Minggu, 03 September 2017

Swafoto




Sering kita menemukan banyak foto yang berseliweran di sosial media dengan gaya maksimal, muka kinclong dan pemandangan yang tak kalah hitznya. “Instagramable” banget ya, kata yang sering terbersit dalam benak kita acapkali melihat foto-foto yang banyak beredar.

Foto menjadi budaya latah. Tempat yang sebenarnya biasa-biasa saja berubah menjadi terkenal, ngehitz, kotor, banyak sampah, karena adanya budaya latah. Latah untuk berburu tempat-tempat keren untuk sekedar mengabadikan foto-foto yang siap upload di sosial media. Tak peduli panas terik, angin kencang, hujan badai. Dibela-belain untuk bergaya demi sebuah foto yang apik. 

Orang-orang yang tidak suka budaya foto mungkin akan menganggap tempat yang lagi hitz itu tempat yang biasa-biasa aja, tak ada istimewa dan menariknya sama sekali. Yah memang benar, saya pun merasakannya. Saya bukan orang yang gila foto, pun bukan anti foto. Seringkali mendatangi tempat yang banyak terpampang di sosial media, namun ketika sampai ditempat tujuan, tak jarang perasaan menjadi kecewa, karena ekspektasi tidak sesuai dengan realitas.

Karena mengejar foto-foto yang keren, kita lantas menjadi so(k)sialita dan anti sosial. Semua dilakukan demi sebuah pengakuan “keren” di sosial media. Pernahkah kita menyadari kalau bersosialisasi dan hadir secara nyata lebih indah dibandingkan ngehits oleh pengakuan keren yang hanya dilontarkan di sosial media? Sebegitu bangganyakah kita dengan pengakuan selebgram dengan foto banjir like tapi kita anti sosial dan apatis dengan orang-orang sekitar?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...