Tengok
desaku adalah sebuah program sosial edukasi yang diinisiasi oleh beberapa
orang. Fokusnya adalah mengajar anak-anak yang berada di pedalaman Ngawi,
tepatnya di dusun Kapungan, Kecamatan Dawung, Kabupaten Ngawi. Kegiatan
tersebut sudah terbilang sukses, apalagi untuk kegiatan yang baru pertama kali
dilakukan. Meski tak bisa dipungkiri banyak hal yang perlu dievaluasi agar
kelak kegiatan serupa gelombang kedua dan seterusnya bisa jadi lebih baik. Meskipun
banyak bolong sana sini dalam kegiatan, entah itu dari segi persiapan kegiatan
yang kurang maksimal sehingga ada orang tua yang komplen karena merasa tidak
terima dengan kegiatan tersebut, terjadinya gesekan antar volunteer dengan
sesama volunteer atau bahkan sampai gesekan antar panitia dan volunteer. Tapi
pengalaman selama 5 hari tersebut sukses menambah pengalaman hidup. Bersyukur
dipertemukan dengan anak-anak muda yang penuh semangat, anak-anak muda yang
masih begitu peduli, bahkan rela waktu fikiran dan finansial dikorbankan demi
untuk satu tujuan mulia, ikut mencerdaskan anak bangsa. Meski tak bisa
dipungkiri bahwa dampak tak bisa terlihat secara instan, namun sudah ada niat
untuk menuju ke tujuan yang baik dan mulia.
Alhamdulillah,
pengalaman volunteer pertama di tahun 2019. Ke luar kota pertama di 2019, dan
bonus mengunjungi beberapa tempat wisata yang ada di Ngawi. Liburan berkedok
volunteering, seenggak-enggaknya lari dari kenyataan karena mentok dalam
menulis tesis dengan pelarian yang berfaedah dan berkualitas. Selama beberapa
hari di Ngawi dapat bonus jalan-jalan ke Air terjun Sramban, Museum purbakala
Trinil, Benteng Van Den Bosh, hingga ke Candi Ceto. Selain itu, dapat keluarga
baru pula. Beberapa hari hidup seatap dengan beberapa volunteer dan panitia, gantian
piket, antri kamar mandi, makan bersama, bercanda tawa, mempersiapkan segala
hal yang akan diajarkan di sekolah membuat kami begitu akrab dan sudah seperti
keluarga sendiri. Awalnya masih pada jaim, hingga hari kedua dan seterusnya
sudah tak ada lagi jaim-jaiman, kentut sembarangan, saling bertemu tanpa
make-up, dan nyolot-nyolotan saat main undercover
kami lewati dengan begitu hangat selama beberapa hari.
Saya
akan mereview beberapa tempat wisata yang saya kunjungi. Pertama Air Terjun
Sramban, lokasinya sekitar 7 KM dari Kapungan, tempatnya indah dengan design
yang begitu rapi dan bersih. Saranan dan prasarana lengkap dan dihias hingga
indah dilihat, selain air terjun yang menjadi objek wisatanya banyak spot-spot
foto yang indah. Ada paying dan ban-ban yang digantung, ada kolam renang serta
beberapa pendopo yang membuat Air terjun Srambang makin indah dan menarik untuk
dikunjungi, biaya karcis untuk masuk cukup merogoh kocek sebesar 15.000.
Tempat
kedua yakni Museum Purba Trinil, biaya karcis masuk hanya 3.000. Di dalam musem
nampak beberapa manusia-manusia purba dan beberapa replica peninggalan sejarah
jaman purba. Di tulisan sih mengatakan bentuk aslinya ada di Belanda jadi yang
terpajang di museum hanyalah replika. Museum purba ini tidak begitu luas, di
tengah lokasi terdapat pendopo dan di belakang museum terbentang panjang
Bengawan Solo.
Selanjutnya
Benteng Van Den Bosh, biaya karcis 5.000. Benteng peninggalan Belanda yang
masih sama seperti waktu Belanda menjajah, tidak direnovasi seperti kebanyakan
benteng lain yang ada di beberapa kota. Lokasi yang menarik dengan bangunan
yang masih original, terdapat beberapa bangunan tua yang sudah hancur namun
masih indah untuk digunakan berfoto ria untuk mengisi feeds instagra,. Terdapat
pula banyak burung merpati yang beterbangan kesana-kemari, dan ada satu
bangunan yang dihuni oleh banyak kelelawar yang bau kotorannya sangat
menyengat. Di belakang benteng terdapat bukit yang kami perkiraka sebagai
tempat perang pada jaman dahulu kala, serta nampak gagah Bengawan Solo yang
terbentang panjang sepanjang mata memandang.
Terakhir
Candi Ceto. Biaya karcis masuk ke Ceto hanya 7.000. Ah gilaaaakkk, keren
banget. Candi tertinggi di pulau Jawa ini memiliki jalur yang sangat ekstrim
dan curam jika kita lewat dari jalur Ngawi menuju Karanganyar. Candi Ceto juga
merupakan salah satu starting point
jika ingin mendaki di Gunung Lawu. Pemandangan sepanjang jalan menuju Ceto
sangaaat indah, mata akan disuguhkan pemandangan gunung Lawu serta tatanan
sawah yang terhampar luas nan indah, juga terdapat kebun teh yang begitu luas.
Sungguh sebuah anugerah yang sangat patut disyukuri setelah melewati jalur yang
begitu menegangkan, dapat bonus tempat yang begitu indah. Candi ini adalah
candi peninggalan hindu dan kadang dijadikan tempat untuk sembahyang. Saat kami
di sana kami disuguhi hujan yang begitu deras disertai kabut yang membuat
dingin hingga ketulang-tulang.
Pengalaman
6 hari 5 malam mengikuti kegiatan volunteering dengan begitu banyak bonus.
Alhamdulillah untuk segala nikmat-Mu.
Kaktus Coffee, 05 Februari 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar