Senin, 05 Juni 2017

Pertemanan pun punya batas expired



            Salah satu alas an terbesar kenapa aku buru-buru ingin pulang karena ingin menuntaskan rindu. Rindu akan sebuah kehangatan obrolan yang dibalut dengan cerita-cerita yang sukses menghadirkan tawa. Namun, sesampainya disini ternyata semuanya perlahan berubah. Aku tak lagi menemukan celah untuk sekedar memecahkan celengan rindu.

            Mungkin aku yang terlalu banyak menuntut, ingin semuanya tetap sama seperti dulu. Tetap sama seperti hari-hari kemarin. Harapanku akan sebuah “pertemanan” begitu berlebihan, aku yang terlalu besar menaruh harap, tapi lupa menyisakan celah untuk ditinggalkan dan kecewa.

            Aku yang terlalu berlebihan ingin dijadikan skala prioritas, sebagaimana aku pun menjadikannya skala prioritas diatas keinginan dan kepentingan pribadi. Apakah ini pamrih? Ya mungkin! Tapi bagiku ini hal yang manusiawi, akupun bukan malaikat yang bias selalu ikhlas.

            Perjalanan ini megajarkanku banyak hal. Semua akan expired pada waktunya. Ternyata bukan cuman makanan yang memiliki batas expired. Pertemanan pun demikian adanya. Faktanya semua akan jenuh pada akhirnya, realitanya semua akan berpisah pada waktunya.

            Aku sama sekali tak pernah begitu benci perpisahan, ada banyak media yang akan tetap menyatukan. Namun, yang kubenci adalah perubahan perubahan yang tercipta ketika ruang dan jarak memisahkan. Keindahan yang pernah terjalin, kehagatan yang dulu selalu hadir akan menguap oleh jarak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...