Fotomu
yang paling natural. Foto yang diambil dari jarak jauh dan di zoom beberapa
kali oleh salah seorang teman. Aku suka melihat senyumanmu yang begitu lepas,
bukan hanya “haha” dan “hehe”, ketawa yang terkesan begitu tertahan. Senyumanmu
yang selama ini irit, dan tiba-tiba mendapat foto seperti ini bak oase di
padang pasir, begitu menentramkan.
Dalam
keruwetan dan kepusingan hingga hampir menangis mengerjakan tugas UAS yang
sudah beberapa minggu dianggurkan, aku teringat tentangmu, dan memutuskan
kembali menulis tentang dirimu. Aku ingin berterima kasih atas segala pelajaran
yang telah kau berikan, baik dalam situasi formal ataupun sikap dan tindak
tanduk yang kemudian menjadi pelajaran hidup untukku. Semoga kita akan tetap
bersama, bekerjasama dalam banyak hal, mewujudkan usaha yang pernah
diwacanakan, berdiskusi rutin untuk menambah khasanah pengetahuan kita.
Tuh
kan menulis tentangmu membuat tulisannya pun ikut kaku dan kikuk.
Baru
kali ini, aku yang begitu ceplas ceplos dalam berbicara, berusaha untuk begitu
hati-hati dalam bercuap-cuap dengan seseorang. Dan seseorang itu, kamu! Saat berbicara
denganmu aku begitu berhati-hati. Setiap kata yang terucap aku selalu merasa
bodoh, apapun yang terucap kau selalu mengusut sampai ke akar-akarnya, hingga
seringkali aku harus memutar otak dan menjawab gelagapan pertanyaanmu yang
beruntun, dan disaat itulah kebodohanku akan terkuak -__-. Obrolan yang awalnya
ringan, pembicaraan yang tujuannya bercanda ketika berbicara denganmu semuanya
berubah menjadi serius.
Namun,
itulah kamu. Dengan ciri khas yang begitu serius. Kalau gak serius pastilah
bukan kamu. Bahkan bercandaanmu pun adalah becandaan yang garing karena candaan
diseriusi. Lagi-lagi pendapat subjektif yang hanya melihat kamu dari luarnya
saja tanpa benar-benar tau kau seperti apa. Meskipun pengetahuanku tentangmu
masih begitu dangkal, namun aku senang bercerita tentangmu, memikirkanmu, dan
menulis pendapat subjektifku tentang dirimu.
Sebenarnya
tak ada yang spesial, namun akupun tak tau mengapa sering sekali menjadikanmu
objek tulisan.
Ada
yang paling menyebalkan darimu, setidaknya itu menurutku. Kau yang begitu
berwibawa akan luluh karena wanita. Ah, mungkin memang benar adanya, harta
tahta wanita adalah 3 hal yang akan membuat pria jatuh. Tapi tak
masalah, kamu kan normal! Jadi wajar saja ketika wanita mampu membuat
kewibawaanmu goyah. Semoga saja tiga hal duniawi tersebut hanya membuatmu
goyah, dan tidak sampai terjatuh.
Lebih
baik diam dan kerja nyata dibanding banyak bicara tapi tidak melakukan apa-apa.
(HI 25th) Nah ini mungkin yang menjadikanmu Nampak
begitu cuek.
Aku
sebenarnya perhatian, katamu. Buktinya? Biarlah akan
terjawab seiring perjalanan waktu. Bukankah
waktu adalah jawaban yang paling indah?
Saat melihat senyum ini, ahh aku merasa ikut damai dan terhanyut dalam pusara kebahagiaan. Awalnya aku berfikir bahwa dia selalu terbebani dengan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang selalu dilontarkan, ternyata tidak, dan untuk sekian kali, aku salah, radarku tak mampu menebak.
BalasHapusAku merasakan ini lebih lama darimu miss tini, yang biasanya ngomong akan diterima mentah-mentah oleh sahabatku, maka saat ngobrol dengan mas ini, aku harus mutar otak supaya obrolan ini tidak mendalam, dan aku seringnya gagal.
Selalu dihadapkan dengan salah dan gagal saat di depannya, terkadang aku hanya memilih diam dengan segala kecamuk dalam angan.