Sering kita
menemukan banyak foto yang berseliweran di sosial media dengan gaya maksimal,
muka kinclong dan pemandangan yang tak kalah hitznya. “Instagramable” banget ya, kata yang sering terbersit dalam benak
kita acapkali melihat foto-foto yang banyak beredar.
Foto menjadi
budaya latah. Tempat yang sebenarnya biasa-biasa saja berubah menjadi terkenal,
ngehitz, kotor, banyak sampah, karena adanya budaya latah. Latah untuk berburu
tempat-tempat keren untuk sekedar mengabadikan foto-foto yang siap upload di sosial media. Tak peduli panas
terik, angin kencang, hujan badai. Dibela-belain untuk bergaya demi sebuah foto
yang apik.
Orang-orang
yang tidak suka budaya foto mungkin akan menganggap tempat yang lagi hitz itu
tempat yang biasa-biasa aja, tak ada istimewa dan menariknya sama sekali. Yah memang
benar, saya pun merasakannya. Saya bukan orang yang gila foto, pun bukan anti
foto. Seringkali mendatangi tempat yang banyak terpampang di sosial media,
namun ketika sampai ditempat tujuan, tak jarang perasaan menjadi kecewa, karena
ekspektasi tidak sesuai dengan realitas.
Karena mengejar
foto-foto yang keren, kita lantas menjadi so(k)sialita dan anti sosial. Semua dilakukan
demi sebuah pengakuan “keren” di sosial media. Pernahkah kita menyadari kalau
bersosialisasi dan hadir secara nyata lebih indah dibandingkan ngehits oleh
pengakuan keren yang hanya dilontarkan di sosial media? Sebegitu bangganyakah
kita dengan pengakuan selebgram dengan foto banjir like tapi kita anti sosial dan apatis dengan orang-orang sekitar?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar