Sabtu, 26 September 2020

Ekstrovert (?)

Saya sudah mencoba beberapa macam tes psikologi gratis di internet tentang kepribadian, hasilnya selalu menunjukkan bahwa saya adalah seseorang yang ekstrovert. Ekstrovert dan introvert sebenarnya hanya berbeda dalam pengelolaan “energi”. Ekstrovert akan ngerasa energinya terisi ketika ketemu sama orang-orang, sedangkan introvert malah sebaliknya orang-orang introvert malah cenderung kelelahan jika terlalu lama bertemu dengan orang, sehingga terkadang butuh “me time”.

Meskipun dari beberapa tes hasilnya menunjukkan bahwa saya adalah seorang ekstrovert, ternyata tak lantas membuat saya selalu senang ketemu dengan orang-orang. apalagi belakangan ini. Saya cenderung menghindari untuk bertemu intens dengan orang-orang, bahkan hingga komunikasi pun saya terkadang enggan.

Sekarang ngerasanya terlalu sering ketemu dengan orang malah terlalu banyak “tekanan”. Harus selalu tampil baik-baik saja, harus bisa selalu melayani pertanyaan basa-basi orang, harus selalu kelihatan berprogress setiap saat meski kenyataannya tak selalu demikian. Saya merasakan bahwa perubahan lingkungan, pertambahan digit umur ternyata sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi mental. Akan selalu ada hal-hal yang membuat kita overthinking hingga tertekan sehingga terkadang banyak orang yang lebih memilih untuk “menghindar”.

Ekstrovert dan introvert mungkin bukan sesuatu yang paten, buktinya perubahan lingkungan tempat tinggal dan pergaulan akan sedikit banyak memengaruhi. Orang-orang yang dulunya merasa energinya bertambah saat bertemu orang, sekarang malah merasa energinya terkuras habis dan merasa begitu kelelahan setelah bertemu dengan orang. Ya, manusia sedinamis itu. Sangat mudah berubah, baik secara pemikiran maupun kondisi mental.

Dan memang benar adanya bahwa semakin kita bertambah tua semakin mengecil lingkaran pertemanan kita. Kita akan memilah dan memilih orang-orang yang akan kita masukkan dalam kehidupan kita. Orang-orang yang dengan ikhlas mau kita temui dan berbincang dengan sangat terbuka. Orang-orang yang mengerti tanpa harus dijelaskan, orang-orang yang akan selalu berada disisi kita tanpa harus banyak menuntut ini dan itu, orang-orang yang dengan tulus menerima kita dengan segala lebih dan kurang yang kita miliki, serta orang-orang yang bisa mendukung dan tidak perlu mendikte pilihan-pilihan hidup kita.

Makassar, 26 September 2020

Minggu, 20 September 2020

Konsultasi Masalah Haid di RSIA

 

Teman-teman pasti sudah tau kan RSIA itu apa? Ya, RSIA adalah singkatan dari Rumah Sakit Ibu dan Anak. Beberapa hari yang lalu karena ingin periksa di dokter obgyn akhirnya saya memutuskan untuk ke RSIA. Salah satu alasannya karena saat ini lagi masa-masa covid dan menurut saya RSIA adalah RS yang lebih aman dibandingkan RS umum.

Saya berangkat bersama seorang teman yang baru beberapa hari yang lalu menikah, dia juga hendak konsultasi ke dokter obgyn. Kejadian awkward dimulai saat baru mendaftar di bagian administrasi, ditanyain sudah menikah belum? Dengan tatapan ini anak kecil ngapain ke RSIA segala. Hahaha. Saya menjawab belum kak, sambil menceritakan saya hendak konsultasi apa ke dokter siapa. Untungnya sebelum ke RS saya sudah terlebih dahulu meminta rekomendasi ke teman yang sering ke RS tersebut, menanyakan nama-nama dokter yang sekiranya bagus dan pas di hati. Jadi saat mendaftar bisa langsung mention nama dokternya.

Info yang saya dapat dari teman kalau kita harus mendaftar sehari sebelum dokter tersebut praktik, agar melengkapi kebutuhan administrasi terlebih dahulu. Tapi saat mendaftar di bagian administrasi ternyata bisa langsung check up pas hari itu juga, jadi tidak perlu menunggu sampai besok dan besoknya lagi. Oke, bagian administrasi sudah dilewati. Sekarang lanjut ke bagian administrasi lantai dua untuk mendaftar lagi. Ditanyain dengan pertanyaan yang sama, sudah menikah belum, nama suaminya siapa? Belum  juga menjawab satu pertanyaan sudah dijejal dengan pertanyaan lanjutan. Saya belum menikah kak, jawabku. Akhirnya ditanyain nama bapak untuk ditaroh di nama belakang saya. Gapapa ya pake nama bapak dulu, bulan depan atau tahun depan siapa tau udah jadi nyonya dari seseorang, batinku. Hahaha

Setelah beres dari bagian administrasi kedua selanjutnya disuruh menunggu. Waktu itu masih pukul 11.00 WITA sedangkan jadwal praktik dokternya pukul 13.00 WITA. Masih ada waktu dua jam untuk melakukan banyak hal. Saya dan teman saya pergi ke luar dulu untuk suatu keperluan. Barulah kembali ke RS lagi setelah pukul 13.00. Kali ini kami harus melapor di bagian perawat. Menceritakan masalah yang akan kami konsultasikan. Lagi-lagi ditanya status pernikahan, sudah pernah menikah, lalu perawatnya buru-buru mengganti pertanyaannya, sudah menikah? Mungkin perawatnya menyadari pertanyaan sebelumnya adalah pertanyaan yang aneh “sudah pernah menikah” akhirnya diganti sudah menikah? Hahaha

Setelah ditanya tiga kali dengan pertanyaan yang bermaksud sama “sudah menikah atau belum”? Saya akhirnya bisa menyimpulkan bahwa pertanyaan tersebut adalah pertanyaan wajib yang akan ditanyakan oleh petugas, ya jelas ajalah ya. Namanya RSIA jadi orang-orang yang datang mayoritas orang-orang yang hendak konsultasi mengenai kondisi kandungan, kehamilan, maupun urusan anak.

Dokter yang dijadwalkan praktik pukul 13.00 nyatanya baru mulai praktik saat jarum jam menunjukkan pukul 15.00 kurang. Saya pun baru mendapat giliran konsul menjelang pukul 17.00. Untung dokternya ramah dan menjelaskannya dengan jelas sehingga lelah menunggu lama pun akhirnya terbayarkan.

Saya konsultasi ke dokter karena ada masalah haid tidak lancar dan tidak teratur. Sebelumnya ditanya-tanyain sama dokter mengenai kondisi haidnya seperti apa, kapan terakhir haid, ada keluhan gak kalo lagi haid, dan pertanyaan yang tidak ketinggal sudah menikah belum? Setelah saya menjawab pertanyaan-pertanyaan dokternya akhirnya diajak menuju ke ruang USG. Alhamdulillah setelah USG ternyata sehat dan tidak ada masalah apa-apa, hanya saja ada penebalan di dinding Rahim yang menyebabkan haid tidak lancar. Alhamdulillah sehat dan normal, selama ini sudah khawatir jangan sampai ada penyakit, tapi alhamdulillahnya tidak ada.

Saya suka dan nyaman dengan dokternya dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, ditanyain sudah nikah belum, ada rencana menikah, kapan mau nikah, ada rencana punya anak? Pertanyaan-pertanyaan yang jarang ditanyakan sama orang adalah “ada rencana menikah, ada rencana punya anak”? karena kenyataannya sekarang banyak orang yang memilih tidak ingin menikah dan tidak ingin punya anak, meskipun aku bukan bagian dari orang-orang tersebut.

Setelah melihat hasil USG akhirnya diberikan resep obat sama dokter untuk pelancar haid plus nasihat-nasihat untuk memperbaiki pola makan, istirahat, dan jangan stres  karena beberapa hal tersebut yang bisa menjadi sangat berpengaruh terhadap pola haid. Dipesenin juga sama dokter jika nanti sudah ada rencana mau nikah untuk berkonsultasi lagi agar diberikan terapi hormon, haid tidak lancar sebenarnya tidak selamanya berbahaya tapi akan sangat berpengaruh jika ada rencana untuk memiliki momongan, karena berdampak ke masa subur yang juga tidak menentu. Jadi perlu untuk adanya terapi hormone agar haid menjadi lancar jika nantinya sudah ada rencana menikah dan ingin memiliki anak.

Buat para cewek-cewek, kita memang sedari awal harus aware tentang kesehatan kita, apalagi terkait kesehatan reproduksi karena banyak sekali penyakit-penyakit yang terkait kesehatan reproduksi ini. Tapi jangan khawatir dan gak usah terlalu overthinking jika mengalami sesuatu yang “di luar kenormalan”. Jangan menjadikan google sebagai info valid untuk memvalidasi rasa penasaran kamu. Segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat.

Makassar, 20 September 2020

Senin, 14 September 2020

Perjalanan ke Pulau Barrang Lompo

 

Akhirnya liburan lagi, ngecamp lagi, setelah berbulan-bulan hanya tinggal di rumah mengikuti anjuran pemerintah. Namun, kali ini rasa-rasanya liburannya tidak seheboh dan semenyenangkan liburan-liburan sebelumnya. Bukan, bukan karena orang-orangnya, bukan karena tempatnya, melainkan karena kondisinya.

Kondisi covid19 yang belum juga mereda menyisakan rasa khawatir untuk kemana-mana, bersenang-senang hanya dengan dalih rindu liburan. Lalu, kalau khawatir ngapain pergi Maemunah? Hmmp alasannya karena ingin berkumpul bersama orang-orang yang selama bertahun-tahun belakangan tidak lagi pernah berkumpul dan bercanda tawa seperti dulu waktu masih berstatus mahasiswa.

Untuk mengatasi rasa khawatir serta tidak enak kepada nakes dan orang-orang yang masih tetap memilih di rumah aja dalam kondisi seperti ini, saya berkomitmen untuk tidak mengunggah foto liburan. Agar tidak menjadi trigger orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Meski alasan ini pun sama sekali tak bisa dijadikan pembenaran.

Perjalanan ke Pulau Barrang Lompo didasari dengan alasan ingin ngecamp dan kebetulan di sana ada salah satu rumah adik junior. Perjalanan ditempuh dengan durasi waktu kurang lebih satu jam, berangkat dari dermaga Kayu Bangkoa menggunakan kapal kecil dengan muatan lebih dua puluh orang. Rencana awalnya berangkat usai sholat ashar molor hingga menjelang maghrib. Tapi ada untungnya juga berangkat menjelang maghrib, kami jadi bisa menikmati sunset di tengah laut lepas. Alhamdulillahnya lagi ombak tidak begitu kencang.

Menjelang pukul 7 malam kami tiba di Dermaga Barrang Lompo. Jeng jeng jeng, beberapa dari kami yang berekspektasi akan ngecamp harus menelan kekecewaan menyaksikan kondisi Barrang Lompo yang ternyata sebuah perkampungan padat penduduk. Bukan pulau-pulau private yang bisa ngecamp di bawah pohon-pohon kelapa. Tidak ada bibir pantai yang bisa memanjakan mata dan kaki kami dengan pasir-pasir indahnya, yang ada hanya dermaga  

Kami silaturahmi sejenak di rumah Eja’, salah satu junior kami. Sembari teman-teman panitia menyiapkan tenda yang akan ditempati untuk menginap. Lokasi didirikannya tenda tidak jauh dari rumah Eja’, yakni di halaman sebuah penginapan milik Fakultas Kelautan Unhas (Marine Center). Tenda-tenda yang dibangun dikhususkan untuk teman-teman yang cowok, sedangkan yang cewek disewakan dua kamar di dalam Marine Center. Satu kamar ada 4 kasur dengan harga 100.000, harga yang sangat terjangkau.

Sekitar pukul 9 malam kami akhirnya makan malam dengan menu seafood segar. Cumi-cumi beserta ikan dengan berbagai varian ditemani sambal tomat yang menggugah selera. Tidak cukup waktu yang lama untuk kami menghabiskan makanan yang tersedia di meja makan (red: meja dadakan yang terbuat dari papan dengan alas batu bata). Kami lalu melanjutkan bercengkrama di antara tenda-tenda yang sudah didirikan, di bawah pohon-pohon rindang yang telah diberikan lampu-lampu untuk penerangan kami.

Keesokan paginya saya dan Nurul ke dermaga untuk melihat sunrise. Ternyata di dermaga sudah ada Kak Aco’ dan Ai’ yang juga menanti sunrise. Dan benar aja sunrise di Barrang Lompo sangat indah, mirip dengan gambar-gambar yang ada di wallpaper. Menjelang siang kami ada agenda snorkeling. Eja’ membawa kami ke sebuah titik yang biasa ditempati orang-orang untuk snorkeling. Lokasinya hanya sekitar 10 menit dari Dermaga Barrang Lompo. Keindahan bawah laut bisa disaksikan dari atas kapal karena kejernihan air. Saya memilih untuk tidak ikut snorkeling karena sebelumnya sudah mandi dan malas untuk mandi kedua kalinya. Karena tidak turun ke air akhirnya mendapat mandat untuk menjadi tukang foto teman-teman yang turun ke air. Banyak pose yang lucu nan menggemaskan.

