Kamis, 23 September 2021

Harusnya Tidak Perlu Bertemu

Aku benci pertemuan kita. Aku benci kenyataan kita menghabiskan cukup banyak waktu untuk berbincang. Akhirnya rasa yang tak kuinginkan benar-benar hadir, aku merasa nyaman dan terbiasa dengan kehadiranmu. Aku selalu menanti kabarmu, selalu ingin tau kondisimu, dan selalu ingin memastikan kau baik-baik saja dengan hidup dan pilihan yang kau jalani. Kenapa aku begitu tak berdaya? Mungkinkah ada rasa sepi yang merasa terisi dengan kehadiranmu hingga membuatku tak lagi logis untuk berpikir? Berkali-kali kuajak diriku untuk bernalar, membenturkan perasaan dengan logika-logika yang bisa diterima, tapi saat kau datang bahkan dengan hanya mengirimkan pesan “hai” aku langsung luluh lantah, logikaku tak lagi bisa berjalan normal, perasaaku berkecamuk dan aku dengan rasa tak berdaya meladeni pesan-pesanmu yang masuk, berkali-kali aku harus mengecek chat untuk memastikan tak ada pesanmu yang kuabaikan. Argh

Aku benci cara otakku mendramatisir keadaan. Aku yang merasa baik-baik saja, aku yang tak sepenuhnya menyayangimu. Namun, mengapa otakku bekerja terus menerus untuk selalu menanti kabarmu, menanti setiap pesanmu, selalu mencari cara agar obrolan kita terus berlanjut. Ah, aku benci semua ini. Mungkin sebaiknya dari awal pertemuan ini tak perlu terjadi sehingga tak tercipta drama seperti ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...