Selasa, 26 Februari 2019

Liburan berkedok volunteering




Tengok desaku adalah sebuah program sosial edukasi yang diinisiasi oleh beberapa orang. Fokusnya adalah mengajar anak-anak yang berada di pedalaman Ngawi, tepatnya di dusun Kapungan, Kecamatan Dawung, Kabupaten Ngawi. Kegiatan tersebut sudah terbilang sukses, apalagi untuk kegiatan yang baru pertama kali dilakukan. Meski tak bisa dipungkiri banyak hal yang perlu dievaluasi agar kelak kegiatan serupa gelombang kedua dan seterusnya bisa jadi lebih baik. Meskipun banyak bolong sana sini dalam kegiatan, entah itu dari segi persiapan kegiatan yang kurang maksimal sehingga ada orang tua yang komplen karena merasa tidak terima dengan kegiatan tersebut, terjadinya gesekan antar volunteer dengan sesama volunteer atau bahkan sampai gesekan antar panitia dan volunteer. Tapi pengalaman selama 5 hari tersebut sukses menambah pengalaman hidup. Bersyukur dipertemukan dengan anak-anak muda yang penuh semangat, anak-anak muda yang masih begitu peduli, bahkan rela waktu fikiran dan finansial dikorbankan demi untuk satu tujuan mulia, ikut mencerdaskan anak bangsa. Meski tak bisa dipungkiri bahwa dampak tak bisa terlihat secara instan, namun sudah ada niat untuk menuju ke tujuan yang baik dan mulia.

Alhamdulillah, pengalaman volunteer pertama di tahun 2019. Ke luar kota pertama di 2019, dan bonus mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Ngawi. Liburan berkedok volunteering, seenggak-enggaknya lari dari kenyataan karena mentok dalam menulis tesis dengan pelarian yang berfaedah dan berkualitas. Selama beberapa hari di Ngawi dapat bonus jalan-jalan ke Air terjun Sramban, Museum purbakala Trinil, Benteng Van Den Bosh, hingga ke Candi Ceto. Selain itu, dapat keluarga baru pula. Beberapa hari hidup seatap dengan beberapa volunteer dan panitia, gantian piket, antri kamar mandi, makan bersama, bercanda tawa, mempersiapkan segala hal yang akan diajarkan di sekolah membuat kami begitu akrab dan sudah seperti keluarga sendiri. Awalnya masih pada jaim, hingga hari kedua dan seterusnya sudah tak ada lagi jaim-jaiman, kentut sembarangan, saling bertemu tanpa make-up, dan nyolot-nyolotan saat main undercover kami lewati dengan begitu hangat selama beberapa hari.

Saya akan mereview beberapa tempat wisata yang saya kunjungi. Pertama Air Terjun Sramban, lokasinya sekitar 7 KM dari Kapungan, tempatnya indah dengan design yang begitu rapi dan bersih. Saranan dan prasarana lengkap dan dihias hingga indah dilihat, selain air terjun yang menjadi objek wisatanya banyak spot-spot foto yang indah. Ada paying dan ban-ban yang digantung, ada kolam renang serta beberapa pendopo yang membuat Air terjun Srambang makin indah dan menarik untuk dikunjungi, biaya karcis untuk masuk cukup merogoh kocek sebesar 15.000.








Tempat kedua yakni Museum Purba Trinil, biaya karcis masuk hanya 3.000. Di dalam musem nampak beberapa manusia-manusia purba dan beberapa replica peninggalan sejarah jaman purba. Di tulisan sih mengatakan bentuk aslinya ada di Belanda jadi yang terpajang di museum hanyalah replika. Museum purba ini tidak begitu luas, di tengah lokasi terdapat pendopo dan di belakang museum terbentang panjang Bengawan Solo.

Selanjutnya Benteng Van Den Bosh, biaya karcis 5.000. Benteng peninggalan Belanda yang masih sama seperti waktu Belanda menjajah, tidak direnovasi seperti kebanyakan benteng lain yang ada di beberapa kota. Lokasi yang menarik dengan bangunan yang masih original, terdapat beberapa bangunan tua yang sudah hancur namun masih indah untuk digunakan berfoto ria untuk mengisi feeds instagra,. Terdapat pula banyak burung merpati yang beterbangan kesana-kemari, dan ada satu bangunan yang dihuni oleh banyak kelelawar yang bau kotorannya sangat menyengat. Di belakang benteng terdapat bukit yang kami perkiraka sebagai tempat perang pada jaman dahulu kala, serta nampak gagah Bengawan Solo yang terbentang panjang sepanjang mata memandang.




Terakhir Candi Ceto. Biaya karcis masuk ke Ceto hanya 7.000. Ah gilaaaakkk, keren banget. Candi tertinggi di pulau Jawa ini memiliki jalur yang sangat ekstrim dan curam jika kita lewat dari jalur Ngawi menuju Karanganyar. Candi Ceto juga merupakan salah satu starting point jika ingin mendaki di Gunung Lawu. Pemandangan sepanjang jalan menuju Ceto sangaaat indah, mata akan disuguhkan pemandangan gunung Lawu serta tatanan sawah yang terhampar luas nan indah, juga terdapat kebun teh yang begitu luas. Sungguh sebuah anugerah yang sangat patut disyukuri setelah melewati jalur yang begitu menegangkan, dapat bonus tempat yang begitu indah. Candi ini adalah candi peninggalan hindu dan kadang dijadikan tempat untuk sembahyang. Saat kami di sana kami disuguhi hujan yang begitu deras disertai kabut yang membuat dingin hingga ketulang-tulang. 



Pengalaman 6 hari 5 malam mengikuti kegiatan volunteering dengan begitu banyak bonus. Alhamdulillah untuk segala nikmat-Mu.
Kaktus Coffee, 05 Februari 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...