"Kita" hanya berjarak, bukan berpisah
Mungkin “kita” butuh untuk berjarak, agar “kita” tau
arti sebuah kehilangan
Aku rindu, rindu sekali. Rindu untuk berkumpul dan
bercanda tawa seperti dulu lagi. Tapi aku merasa hubungan “kita” belakangan ini
terasa begitu jauh. Ketika “kita” kumpul pun rasanya raga berada di tempat yang
sama, namun jiwa dan pikiran entah berada dimana.
Aku rindu, rindu sekali. Rindu sebuah kehangatan
obrolan seperti dulu lagi. Aku selalu membesarkan hati, menghibur diri “ah
mungkin semuanya pada sibuk, jadi jarang waktu untuk berkumpul bersama”, namun
ketika melihat kamu bisa menyempatkan diri untuk berkumpul dan bercanda tawa
dengan yang lain, dan terkadang memiliki alasan untuk tidak hadir ketika diajak
kumpul bersama, disitu kadang saya berfikir, apakah “kita” tak lagi berarti
untukmu?
Kamu diperlakukan beda, itu tandanya kamu sudah masuk
dalam list orang special, jadi tak perlu ada kepura-puraan. Tapi, terlalu
sering dibedakan dan kamu lebih menprioritaskan orang lain terkadang membuat
kami berfikir, apa benar ini karena kita sudah begitu dekat hingga kau tidak
lagi peduli dengan perasaan kami? Atau mungkin memang kami tak berarti bagimu.
Hmmp mungkin memang kita butuh untuk berjarak, agar
kita tau arti sebuah rindu. Agar kita tau kalau kita saling membutuhkan. Agar rasa
jenuh itu menguap dan hilang.
Jangan lama-lama berjarak, karena kenyamanan bisa
datang dari mana saja. Dan ketika seseorang bisa memberikan rasa nyaman yang lebih,
bukan tak mungkin hubungan “kita” yang mulai renggang akan semakin renggang dan
semakin berjarak.
Aku sempat berfikir, oh mungkin ini salah satu
alasan selingkuh dan pertengkaran dalam rumah tangga. Saat seseorang di dalam
rumahnya sudah tak dianggap dan jarang dipedulikan, maka dia akan mencarinya di
tempat yang lain. Dan jika di tempat lain dia menemukan apa yang dia cari, maka
kenyamanan itu akan muncul. Dan untuk kembali kepada seseorang yang sempat
melukai, itu bukan hal yang mudah.
Yogyakarta, 11 Mei 2018, 23:53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar