Ini
untuk kali kedua, saat makan nasi goreng sapi di kota baru bersama Siti, kami disamperin
sama mas-mas penjual choco soes (kue soes kering). Waktu itu saat saya dan
Medina lagi makan, dan tiba-tiba disamperin oleh dua orang mas-mas untuk
menawarkan barang jualannya. Mereka bercerita bahwa jualan chocholate soes itu
handmade dan baru berjalan satu minggu, mereka bukan dari kampus. Tepatnya belum
kuliah, tapi mereka berasal dari komunitas. Sebut saja begitu. Mungkin mereka
menamai komunitas untuk merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalam bisnis
chocho soes. Singkat cerita waktu itu, setelah mencoba testernya saya membeli
barang dagangan mereka yang rasa coklat dengan harga 15.000, itu bentuk
apresiasi atas usaha dan kerja keras mereka.
Malam
ini, masnya datang lagi. Kali ini berdua dengan cewek. Tujuannya sama,
menawarkan chocho soes. Dia meminta waktu dua menit untuk memaparkan barang
dagangannya. Siti mendengar dengan seksama, begitupun denganku. Diakhir obrolan,
aku tak menyangka Siti membeli. Saat masnya beranjak menjauh. Aku bertanya pada
Siti, neng kamu kenapa beli? Aku kasian mbak, aku menghargai usahanya. Itu sudah
keberanian dan tekad besar banget sampai dia mau menjajakkan barang dagangannya
dengan cara seperti itu, jawabnya. Oh iya ya, aku aja ya tadi sama Rayhan ke
Toko Laras dan Chokles menanyakan perihal tujuan menitip keripik baper untuk
dijual di sana itu merasa malunya gak ketulungan.
Pelajaran
hari ini, emang benar sih. Untuk memulai sebuah kesuksesan kita perlu untuk out
of the box dan menjemput bola. Bukan hanya menunggu keajaiban datang. Dan mencoba
sesuatu yang out of the box itu memang butuh tekad dan keberanian yang kuat,
rasa ingin sukses harus lebih besar dari rasa malu.
Kamar,
06-11-18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar