulillah bisa tetap melanjutkan kegiatan bagi nasi, menginisiasi
Speakup Celebes bersama dengan Kak Udpa, Kak Nunu dan Kak Yayat, membangun
kebiasaan membaca dengan membuka grup diskusi “Reading and Writing
Challenge”, dan mempertahankan kebiasaan menulis catatan syukur setiap malam
ditambah dengan membuat google form untuk update kehidupan sehari-hari
dan apa yang dipelajari. Tahun ini juga hp rusak total yang memaksa harus
mengganti hp hahaha.
Alhamdulillah
untuk semua nikmat yang Allah berikat, ups and downs kehidupan, dan
pelajaran yang saya dapatkan sepanjang tahun 2022. Good bye 2022 and welcome
2023. Semoga 2023 be better 😊
Home,
31 Desember 2022