Saya selalu merasakan rasa yang campur aduk acapkali menulis sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tak terasa, itu kata yang selalu muncul. Tak terasa sudah berada di penghujung Januari. Waktu berlalu begitu cepat, sangat cepat, rasanya baru aja memulai tanggal 1 Januari, sekarang sudah berada di tanggal 31 Januari. Sungguh sangat cepat. Ada banyak hal yang terjadi sebulan ini, kelahiran, kematian, pernikahan, hingga pertengkaran dalam rumah tangga. Bencana terjadi di mana-mana. Rasa senang dan sedih yang silih berganti, tawa dan tangis mengiringi perjalanan sebulan ini.
Mengawali Januari dengan perasaan gembira, bertemu dengan orang-orang baik dalam kondisi yang baik. Tanggal 1 Januari resmi Panrita memiliki kantor. Setelah 4 tahun lamanya kami nomaden, pindah dari satu kafe ke kafe yang lain untuk belajar. Selalu bingung ketika ditanya perihal domisili oleh para calon siswa. Namun, di awal bulan dan awal tahun yang baru ini akhirnya sudah bisa menjawab dengan jelas ketika ditanya kantornya di mana? Lanjut di tanggal 2 Januari masuk ke kantor baru dengan acara syukuran. Bersyukur bisa sampai di tahun keempat. Dengan personil yang bertambah banyak dan siswa yang kuantitasnya juga bertambah. Alhamdulillah memulai tahun yang baru, dengan suasana baru, dan beberapa program-program yang baru.
Minggu pertama Januari mama sakit. Kondisi yang membuat pikiran dan hati saya kalut. Apalagi pada waktu itu saya berada di Makassar dan mama di kampung. Ada perasaan bersalah karena tidak bisa merawat beliau saat beliau lagi sakit. Bahkan pernah satu malam saya tidak bisa tidur nyenyak dan tidur dalam keadaan memegang handphone, mempersiapkan diri untuk berbagai berita. Dulu, beberapa waktu silam keinginan untuk merantau bahkan mengabdi ke daerah-daerah pedalaman yang minim sinyal pernah begitu menggebu. Namun, belakangan entah karena faktor apa rasa-rasanya ingin stay di Makassar saja biar bisa kapan saja bertemu dengan orang tua. Bertumbuh dan menua bersama mereka, dan bisa merawat mereka dalam menjalani masa-masa senjanya.
Minggu kedua Januari saya dapat giliran mengawas ujian di salah satu kantor tentara di Makassar. Peserta yang terdaftar sebanyak tiga orang. Namun, pada malam itu yang datang hanya satu orang. Seorang petinggi TNI yang ketika namanya diketik di google akan muncul track record jabatan dan prestasi beliau. Jadwal belajar yang seharusnya berlangsung pukul 19.00-21.00 ternyata berakhir di pukul 23.30. Tidak hanya mengawas ujian, saya bersama si bapak berdiskusi mengenai soal-soal selepas ujian berakhir. Dalam proses diskusi kami, ada beberapa hal yang kupelajari secara tidak langsung dari si bapak. Saat beliau secara sadar atau tidak bercerita bahwa beliau terbebani dengan ujian yang akan dijalaninya, ekspektasi orang-orang yang menganggap beliau mampu untuk banyak hal. Selalu mempertanyakan dan sangsi ketika menyaksikan beliau gagal dan menganggap hal yang wajar dan biasa ketika beliau berhasil. Sesuatu yang membuatnya terbebani, orang-orang selalu berpikir bahwa beliau dengan mudah bisa mendapatkan apa yang diinginkan, padahal dibalik semua itu ada kerja keras dan tekananan yang mengiringi prosesnya. Saya belajar bahwa setiap fase akan selalu ada hal-hal yang membuat kita tertekan. Bahkan saat jabatan kita sudah tinggi sekali pun. Ekspektasi orang-orang akan selalu mengikut. Tak peduli bagaimana pun hebatnya kita dalam mencapai sesuatu, akan selalu ada ekspektasi-ekspektasi yang diinginkan lebih dari apa yang kita dapatkan. Selepas kelas berakhir, si bapak mengantar saya hingga ke parkiran, ajudan di mobil dinas beliau mengikutinya dari belakang, para penjaga di pos memberi hormat saat beliau lewat. Saya merasa terharu dengan kerendahan hatian beliau, beliau mengajak saya mengobrol dan mengantar saya hingga ke parkiran, menunggui saya hingga motor saya berlalu meninggalkan beliau. Malam itu terasa sangat dingin, suasana tengah malam ditambah rintik hujan yang membasahi jalanan. Namun, hati saya terasa begitu hangat.
Masih di minggu kedua Januari, bencana sudah datang silih berganti. Air mata dan rasa pilu terasa begitu menusuk. Mulai dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air, banjir bandang di Kalimantan Selatan, gempa di Sulawesi Barat, longsor dan banjir yang terjadi di berbagai tempat hingga muncul tagar Indonesia dikepung bencana. Belum lagi kasus virus corona yang tidak juga kunjung melandai, penyebarannya meningkat setiap hari, update berita kasus corona tak kunjung mereda. Peristiwa demi peristiwa yang seharusnya bisa mengajarkan kita banyak hal, belajar untuk selalu merasa cukup dan tidak serakah, belajar untuk tidak merusak alam, belajar untuk menjadi sebaik-baiknya manusia yang bisa saling menolong dengan manusia lain agar bisa sama-sama bangkit melalui masa-masa sulit ini, belajar untuk berserah diri kepada sang pencipta, kematian terasa begitu dekat.
Memasuki minggu kedua Januari saya jatuh sakit. Panas yang mencapai 38 derajat membuat saya was-was. Sakit merupakan hal yang wajar dan bisa menyerang siapa saja, tetapi bedanya kondisi pasca covid mulai masuk ke Indonesia membuat sakit yang ada gejala covidnya membuat was-was. Saya tidak begitu khawatir dengan diri saya sendiri, saya malah khawatirnya ke orang-orang di sekeliling saya, jangan sampai saya menjadi penyebab mereka jatuh sakit. Saat-saat sakit tersebut membuat saya semakin mensyukuri arti sehat, lebih mensyukuri nikmatnya tidur nyenyak, bersyukur bisa makan makanaa apa saja. Selama ini selalu take if for granted untuk banyak hal bahkan untuk nikmat kesehatan, tidur nyenyak, bahkan makan. Selalu dengan sombongnya merasa tubuh kuat jadi kemungkinan untuk sakit kecil, lalu diberilah peringatan sama Allah agar tidak menjadi manusia sombong. “Diberi peringatan” agar bisa menghargai dan mensyukuri segala nikmat yang selama ini hanya diterima begitu saja dan belajar untuk lebih menyayangi diri sendiri, menerapkan pola hidup sehat. Tidak lagi minum minuman dingin saat habis keluar panas-panasan, sesuatu yang membuat saya jatuh sakit dan mengalami radang tenggorokan. Saat sakit terasa begitu banyak nikmat yang dicabut sementara oleh Allah. Nikmat sehat, nikmat makan, nikmat tidur nyenyak, nikmat bangun dan haha hihi.
Masih di bulan Januari. Ada begitu banyak berita dari orang-orang sekitar. Ada yang lahiran, ada yang menikah, ada yang meninggal bahkan untuk kasus meninggal ini hampir setiap hari ada saja berita meninggal yang lewat di timeline. Sungguh, saat-saat seperti ini selalu merasa kematian begitu dekat, bisa datang kepada siapa saja tanpa pernah menanyakan siap atau tidak ☹. Selain berita bahagia pernikahan dan lahiran, berita mengenai kisruh rumah tangga juga masuk dalam cerita di Januari. Cerita dari teman dekat yang lagi bermasalah dengan pasangannya membuat berkali-kali istigfar dan mengelus dada. Banyak sekali pelajaran yang dikirimkan oleh Allah bulan ini. Dari yang bahagia hingga yang sedih.
Terakhir cerita di bulan ini, masih perihal bersyukur atas segala nikmat. Nikmat waktu luang dan leha-leha. Beberapa waktu lalu seorang teman menelfon, dia bercerita perihal aktifitas barunya saat ini. Dia sudah mulai bekerja dan menjalani kesibukan setelah setahun kemarin lowong. Dia, seseorang yang kutau begitu sering mengeluhkan status lowongnya kemarin karena tidak ngapa-ngapain, sekarang kudengar lagi keluh kesahnya perihal capeknya bekerja. Untuk pertama kalinya kudengar darinya yang menyarankan untuk menikmati waktu lowong, sesuatu yang dia keluhkan dulu ternyata saat ini begitu berharga. Memang benar-benar siklus kehidupan ya. Kita selalu mengejar sesuatu yang tidak kita miliki. Namun, saat kita sudah memiliki ternyata tidak selamanya membuat kita tenang dan bahagia. Sesuatu yang “nampak” memang begitu indah, namun keindahannya tidak selalu bertahan kuat hingga kita menggenggamnya. Kita sering berdoa dan bertanya, namun tidak pernah betul-betul siap dengan jawaban-jawaban yang Tuhan kirimkan.
Mari kita menertawakan dan menikmati segala hal yang terjadi dalam kehidupan kita, karena siklus kehidupan dengan begitu mudah berganti, kita hanya perlu menikmati dan mensyukuri segala kejutan-kejutan yang diamanahkan kepada kita.
Keep smile, fighting, dan selalu belajar bersyukur ^^. Selamat menanti bulan Februari, bulan yang katanya penuh cinta 😊. Selamat mengarungi kehidupan bulan Februari, selamat menikmati segala kejutan-kejutan yang menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar