Rabu, 12 Juli 2017

Wejangan

Motorku terparkir didepan rumah Chedar 15 menit sebelum pukul 16:00. Jadwal meet up yang semestinya. Saya berangkat dari Mall Panakkukang, dari pada seliweran di mall gak jelas, atau pulang kerumah yang jauhnya lumanyun, saya memutuskan untuk kerumah Chedar lebih awal. Sesampainya di rumah Chedar, ternyata si tuan rumah lagi keluar. Saya dengan penuh percaya diri mengetuk pintu. Tak lama kemudian Bapak Chedar keluar, dengan menggunakan password “Temannya Chedar”, pintu akhirnya terbuka lebar.

Saya dipersilahkan duduk, Haidir lagi keluar ngantar ibunya, begitu nama panggilan Chedar oleh orang tuanya. Oh iya om, saya sudah telefon, dan sepertinya Haidir sudah dijalan pulang. Kemudian Bapaknya Chedar menemaniku mengobrol hingga yang lain datang. Obrolan khas orang tua pasti tak lepas dari berbicara seputar anaknya. Hingga satu kalimat yang membuatku tiba-tiba mengingat orang tuaku. Jadi orang tuanya Chedar berkisah mengenai Chedar yang sekarang sudah kerja, selepas menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Arsitektur Unhas, dilanjutkan kisah perjalanan pendidikan Chedar sejak TK hingga kelar kuliah. Satu kebanggaan tersendiri bagi orang tua ketika melihat anak-anaknya telah berhasil menyelesaikan study.

Tapi tak cukup sampai disitu, kebahagiaan belum lengkap rasanya ketika para orang tua belum melihat anaknya menikah. Hingga bapaknya Chedar yang lagi sakit pun melontarkan kalimat “yang jadi beban pikiran karena Haidir belum menikah, kalau dia sudah menikah mungkin saya akan tenang meninggalkan dunia ini” . Dunia ini hanyalah fatamorgana semata. Lanjutnya.

Lalu beliau memberikanku wejangan seputar jodoh, jangan melihat seseorang hanya dari parasnya saja, paras yang cantik dan ganteng itu bisa saja menipu. Lihat kepribadiannya, sikap dan tingkah lakunya. Jangan sampai tertipu. Banyak tuh orang-orang yang sebelum nikah hanya melihat tampang semata, sudah nikah baru menyesal karena tabiat pasangan hidupnya ternyata buruk. Tak perlu memikirkan mewah-mewah hanya untuk sebuah pesta sehari, pesta itu hanya sesaat, ngundang orang datang lalu mereka pergi. Toh kalian yang akan menjalani kehidupan rumah tangga nantinya, baik atau buruknya pasanganmu akan mempengaruhi kelangsungan pernikahanmu nantinya.

Jadi manusia tempatkan rasa malu di muka, jangan di telapak kaki. Kalau malu sudah ditempatkan ditelapak kaki itu tak akan ada gunanya lagi. Kalau dulu orang sangat malu mendapat gelar janda, meskipun keadaan janda mereka karena sebuah takdir Ilahi, tapi sekarang saya lihat kok orang-orang pada gampang banget nikah dan cerai, seolah-olah cerai itu adalah sesuatu yang lumrah, kita kan pada tau cerai itu memang sesuatu yang dibolehkan, tapi sangat dibenci oleh Allah. Kalo masih ada jalan untuk baik, kenapa harus pisah. Ckckck. Zaman sekarang benar-benar semuanya serba tak terduga. Ceritanta panjag lebar. Saya hanya mengangguk-ngangguk sambil tersenyum, membenarkan dalam hati wejangan dari beliau.

Teruntuk bapaknya Chedar, Terimakasih sudah menemani hingga teman-teman yang lain datang dan memberikan wejangan-wejangan yang priceless.


Makassar, 08-07-2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...