Selasa, 06 November 2018

Jemput Bola







Ini untuk kali kedua, saat makan nasi goreng sapi di kota baru bersama Siti, kami disamperin sama mas-mas penjual choco soes (kue soes kering). Waktu itu saat saya dan Medina lagi makan, dan tiba-tiba disamperin oleh dua orang mas-mas untuk menawarkan barang jualannya. Mereka bercerita bahwa jualan chocholate soes itu handmade dan baru berjalan satu minggu, mereka bukan dari kampus. Tepatnya belum kuliah, tapi mereka berasal dari komunitas. Sebut saja begitu. Mungkin mereka menamai komunitas untuk merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalam bisnis chocho soes. Singkat cerita waktu itu, setelah mencoba testernya saya membeli barang dagangan mereka yang rasa coklat dengan harga 15.000, itu bentuk apresiasi atas usaha dan kerja keras mereka.

Malam ini, masnya datang lagi. Kali ini berdua dengan cewek. Tujuannya sama, menawarkan chocho soes. Dia meminta waktu dua menit untuk memaparkan barang dagangannya. Siti mendengar dengan seksama, begitupun denganku. Diakhir obrolan, aku tak menyangka Siti membeli. Saat masnya beranjak menjauh. Aku bertanya pada Siti, neng kamu kenapa beli? Aku kasian mbak, aku menghargai usahanya. Itu sudah keberanian dan tekad besar banget sampai dia mau menjajakkan barang dagangannya dengan cara seperti itu, jawabnya. Oh iya ya, aku aja ya tadi sama Rayhan ke Toko Laras dan Chokles menanyakan perihal tujuan menitip keripik baper untuk dijual di sana itu merasa malunya gak ketulungan.

Pelajaran hari ini, emang benar sih. Untuk memulai sebuah kesuksesan kita perlu untuk out of the box dan menjemput bola. Bukan hanya menunggu keajaiban datang. Dan mencoba sesuatu yang out of the box itu memang butuh tekad dan keberanian yang kuat, rasa ingin sukses harus lebih besar dari rasa malu.
Kamar, 06-11-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...