Rabu, 12 Juli 2017

Kebaikan

Kebaikan itu adalah sesuatu yang absolute.

Kita mungkin saja berbeda dalam banyak hal, tapi saya tetap meyakini bahwasanya kebaikan adalah sesuatu yang mutlak. Perbedaan Suku, Agama dan Ras bukan menjadi satu alasan untuk kita tak berbuat kebaikan, kita tetaplah sama, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang diciptakan untuk saling bersosialisasi satu dengan yang lain, tanpa harus memandang sebuah perbedaan.
Bukankah perbedaan itu adalah sesuatu yang indah? Justru dengan adanya perbedaan kita akhirnya bisa memiliki perbandingan. Bisa saling belajar satu sama lain.

Hari ini adalah kali ketigaku bertemu dengan Doris. Dia adalah istri salah seorang Pendeta yang lagi bertugas di Makassar. Kali pertama kami bertemu di J.CO Mall Panakkukang, kali kedua kami (saya dan sahabat saya) diundang untuk makan malam dirumah Doris, dan kali ketiga hari ini, kami bertemu di Pizza Hut. Hari ini ada teman Doris yang datang dari Amerika, namanya Julie. Saya pun berkenalan dengan Julie. Julie akan tinggal di Makassar selama 3 bulan, pekerjaanya mirip seperti pendeta, meski saya tak tau jelasnya apa namanya. Mereka begitu baik, ramah dan welcome banget dengan kedatangan saya.

Pernah satu ketika saya bercerita tentang Doris dan keluarganya, tentang perkenalan kami, tentang kebaikan yang mereka lakukan. Respon yang sudah saya duga akan terjadi dilontarkan sama teman “Hati-hati, nanti kamu akan ikut-ikutan”. Saya hanya menanggapinya dengan senyum. Bersyukur dan sedih dalam waktu bersamaan. Bersyukur karena temanku begitu peduli, begitu sayang padaku hingga ingin menjagaku. Tapi sedihnya karena tanggapannya yang begitu dangkal, kenapa sih kita begitu gampang untuk menjastifikasi seseorang. Kenapa kita sebegitu parnonya akan sebuah perbedaan.

Perbedaan itu akan mengajarkan kita banyak hal. Saya akhirnya memacu diri untuk mengenal agamaku lebih dalam. Jadi ketika kita berdiskusi dan masuk dalam ranah agama, saya bisa mengeluarkan argumen berdasarkan pelajaran yang saya dapat dalam Al-Qura, begitupun mereka yang mengeluarkan statement tentang isi Alkitab mereka. Dari mereka saya lebih sadar diri untuk selalu menghadirkan Tuhan dalam setiap langkah nafasku. Saya yang kadang lupa berdoa ketika hendak makan, diingatkan dengan melihat kebiasaan mereka setiap kali mau makan, mereka tak pernah lupa untuk berdoa. Begitupun ketika mau melakukans sebuah perjalanan, mereka selalu berdoa untuk keselamatan mereka. Hal yang mungkin kebanyakan dari kita sering melupakannya, begitupun dengan hal-hal lain, mereka tak pernah luput untuk berdoa. Itu harusnya menjadi pembelajaran untuk kita yang sangat gampang menjastifikasi seseorang, untuk bisa melihat sisi baik dan mengambil pelajaran dari orang lain, bukan hanya focus ke perbedaan yang akhirnya membuat kita sentimentil.

Makassar, 08-07-2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...