Selasa, 09 April 2019

Tak punya uang

Hujan deras mengguyur Jogja sore kemarin, meski begitu janji tetap harus dipenuhi. Setelah kegiatan "Sekolah Perempuan" di Roemi saya lanjut menghadiri agenda rapat untuk persiapan kegiatan Tengok Desaku part 2.

Rencana awalnya mau balik ke kost dulu setelah acara sekolah perempuan, karena masih ada sekitar 2 jam waktu free sebelum akhirnya lanjut rapat, namun karena hujannya awet layaknya air tumpah saya memutuskan menunggu hujan reda di Roemi, lama berselang hujan tak kunjung berhenti hingga saya akhirnya ketiduran. Adzan ashar terdengar saya pun terbangun lalu buru-buru ke toilet dan bersiap untuk langsung datang ke lokasi rapat, waktu memunjukkan pukul 15.15, sudah telat 15 menit dari jadwal yng seharusnya. Hujan sudah mulai reda saat saya melajukan motor menuju jalan Nologaten, tepatnya di Kafe Basa Basi. Meski hujan sudah reda saya tetap memakai jas hujan, hujan yang rintik menghasilkan kuyup juga dengan intensitas yang stagnan dan lama.

Uang di dompet sisa 3ribu, saya memang jarang menyimpan uang cash dalam jumlah yang banyak di dompet, paling banyak 100K. Sore kemarin itu rencana ingin mampir ke ATM, namun ada rasa malas untuk membuka jas hujan dan masuk ke ATM. Mikirnya paling sampai di Cafe tidak akan belanja.

Tiba di Cafe Basa Basi baru ada Mega dan mas Asyhar, banyak yang konfirmasi kalau akan datang telat karena hujan yang amat deras. Mega memesan coklat panas, melihatnya menyeduh coklat sangat nikmat, ada rasa ingin untuk meneguk coklat juga. Tapi kufikir uangku tak akan cukup.

Tak lama kemudian sudah banyak yang mulai berdatangan, rapat pun dimulai, godaan coklat yang terus diaduk sama Mega menambah keinginanku untuk memilikinya. Kuambil taski dan kucek dompet, bener saja uangnya tersisa 3 ribu, kucek tempat pensil uang recehnya hanya 2ribu, lalu kutanya "Meg, harga coklatmi berapa". 10ribu, katanya.
Mau debit gak bisa, mau beli uang cahsnya gak cukup. Sambil menelan kekecewaan saya dalam hati bertekad saya harus kaya, ternyata tak punya uang itu tak enak, banyak hal yang tak mampu dimiliki meskipun keinginan sudah begitu besar.

Rintik hujan masih menemani alunan suara kami yang bergema, dan menambah dinginnya hati yang tak sanggup memiliki.

Jogja, 06 April 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...