Teman-teman yang selama ini suka berpetualang ternyata hanya akrab dengan gunung hutan, tetapi tidak dengan laut. Alhasil butuh waktu cukup lama untuk memberanikan diri melepaskan pegangan dari kapal. Mereka anak-anak mapala yang tidak bisa berenang. Meskipun sudah menggunakan pelampung sebagian dari mereka masih saja merasa ketakutan untuk terjun bebas ke air. Pemandangan muka panik dan ketakutan menjadi sebuah pemandangan yang indah dan lucu. Setelah sudah sedikit lebih berani untuk nyemplung ke air mereka malah lupa untuk balik. Saking senang dan excited melihat pemandangan bawah laut yang begitu indah.

Sekitar 3 jam kemudian setelah semuanya puas untuk bermain air, kami kembali ke dermaga lalu ke penginapan untuk makan siang dan bersiap untuk pulang. Rencana awalnya mau balik siang molor hingga habis ashar. Ternyata karena kesorean ombaknya tinggi dan angin begitu kencang. Alhasil kami yang rencana balik sore akhirnya baru bisa meninggalkan dermaga setelah sholat maghrib.

The adventure just began. Balik ke Makassar dalam kondisi matahari sudah tenggelam, hari sudah gelap, ombak yang tinggi, angin yang kencang, dan kapal yang digunakan lebih kecil dari kapal yang digunakan berangkat. Benar-benar menguji adrenalin dan menambah kadar keimanan. Tak hentinya suara istighfar dan kata-kata “jangan panik, jangan goyang, jaga keseimbangan” terdengar.

Di tengah laut suara istighfar berkali-kali terdengar. Saat suara mesin kapal rendah artinya ombak meninggi dan kita sudah bisa bersiap-siap dengan ombak yang mengombang-ambingkan kapal. Di tengah gelap malam masih ada cahaya bulan dan bintang yang mampu membuat mata kami terbelalak melihat gulungan ombak yang ada di sisi kiri kanan depan belakang kapal. Setiap ombak menghantam kapal suara istighfar lantang terdengar setelah itu kembali hening. Sekitar 10 menit menjelang tiba di dermaga Kayu Bangkoa ombak sudah mulai bersahabat, air laut sudah mulai tenang, dan kami tiba di dermaga dengan selamat sekitar pukul delapan malam. Alhamdulillah. Liburan di tengah pandemi yang penuh kejutan berakhir dengan selamat.





                            Sunset di Dermaga Kayu Bangkoa dan foto kapal yang kami gunakan

 





                                                    Sunrise di Dermaga Barrang Lompo

                                                                   Foto saat snorkeling

 

Muka lega saat tiba di Makassar dengan selamat

Gambaran kapal yang kami tumpangi balik dengan muatan 20 orang lebih

(Sumber Google)

Makassar, 14 September 2020

Selasa, 01 September 2020

Dua Puluh Delapan Tahun

 

Sumber gambar dari Google 

Hari ini saya mengulang tanggal kelahiran yang ke-28. Tidak banyak yang berbeda. Saya masih tetap merasa muda dan tidak ada ekspektasi apa-apa di umur yang baru ini. Saya menolkan ekspektasi di tahun 2020, menikmati segala ketidakpastian dengan riang gembira.

Selama ini dalam keluarga saya tidak pernah ada glorifikasi tentang hari ulang tahun, sebagian besar lingkaran pertemanan saya pun tidak ada yang menganggap spesial hari ulang tahun. Jadi meskipun hari ini dianggap hari spesial oleh sebagian orang, saya menjalaninya dengan biasa-biasa saja.

Bangun pagi seperti biasanya, mengerjakan pekerjaan domestik, sesekali diomelin mama oleh hal-hal yang dirasa tidak sesuai keinginan beliau, dan membalas chat seperti biasa. Sedikit saja yang berbeda. Japrian dari teman-teman saya yang sudah lama tidak komunikasi pun berbondong-bondong masuk. Dengan memberikan ucapan selamat ulang tahun dan doa-doa yang baik. Grup-grup pun ramai dengan tag nama saya yang berisi ucapan dan doa. Sore ini pun saya mendapat birthday virtual dari teman-teman saya di Jogja. Agenda rutin setiapkali ada yang berulang tahun.

Selebihnya sama aja, sama seperti hari-hari kemarin. Menjalani hidup dengan tetap berusaha melakukan yang terbaik setiap harinya. Tetap berusaha belajar banyak hal dari berbagai tempat dan kesempatan. Tetap berusaha produktif meskipun banyak distraksi. Dan tetap berharap semoga koronces segera berlalu agar berbagai rencana-rencana bisa mulai direalisasikan

Selamat menjalani umur yang baru untukku.

 


Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...