Selasa, 21 November 2017

Aku tak suka!



  
Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kita paksakan, pun tak semuanya harus sejalan dengan apa yang kita inginkan. “Impian adalah sebuah kebahagiaan yang tak pernah teraih. Kenyataan adalah sesuatu yang pahit, Tri Mastoyo”.

Seperti saat ini, aku harus terjebak dalam dunia yang sama sekali tak pernah kusukai. Jangankan suka, memikirkannya saja tidak pernah. Ya, dunia politik. Saat ini, atau mungkin sudah dari dulu, tapi aku yang baru menyadarinya, dunia  politik tidak hanya mereka yang duduk di singgasana perwakilan-perwakilan rakyat di pemerintahan, namun telah merambah ke dunia kampus.

Rangkaian pemilihan demi pemilihan sudah terjadwal, kampanye politik dengan poster keunggulan masing-masing calon berseliweran di grup-grup, pun juga persuasi dalam kehidupan nyata. Saling mengunggulkan kandidat calon dengan sesuatu yang bahkan tidak penting namun tetap dihubung-hubungkan agar nampak sebagai sebuah keunggulan. Palsu! Drama! Aku tak suka!

Aku hampir frustasi menghadapi situasi seperti ini, serangan politik datang dari berbagai penjuru, kiri, kanan, depan, belakang! Aku tak suka! Aku terjebak! Teman-teman dekatku ada dalam daftar calon-calon yang bertaruh demi menduduki singgasana kekuasaan. Aku mau berlari, namun aku tak mampu. Aku terjebak! Terjebak dalam kondisi untuk ikut andil mengkampanyekan dan mensosialisakan teman-temanku yang mencalonkan diri. Aku tak suka!

Aku tak suka!

Tapi mau atau tidak, ikhlas atau tidak, aku harus berdamai dengan keadaan agar aku tak stress menghadapi semua ini, agar aku bisa menikmati dan menjalaninya. Aku kembali harus belajar menjalani sesuatu yak tak aku sukai. Teringat kata Pak Inu, salah satu pembicara pada stadium general Mubes HMP kala itu “kamu boleh benar, tapi orang lain belum tentu salah. Kalau ada sesuatu yang baru, kalau ada sesuatu yang tak kamu sukai, jangan di tolak mentah-mentah. Terima saja, pelajari dulu, diolah, kalau baik ya diaplikasikan dalam hidup, kalau gak baik diambil sebagai sebuah pelajaran”.

Selamat berdamai dan belajar dari ketidaksukaan.

Senin, 20 November 2017

Rasa



Pernah benci dengan seseorang hingga mendengar namanya pun kau muak?
Perah suka sama seseorang hingga semua akun sosial medianya kau kepoin?
Pernah kagum sama seseorang hingga semua tentangnya begitu indah bagimu?
Pernah memblokir seseorang dan menghapus semua chatnya hanya karena kesel?

Tenang saja, itu sesuatu yang wajar. Dan bahkan mungkin hampir semua orang pernah mengalaminya? Tapi, perihal rasa. Jangan terlalu di dramatisir, senormal mungkin saja, meskipun pada nyatanya ketika berbicara soal rasa, tak semua orang bisa nyantai menghadapinya.

Layaknya iman, seperti semangat. Rasa pun sangat cepat terbolak-balikkan. Bisa saja detik ini kamu sangat membenci seseorang, namun di detik selanjutnya kamu bisa saja tiba-tiba jatuh cinta. Bisa saja hari ini kamu mabuk kepayang dengan seseorang, namun esok atau lusa tiba-tiba kamu harus menangis tersedu-sedu karena tersakiti.

Perihal rasa. Terkadang tertawa dan geli sendiri, ketika di umur yang sudah tak remaja lagi masih membahas soal rasa yang tak karuan. Tentang si anu dan si una. Tentang baper dan laper.  Ah rasa, memang tak mengenal batas usia. Tak peduli pintar atau bodoh, semua logika akan lumpuh karena rasa. Entah itu rasa benci atau cinta. Entah itu rasa kagum atau muak. Hidup memang terkadang selucu ini.


Minggu, 12 November 2017

Masih tentangmu

Foto dari google


Awalnya kumengenalmu dari cerita seseorang
Kau yang begitu otoriter
Kau yang begitu penuh aturan
Kau yang penuh intimidasi
Kau yang terlalu kaku
Hingga, aku bertatap muka denganmu dan mengomelimu tanpa dosa, atas sesuatu yang aku tak ada hubungannya apa-apa tentang itu. Dan kau merespon omelanku dengan mendengar begitu hikmat dan penuh penghayatan. Kau dengan berbesar hati menerima segala kritikan dengan kepala dingin dan tangan terbuka. Bagimu, kritikan dan saran adalah suatu koreksi diri untuk menjadi lebih baik. Satu poin penting yang membuatku kagum pada pola pikirmu.

Masih tentangmu
Belakangan ini aku makin senang memperhatikanmu
Caramu berbicara yang begitu pelan
Caramu tertawa yang begitu irit
Caramu makan yang begitu tenang
Caramu mengoreksi yang begitu teliti
Caramu bekerja yang begitu totalitas
Serta tanggungjawabmu yang begitu besar

Masih tentangmu
Aku benci sebuah pertemuan yang intens
Aku terlalu cepat menanam rasa nyaman padamu
Nyaman dengan sifat cuekmu
Nyaman dengan “ketidak” pedulianmu
Nyaman dengan instruksimu yang begitu terstruktur

Masih tentangmu
Semoga, hubungan kita tidak berakhir
Aku masih ingin belajar banyak kepadamu
Belajar tentang tanggung jawab
Belajar diam dan banyak mendengarkan
Belajar cuek tapi totalitas dalam bekerja
Belajar irit omongan yang tidak penting

Dear, kamu!
Jaga kesehatan ya. Ingat untuk makan meskipun ditengah kesibukan.


Sabtu, 11 November 2017

Dear kamu!



Dear kamu:
Banyak yang kecewa mendengar pernyataanmu, kecewa mendengar kabar darimu kalo ternyata kamu tidak maju mencalonkan diri sebagai calon ketua. Rasa-rasanya bendera belum dikabarkan, sudah diturunkan kembali.

Namun kutau, keputusan untuk tidak maju itu bukan sesuatu yang diputuskan hanya dalam waktu semalam. Meskipun baru mengenalmu beberapa hari. Tapi aku bisa sedikit tau tentangmu yang sangat hati-hati dalam bertindak, selalu tenang, tidak gegabah dan selalu penuh pertimbangan untuk menentukan keputusan.


Bukannya tak percaya orang lain bisa memimpin jauh lebih baik darimu. Hanya saja, potensimu sangat sayang jika dianggurkan. Kamu terlalu potensial untuk tinggal dibelakang layar. Mungkin memang butuh waktu sejenak untuk mempelajari situasi. Rehat dari segala hiruk pikuk dan lebih peduli pada diri sendiri. Bukankah untuk peduli sama orang lain, butuh untuk peduli sama diri sendiri terlebih dahulu?

Ah, saatnya memang kamu istirahat sejenak. Tubuhmu sudah begitu tipis, kerutan diwajahmu sudah terlalu banyak. Sejenak mengambil waktu untuk menyayangi diri sendiri. Apapun keputusanmu, kamu mesti tau, kita disini akan tetap ada untukmu.

Dear, kamu. Sehat-sehat ya, tubuhmu sudah terlalu ringkih, matamu sudah terlalu sayu, mukamu sudah terlalu kusut. Jangan fokus memikirkan orang lain, dirimu juga butuh perhatian.

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...