Pernah merasa hidupmu tak berguna?
Pernah punya niatan untuk menghilang?
Pernah merasa tidak dihargai?
Pernah merasa apa yang kamu lakukan kok sia-sia?
Wajar! Namanya
juga manusia. Perasaan-perasaan seperti itu pernah menyapa hampir semua orang. Namun,
pernah tidak berfikir kalau dirimu itu ternyata berharga? Ternyata kehadiranmu
dirindukan oleh banyak orang. Ternyata hidup yang selama ini kau anggap
biasa-biasa aja begitu berarti bagi orang lain. Pernah tidak memikirkan itu?
Pernah tidak berusaha menghargai diri sendiri?
Pernah tidak mengapresiasi diri sendiri?
Pernah tidak menyadari bahwa dirimu itu berarti dan
berharga?
Kehidupan
pesimisme atas diri sendiri terjadi karena kebiasaan kita membandingkan diri
kita dengan kelebihan orang lain. Kenapa sih mesti melakukan itu? Ketika ternyata
kita mampu menjadi terbaik versi diri kita.
Haru campur
bahagia, ketika mendapati kenyataan bahwa kehidupanku yang aku anggap
biasa-biasa saja, kehidupan yang sering aku keluhkan, kehidupan yang sering aku
banding-bandingkan dengan orang lain, ternyata begitu berharga. Orang-orang
yang menyayangiku begitu banyak.
Saat musim
ujian, ketika tugas menyerang bertubi-tubi, aku kedatangan tamu. Di waktu dan
kondisi yang tidak tepat. Ini bukan kali pertama aku kedatangan kamu semenjak
aku tinggal di kota ini. Tapi ini adalah tamu yang datang di waktu yang tidak
tepat namun begitu membuatku speechless. Gimana
gak, dia datang ke Jogja khusus untuk bertemu denganku. Belajar bersamaku. Dia
dulunya adalah murid privateku ketika aku masih di Makassar. Dan ketika dia
libur, dia bela-belain nyamperin ke Jogja untuk bertemu dan belajar. Sesuatu yang
membuatku tak habis fikir, kok bisa dia melakukan itu. Padahal tempat kursus di
Makassar banyak banget, kenapa mesti kesini untuk belajar denganku? Sespesial
itukah aku untuknya? Seberharga itukah aku baginya?
Belum lagi
cerita sahabatku ketika kuliah S1 dulu, masih teringat ceritanya ditelefon
beberapa waktu lalu, ketika dia menyuruhku segera pulang dan dia menceritakan selama
aku pindah kota dia tidak pernah ke mall lagi karena tidak ada teman. Padahal aslinya
dia memiliki banyak teman yang bisa diajaknya untuk jalan-jalan.
Cerita yang
lain datang dari teman-teman yang lain, bagaimana mereka merencanakan untuk
bertemu denganku, mengajakku jalan-jalan ketika aku pulang kelak. Hal sederhana
yang mampu membuat air mataku terkadang tak terbendung.
Sepenggal cerita
yang selalu menjadi reminder ketika
aku merasa hidupku “tidak berharga”, sebuah alarm
ketika aku merasa terjatuh. Ternyata hidupku begitu berharga, ternyata
kehidupan yang menurutku biasa-biasa saja begitu luar biasa bagi orang lain,
dan aku menyadari satu hal kemanapun aku
pergi, sejauh apapun kaki ini melangkah, ada “rumah” tempatku kembali. Ada orang-orang
yang tetap dan akan selalu mencintai dan menyayangiku tanpa syarat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar