Sabtu, 04 April 2020

Perjalanan Jogja-Banyuwangi (Kawah Ijen, De Djawatan, Green Bay)


 





Banyuwangi menjadi salah satu destinasi wisata yang paling banyak diminati dengan banyaknya tempat wisata yang indah, yang paling terkenal adalah Kawah Ijen. Namun, selain kawah Ijen, masih banyaak lagi tempat wisata lainnya yang tidak terekspose dengan baik tapi memiliki pemandangan yang tak kalah indahnya.

Saya akan bercerita perjalanan saya dan teman-teman dari Jogja menuju Banyuwangi, dengan estimasi waktu 2D2N. Saya termasuk tipe orang yang suka melakukan perjalanan tanpa banyak embel-embel rundown dan segala macamnya, sukanya langsung booking penginapan di lokasi dan mencari transportasi sesampainya di terminal atau di stasiun. Perjalanan yang sering kali membuat dag dig dug ser, terkadang khawatir mendapat harga yang jauh lebih mahal atau buruk-buruknya tidak mendapat penginapan atau transportasi, tapi saya mikirnya disitulah titik keseruannya. Syukurnya teman seperjalanan yang sering saya temani selama dua tahun terakhir untuk jalan-jalan sudah sedikit memaklumi, dia yang planner akhirnya mencoba untuk fleksibel juga.

Kami berangkat dari Jogja ke Banyuwangi menggunakan kereta Sri Tanjung dengan harga 94.000, ini catatan bagi teman-teman yang ingin ke Banyuwangi sebaiknya booking tiket jauh-jauh hari, kereta menuju ke Banyuwangi hanya ada satu kereta dan itu cepat banget fullnya. Perjalanan di tempuh dalam waktu 13 jam, lumayan bikin badan pegel dan pantat tepos. Keretanya berangkat pukul 07.20 dari Lempuyangan dan tiba di Banyuwangi sekitar pukul 20.41 atau bahkan lebih lama dari itu.

Berhubung kami ingin ke Kawah Ijen dan dalam perjalanan kami bertemu dengan warga lokal, mereka menyarankan kami untuk turun di Stasiun Karangasem, katanya itu adalah stasiun paling dekat dengan Kawah Ijen. Kami pun manut dan turun di Stasiun Karangasem. Di sekitar stasiun ternyata terdapat banyak penginapan, rental motor, dan rumah singgah. Katanya sih ada rumah singgah yang hanya dibayar lima ribu rupiah untuk sekedar istirahat dan mandi. Ini cocok buat teman-teman yang ingin langsung menuju kawah ijen malam itu juga. Karena waktu kami lumayan lowong jadi kami pun tidak terlalu ngoyo untuk langsung berangkat malam itu juga, kami memilih untuk istirahat sehari dan esok harinya baru melanjutkan perjalanan menuju Kawah Ijen. Sebelum turun dari kereta saya sudah mencari penginapan yang murah meriah, Alhamdulillah dapat rekomendasi dari traveloka dan kebetulan saat itu lagi diskon, dapat kamar seharga Rp 54.000 untuk dua orang, kamar backpacker dengan menggunakan kipas angina. Gapapalah, wong cuman istirahat bentar besoknya mau jalan-jalan. Berita baiknya lagi harga Rp 54.000 itu sudah termasuk sarapan, muraaah banget kan. Mendapat harga segitu saya tidak serta merta percaya ada sedikit kecurigaan jangan-jangan penginapannya aneh aneh lagi, kok bisa harganya sebegitu murahnya. Jadi sebelum booking kami cek lokasinya dulu, hitung-hitung ada tujuan ketika memesan grabcar atau gocar. Kami pun memesan grabcar yang Alhamdulillah ready di dekat Stasiun Karangasem meskipun jumlahnya tidak banyak dan kami harus berjalan sekitar 500 meter lebih untuk sampai dititik yang disepakati dengan supir gocarnya. Gocar pun membawa kami menuju ke penginapan yang saya lihat di traveloka. Setelah kami mengecek, melihat kondisi penginapannya saya pun langsung booking dan bayar di depan receptionist. Kondisi penginapannya lumayan bagus dengan harga segitu, worth it bangetlah. Lokasinya sedikit masuk gang dan berada di pusat kota. Di depan gang penginapan ada banyak penjual makanan, cuman kami lebih memilih untuk makan di penginapan karena terdapat banyak pilihan makanan dan harganya yang relative murah. Nama penginapannya Gandrung City Hostel. Kabar baik lainnya di penginapan terdapat penyewaan motor, paket tour jika kita ingi ikut rombongan, dan rental mobil. Alhamdulillah aman untuk penginapan, makan, dan transportasi.

Kami berbincang sebentar dengan receptionist dan menanyakan hal-hal yang mungkin saja kami butuhkan, seperti makanan, paket tour, dan rental motor. Harga paket tour bervariasi, tergantung paket yang ingin diambil. Mulai harga 250.000-600.000, sedangkan untuk rental motor yakni 75.000, berhubung kami menginap di penginapan yang sama kami diberikan diskon harga menjadi 130.000 untuk dua motor. Setelah ditimbang-timbang sepertinya lebih murah jika kami rental motor, jalan-jalannya bisa lebih leluasa dan lebih irit. Kami pun memutuskan untuk memesan dua motor dan meminta kepada mas receptionist untuk menyiapkan 2 motor untuk keesokan harinya pukul 07.00 pagi, setelah itu kami pamitan untuk masuk istirahat di kamar masing-masing. Oh ya, kebetulan malam itu kamar yang menggunakan kipas angin sisa satu, jadi mas-mas receptionistnya berbaik hati untuk memberikan kami satu kamar AC dengan harga yang. Alhamdulillah ya.





Keesokan harinya, kami sarapan dengan menu yang sudah disiapkan dari pihak penginapan, yakni teh hangat dan roti bakar. Setelah itu kami memulai perjalanan. Destinasi pertama yang kami datangi yakni De DJawatan. De DJawatan adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Banyuwangi. Tempat ini unik dan banyak digemari para wisatawan, bahkan dijadikan tempat piknik oleh beberapa keluarga dan sekolah hingga menjadi tempat temu alumni. De Djawatan merupakan hutan dengan pohon-pohon trembesi yang menjulang tinggi dan nampak indah nan asri. Tiket masuk ke De Djawatan tergolong sangat murah, hanya Rp 5.000. Di lokasi ini kita bisa bersantai sambil foto-foto, meskipun siang terik di sini tetap adem karena banyaknya pohon-pohon yang menjulang tinggi siap menjadi pelindung dikala panas matahari begitu menyengat, tak perlu khawatir bagi kaum muslim karena disini terdapat musholla yang bersih untuk menunaikan sholat.





Setelah dari De Djawatan destinasi kami selanjutnya adalah Green Bay. Sebenarnya kami pun ingin ke Pulau Merah, namun karena hari sudah sore jadi kami memutuskan tujuan hanya ke Green Bay. Menuju green bay ada dua jalur. Pertama bisa ditempuh dengan jalur darat menggunakan motor dan selanjutnya jalan kaki dengan kontur jalan yang lumayan ekstrem, atau yag kedua menggunakan perahu menyeberang dari Pantai Rajegwesi dengan biaya nyeberang per orang yakni Rp 35.000, ini sudah harga pas ya. Jadi sudah tidak ada tawar menawar lagi, harga ini sudah terpampang di spanduk yang dipasang di bibir pantai. Dengan pertimbangan mencari kenyamanan dan tidak ingin terlalu lelah karena malamnya kami ingin lanjut ke Kawah Ijen, jadilah kami memutuskan untuk naik perahu. Oh iya, jika menggunakan perahu batas maksimal berangkatnya yakni sampai pukul 17.00, karena jika lebih dari itu ombaknya tinggi dan berpotensi bahaya. Kami berangkat sekitar pukul 16.00 lewat, bapak yang mengantar kami memberikan peringatan untuk tidak terlalu lama bermain di pantai. Dalam perjalanan ombak sudah lumayan tinggi, menghempaskan kami ke kiri dan ke kanana, untung bapaknya sudah handal menghadapi ombak yang mengombang ambing kami, disaat teman-teman yang lain ketakutan bahkan ada yang histeris, bapaknya nyantai aja layaknya di pantai sambil senyam senyum melihat tingkah kami. Beneran indah dong pantainya, bersiiiiih, hijau, tak berpenghuni. Saat kami tiba di lokasi nampak 2-3 orang yang ada di sekitar pantai namun sudah bersiap pulang. Jadi kami bisa menikmati pantai hanya berempat, serasa pantai milik sendiri. Bermain air, bermain pasir, lari kesana kemari, dan foto-foto tentunya. Indaaah sekali dan nyaman.





Sekitar pukul 17.30 kami meninggalkan Green Bay menuju ke Pantai Rajegwesi. Kami membayar uang sewa kapal ke bapak yang telah mengantar kami. Ternyata uang menyeberang per orang sebesar Rp 35.000 tersebut bukan hanya untuk bapak seorang, uang tersebut dibagi-bagi ke orang-orang yang membantu mencari penumpang, serta ke orang-orang yang mendorong perahu ke laut dan menariknya ke bibir pantai. Ada rasa haru hingga mata panas menahan air mata yang ingin keluar melihat gotong royong bapak-bapak di pantai tersebut, melihat dan merasakan keletihan dalam bekerja dan susahnya mencari uang :’). Berkah bapak-bapak sekalian, semoga rejekinya lancar dan diberikan kesehatan selalu.



Kami bergegas pulang sebelum hari benar-benar gelap, mengingat perjalanan yang kami lewati sebelumnya dikelilingi hutan yang lumayan panjang dengan tanah kosong tak berpenghuni. Ngeri ngeri sedap, belum lagi masih ada jalanan yang berlobang. Sekitar setengah jam berada di kondisi dan jalanan yang hanya diramaikan oleh pepohonan di kiri dan kanan jalan, kami pun sampai ke perkampungan penduduk yang lumayan ramai. Bagi teman-teman yang penglihatannya agar buram jika berkendara di malam hari tidak disarankan untuk datang ke Green Bay di sore hari, karena jalanan yang meskipun sudah ramai oleh pemukiman penduduk tapi tetap saja penerangan jalan terbatas.

Hampir 3 jam perjalanan kami lalui untuk kembali di penginapan. Sekitar pukul 21.00 kami tiba di penginapan. Kami lalu mandi dan siap-siap untuk menuju Kawah Ijen. Oh iya, untuk menghemat pengeluaran, pada malam kedua kami memutuskan untuk menyewa hanya satu kamar yang diperuntukkan untuk menyimpan barang karena kami tidak lagi tidur malam itu. Kami sudah siap untuk berangkat sekitar pukul 23.00. Menurut informasi dari receptionist penginapan yang sekaligus juga berprofesi sebagai tourguide waktu yang teoat untuk berangkat menuju keKawah Ijen yakni pukul 23.00-24.00. Perjalanan di tempuh dalam waktu satu jam, loket pembelian tiket dibuka pukul 01.00 dini hari. Kami pun berangkat sekitar pukul 23.50 dan tiba pukul 00.55. Hawa dingin sudah terasa bahkan setengah jam sebelum tiba di tempat parkir. Jalanan menuju Kawah Ijen penuh tikungan dan tanjakan yang curam, diharapkan kendaraan yang digunakan adalah kendaraan yang “stabil” dan pengendara yang mahir. Setibanya di lokasi sudah nampak orang-orang yang ramai, dari berbagai usia, bahasa yang berbeda, dan warna kulit yang bervariasi. Antara wisatawan lokal dan mancanegara lebih banyak wisatawan mancanegara yang datang pada saat itu, juga terdapat beberapa rombongan dari berbagai perusahaan yang ditandai dengan baju seragam yang mereka gunakan. Sesampainya di dekat tempat parkir, kami melipir sejenak ke warung memesan minuman hangat dan indomie kuah untuk membantu menghangatkan tubuh kami yang sudah kedinginan, tak cukup satu menit minuman dan mie tersebut pun dingin terpengaruh oleh dinginnya sikapmu eh maksudnya dinginnya cuaca pada saat itu. Tiket masuk menuju ke Kawah Ijen yakni Rp 7.500 untuk wisawatawan lokal dan 100.000 untuk wisatawan mancanegara. Oh iya, waktu di hotel kami sudah memesan masker yang akan digunakan di kawah untuk melindungi hidung dari bau belerang yang menyengat, harga maskernya yakni 15.000. 

Kami memulai perjalanan pukul 01.41 dan tiba di bibir kawah pukul 03.45. Jalannya lumayan enak, tidak landai tapi juga tidak terlalu curam. Dalam perjalanan kita akan berjalan beriringan dengan begitu banyak orang, Kawah Ijen merupakan salah satu destinasi favorit jadi wajar saja jika tempat wisata tersebut kebanjiran manusia. Bagi orang tua yang juga ingin menikmati Kawah Ijen namun tidak sanggup untuk berjalan jauh, tenang. Ada “ojek” lokal. Eits, jangan membayangkan ojek motor seperti yang ada di kota atau di desa-desa ya. Ini ojeknya menggunakan gerobak. Cara kerja ojeknya yakni ditarik jika ingin naik dan didorong jika sudah ingin turun. Tapi, ojeknya ini hanya bisa sampai ke puncak, tidak untuk turun di bibir kawah. Menuju ke bibir kawah jalannya sangat curam, butuh kehati-hatian untuk melangkah, belum lagi begitu banyak orang yang antri. Catatan buat teman-teman yang ingin melihat blue fire yang sangat terkenal dan merupakan ciri khas dari Kawah Ijen, berangkatlah maksimal pukuk 02.00, karena jika telat sedikit saja bisa jadi tidak bisa menyaksikan blue fire. Selain itu, jika berangkatnya telat potensi untuk antri jika hendak turun ke bibir kawah sangat tinggi. Orang-orang “berlomba” cepat-cepatan untuk turun dan ini sangat berbahaya, karena jalur yang sempit dan kontur jalan yang tidak rata. Alhamdulillah, saya dan teman-teman bisa menyaksikan blue fire yang katanya tidak setiap hari bisa muncul, meskipun apinya kecil seperti di kompor. Hehe





Hanya sekitar setengah jam kami berada di bibir kawah, kami tidak sanggup berlama-lama karena bau belerang yang sangat menyengat, belum lagi lautan manusia yang begitu ramai. Pukul 04.00 lewat kami berjalan menuju ke puncak dan ternyata dalam perjalanan kami naik, kami masih berpapasan dengan begitu banyak orang yang baru mau turun ke bibir kawah. Jadi yang dari bawah mengalah dan berhenti sejenak memberikan jalan kepada orang-orang yang baru mau turun. Hampir sejam kemudian kami sudah tiba di puncak, berfoto-foto dengan latar kawah dan sholat subuh di atas. Di puncak Kawah Ijen terdapat pendopo yang bisa digunakan untuk sholat namun tak sedikit pula orang yang memilih untuk sholat di pinggir jalur. Matahari mulai muncul dan menampakkan keindahan Kawah Ijen. Orang-orang masih ada yang baru datang tapi yang sudah menuju pulang jumlahnya jauh lebih banyak. Kami berfoto-foto dengan berbagai latar dalam situasi kedinginan yang amat sangat. Setelah puas berfoto-foto kami melanjutkan perjalanan turun, kami berjalan turun pukul 05.52 dan tiba di bawah di gerbang Kawah Ijen pukul 07.00. Kami mencari tempat untuk istirahat yang tak lain dan tak bukan adalah warung, istirahat sekalian makan. Setelah merasa istirahatnya sudah cukup, kami mencari penjual bensin untuk mengisi bahan bakar motor sebelum digunakan kembali untuk pulang.

Pukul 09.00 kurang kami pulang menuju ke penginapan, karena ngantuk yang disebabkan tidak tidur semalaman kami memutuskan untuk berhenti sejenak istirahat lagi di minimarket sambil membeli minuman. Sekitar pukul 10.00 kami tiba di penginapan. Mandi dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya di kota yang lain. 

Yeey, sekian kisah perjalanan kami selama di Banyuwangi dengan estimasi waktu 2D2N (13-15 Agustus 2019), 3 tempat wisata, dan pengeluaran kurang lebih 200.000 sudah termasuk makan, penginapan, akomodasi, dan uang masuk ke tempat wisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...