Kebaikan itu adalah sesuatu yang absolute.
Kita mungkin
saja berbeda dalam banyak hal, tapi saya tetap meyakini bahwasanya kebaikan
adalah sesuatu yang mutlak. Perbedaan Suku, Agama dan Ras bukan menjadi satu alasan
untuk kita tak berbuat kebaikan, kita tetaplah sama, sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang diciptakan untuk saling bersosialisasi satu dengan yang lain, tanpa
harus memandang sebuah perbedaan.
Bukankah
perbedaan itu adalah sesuatu yang indah? Justru dengan adanya perbedaan kita
akhirnya bisa memiliki perbandingan. Bisa saling belajar satu sama lain.
Hari ini
adalah kali ketigaku bertemu dengan Doris. Dia adalah istri salah seorang
Pendeta yang lagi bertugas di Makassar. Kali pertama kami bertemu di J.CO Mall
Panakkukang, kali kedua kami (saya dan sahabat saya) diundang untuk makan malam
dirumah Doris, dan kali ketiga hari ini, kami bertemu di Pizza Hut. Hari ini
ada teman Doris yang datang dari Amerika, namanya Julie. Saya pun berkenalan
dengan Julie. Julie akan tinggal di Makassar selama 3 bulan, pekerjaanya mirip
seperti pendeta, meski saya tak tau jelasnya apa namanya. Mereka begitu baik,
ramah dan welcome banget dengan kedatangan saya.
Pernah satu
ketika saya bercerita tentang Doris dan keluarganya, tentang perkenalan kami,
tentang kebaikan yang mereka lakukan. Respon yang sudah saya duga akan terjadi
dilontarkan sama teman “Hati-hati, nanti kamu akan ikut-ikutan”. Saya hanya
menanggapinya dengan senyum. Bersyukur dan sedih dalam waktu bersamaan.
Bersyukur karena temanku begitu peduli, begitu sayang padaku hingga ingin
menjagaku. Tapi sedihnya karena tanggapannya yang begitu dangkal, kenapa sih
kita begitu gampang untuk menjastifikasi seseorang. Kenapa kita sebegitu
parnonya akan sebuah perbedaan.
Perbedaan
itu akan mengajarkan kita banyak hal. Saya akhirnya memacu diri untuk mengenal
agamaku lebih dalam. Jadi ketika kita berdiskusi dan masuk dalam ranah agama,
saya bisa mengeluarkan argumen berdasarkan pelajaran yang saya dapat dalam
Al-Qura, begitupun mereka yang mengeluarkan statement tentang isi Alkitab
mereka. Dari mereka saya lebih sadar diri untuk selalu menghadirkan Tuhan dalam
setiap langkah nafasku. Saya yang kadang lupa berdoa ketika hendak makan,
diingatkan dengan melihat kebiasaan mereka setiap kali mau makan, mereka tak
pernah lupa untuk berdoa. Begitupun ketika mau melakukans sebuah perjalanan,
mereka selalu berdoa untuk keselamatan mereka. Hal yang mungkin kebanyakan dari
kita sering melupakannya, begitupun dengan hal-hal lain, mereka tak pernah
luput untuk berdoa. Itu harusnya menjadi pembelajaran untuk kita yang sangat
gampang menjastifikasi seseorang, untuk bisa melihat sisi baik dan mengambil
pelajaran dari orang lain, bukan hanya focus ke perbedaan yang akhirnya membuat
kita sentimentil.
Makassar,
08-07-2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar