Selasa, 31 Desember 2024

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan matcha dingin untuk mendinginkan otak sebelum memulai merangkai kata refleksi tahun 2024. Setelah sekian lama baru mencoba lagi memesan matcha, selama ini hanya memesan coklat atau kopi aren, hari ini ingin sesuatu yang berbeda. Namun, matcha yang baru kupesan lagi setelah sekian lama rasanya cukup pahit karena tidak teraduk dengan baik, sebuah kejutan yang indah, bukankah pahit pun juga bisa dinikmati? Tidak hanya selalu menikmati yang manis.

Terlalu banyak hal yang terjadi di 2024, rangkaian cerita indah, perpisahan, kemarahan, kesepian, pertemuan, berbaur menjadi satu alur cerita indah. Tahun ini melewati cukup banyak perjalanan ke luar kota, Bau-bau, Wakatobi, Sinjai, Bulukumba, Kalimantan Selatan, Surabaya, Jogja, Karimun Jawa, Pangkep, Bantaeng. Hingga pertengahan tahun 2024 hampir setiap bulan melakukan perjalanan ke luar kota, bertemu dengan banyak orang baru, merangkai banyak cerita indah, bercengkrama dengan sanak saudara, bersenang-senang dengan teman-teman.

-   Januari

Cerita ini dimulai di awal bulan Januari, bulan Januari tahun ini menjadi bulan dengan banyak agenda berkumpul dan tukaran kado, mulai dari tukaran kado di kantor, lanjut ngumpul di rumah salah seorang teman untuk tukaran kado, berlanjut tukaran kado di ulang tahun Panrita, dan berakhir dengan staycation bersama dengan teman-teman Wanita ketche di Apartemen Vidaview. Selain agenda tukaran kado, di bulan Januari juga ada agenda kunjungan ke rumah salah seorang teman yang anaknya akikah. Lalu menutup bulan Januari dengan mengikuti kegiatan Jelajah Bumi Pertiwi di Wakatobi.

Perjalanan ke Wakatobi penuh dengan cerita yang indah, bertemu dengan siswa-siswa Alekawa yang sudah memulai kehidupan baru di kota yang baru, dibuat terharu dengan kehadiran keluarga Linder di pelabuhan yang rela menunggu dalam keadaan rintik hujan di Wakatobi hanya untuk sekadar mengucapkan selamat datang di Wakatobi. Sebuah momentum yang mengingatkan untuk selalu berbuat baik kepada siapa pun karena kita tidak pernah tahu esok lusa kita akan bertemu dengan siapa dalam kondisi yang seperti apa. Selepas dari kegiatan di Wakatobi dan kembali ke Bau-Bau di sana juga dipertemukan dengan  keluarga Jackson dan keluarga Lee yang meluangkan waktu untuk bertemu dan mentraktir makan gelato di Bau-Bau. Sebuah momen yang sangat priceless.

Selain pertemuan dengan alumni Alekawa, perjalanan ke Bau-Bau dan Wakatobi untuk pertama kalinya itu juga memberikan banyak pengalaman baru, berkenalan dengan banyak volunteer dengan berbagai latar belakang dari berbagai daerah, pertama kalinya mencoba makan gurita di Wakatobi, bertemu dengan lumba-lumba di tengah laut, mandi dan masak pakai air asin di Kapota, pawai budaya keliling Pulau Kapota dengan segala kemeriahannya, nonton film “Agak Laen” di bioskop Bau-Bau, rebutan tempat tidur di kapal dalam perjalanan pulang ke Makassar agar bisa dekatan dengan semua volunteer, dimarahin penumpang kapal karena bermain games dan tertawa berisik.

-   Februari

Pulang dari Wakatobi, beberapa teman singgah di Makassar untuk jalan-jalan dan mencoba makanan Makassar, ada yang hanya transit untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Jawa dengan naik pesawat, ada yang extend beberapa hari untuk bisa menjelajah beberapa tempat sebelum kembali ke rutinitas. Salah satu kebahagiaan tersendiri kalau bisa ngehosting teman-teman, sebuah rasa yang sama bahagianya ketika ke suatu tempat dan ada teman yang bersedia untuk nge-hosting. Beberapa hari menjadi tour guide dan juga sekaligus host selama teman-teman di Makassar.

Setelah berbagai kegiatan itu, akhirnya kembali dengan rutinitas sehari-hari untuk mengajar. Kembali bertukar cerita dengan para siswa tentang budaya dan bahasa. Selama mengajar di Alekawa rasa-rasanya rutinitas tersebut tidak hanya sebatas pekerjaan tapi menjadi salah satu wadah untuk bertumbuh, selalu merasa harus ada input baik dari pengalaman langsung atau pun dari bacaan agar bisa bertukar cerita dengan para siswa. Jadi selalu semangat jika melakukan perjalanan karena hal itu berarti akan ada bahan pembicaraan yang baru. Selain rutinitas mengajar, di akhir Februari saya, Selpi, dan Kak Nunu memanggil guru private untuk kami belajar menari persiapan ikut mengajar BIPA di luar negeri.

-   Maret

Awal Maret ada agenda gathering Mata Garuda Sul-Sel di Pantai Bosowa untuk membangun bonding sesame pengurus, lumayan recharge energi dengan bertemu dengan teman-teman dan juga dapat hadiah-hadiah yang cute. Lalu beberapa hari kemudian memasuki bulan ramadan dan disibukkan dengan agenda buka puasa di berbagai kelompok pertemanan. Syukuran ulang tahun Alekawa yang dirangkaikan dengan buka puasa bersama tutor dan siswa, buka puasa Panrita, buka puasa teman SMA, buka puasa teman kuliah, buka puasa Mata Garuda di bantaran Sungai Jenne’berang. Selain agenda buka puasa di mana-mana, satu hal yang paling kusyukuri di ramadan tahun ini yaitu kesempatan bergabung di satu grup yang memiliki tujuan untuk belajar ayat demi ayat Alquran, mentadaburi ayat-ayat Al-Quran dan menuliskan insight yang didapat dari ayat tersebut. Agenda ini memberikan banyak pengetahuan baru tentang ayat-ayat suci Al-Quran yang selama ini biasanya hanya dibaca lafaz Arabnya tanpa tau arti dan sebab turunnya ayat tersebut.

-   April

Setelah menjalani berbagai macam kegiatan selama ramadan, di penghujung ramadan melakukan perjalanan pulang kampung untuk persiapan lebaran bersama dengan keluarga. Momen lebaran bersama dengan keluarga selalu menjadi agenda tahunan yang penting untuk dirayakan. Waktu berjeda dari segala kesibukan dan menikmati kebersamaan.

Berpindah-pindah tempat tinggal sejak SMP, SMA, kuliah S1 dan S2 membuatku tidak memiliki banyak teman di kampung halaman selain keluarga, jadi biasanya setelah lebaran ada teman dari luar daerah atau luar kota yang berkunjung ke rumah, tahun ini Keluarga teman SMA dari Makassar yang melakukan kunjungan, maklum dianya tidak punya kampung jadi tidak ada tradisi pulang kampung hehe. Bisa saling melengkapi, teman yang tidak punya kampung difasilitasi kampung untuk berkunjung, sayanya juga jadi senang mendapat kunjungan dari teman di kampung.

Bulan April ini juga menjadi hari Bahagia untuk salah satu staff Alekawa, Wirda, yang melangsungkan akad dan resepsi pernikahan di kampung halamannya di Sinjai. Rombongan tutor dan siswa Alekawa berangkat dari Makassar menuju ke nikahan Wirda di Sinjai, perjalanan ke Sinjai mereka lalui dengan melewati Soppeng agar bisa mampir ke rumah. Kunjungan siswa bule ke rumah di kampung sontak melahirkan kehebohan, bahkan bagi orang-orang yang sedang lewat, ada pengendara yang lewat depan rumah dan memberhentikan kendaraannya untuk sekadar singgah untuk berfoto bersama para bule. Di rumah pun tak kalah hebohnya tetangga dan keluarga yang datang untuk melihat bule dan berfoto bersama. Rombongan Alekawa sengaja menyempatkan waktu untuk ke kampung saya untuk berkunjung, bertemu dengan keluarga dan sekaligus makan siang.

Huru hara pertemuan dengan bule berlangsung beberapa jam dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tujuan utama di Sinjai. Kami mengikuti prosesi mappaci, akad nikah, dan resepsi selama 1 malam 1 hari di Sinjai dan kemudian melanjutkan perjalanan liburan ke Bulukumba. Tidak banyak agenda jalan-jalan, kami liburan ala bule yang menghabiskan waktu yang berkualitas, berkumpul dan makan bersama di satu tempat. Kebetulan lokasi penginapan kami tepat berada di bibir pantai jadi tidak harus mencari spot foto atau spot nongkrong untuk menikmati pemandangan.

-   Mei

Awal Mei saya bersama teman-teman merancang sebuah project kolaborasi yang kami beri nama “Arungi Cita” yang memiliki filosofi mengarungi cita-cita, project yang menyatukan Komunitas Sinesia, Mata Garuda, Panrita, Alekawa. Empat organisasi/lembaga yang saya menjadi bagian di dalamnya, jadi seolah-seolah project pribadi yang dibantu oleh teman-teman untuk mewujudkan. Sebuah project yang dengan antusias kami rancang untuk menjadi navigasi bagi anak-anak SMA yang harapannya tidak salah memilih jalan seperti yang Sebagian besar dari kami pernah alami. Project tersebut alhamdulillah bisa terlaksana dengan baik dengan bantuan banyak teman dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Di bulan yang sama datang ke akikahan anak salah seorang teman. Tahun ini ada cukup banyak agenda nikahan dan akikahan juga, alhamdulillah sampai di umur ini yang dulu kusaksikan sebagai aktivitas manusia-manusia dewasa. Selain beberapa agenda tersebut, saya juga berkesempatan mendampingi Laura yang menjadi pemateri untuk anak-anak Al-Azhar di Mall Nipah, sebuah kegiatan seru yang tidak pernah saya dapatkan ketika saya masih SD dulu, belajar ala-ala bahasa Inggris di mall dipandu oleh bule hehe. Masih di bulan yang sama, salah satu sahabat SMAku, Rezky, menikah dengan laki-laki yang sudah menjadi pacarnya beberapa tahun terakhir.

-   Juni

Mengawali bulan Juni dengan jalan-jalan ke Pulau Lanjukang bersama dengan Nanda, akhirnya terwujud juga perjalanan ke Lanjukang, sebenarnya keinginan untuk jalan-jalan ke Pulau Lanjukang sudah ada sejak lama tapi baru ketemu kesempatannya. Perjalanan yang seru bisa menikmati keindahan alam Lanjukang dan bertemu dengan beberapa teman baru. Bersyukur tinggal di Makassar yang memiliki banyak pulau-pulau yang indah yang bisa dikunjungi dengan sehari perjalanan atau bisa dimanfaatkan untuk short vacation.

Berselang beberapa hari, saya bersama dengan orang tua melakukan kunjungan ke rumah kakak yang ada di Kalimantan Selatan, kami sekaligus merayakan idul adha bersama. Sudah lama sejak sekali kami tidak merayakan hari raya bersama-sama, dan tahun ini pun perayaan hari rayanya tidak lengkap karena adik sedang berada di papua. Kami menghabiskan 2 minggu di Kalimantan, melakukan berbagai rutinitas sebagai sebuah keluarga. Kebersamaan bersama dengan keluarga di usia segini menjadi hal yang sangat mahal, semua sudah dengan kesibukan dan tanggung jawabnya masing-masing di daerah yang berbeda-beda, jadi butuh waktu dan dana untuk bisa berkumpul bersama.

Akhir bulan Juni kami meninggalkan Kalimantan menggunakan kapal ferry menuju ke Surabaya, sebenarnya tujuan kami selanjutnya adalah Jogja, tapi kami lewat Surabaya agar lebih hemat. Naik kapal dari Kalimantan menuju Surabaya, lalu melanjutkan perjalanan dari Surabaya menuju ke Jogja. Untungnya saya sudah booking penginapan dan mobil beberapa hari sebelum kami tiba di Jogja karena ternyata akhir bulan Juni itu merupakan high season, sehingga banyak sekali orang yang liburan di Jogja yang mengakibatkan penginapan hampir semuanya penuh dan kendaraan rental sangat susah ditemukan, bahkan beberapa tempat wisata yang kami kunjungi hampir semuanya ramai. Kami menghabiskan beberapa hari di Jogja, alhamdulillah bahagia bisa jalan-jalan bersama orang tua di Jogja, kota yang memiliki tempat yang spesial di hati. Mama sebenarnya sudah pernah beberapa kali ke Jogja, khususnya pada saat saya kuliah di Jogja, tapi etta baru pertama kali ke Jogja dan kesempatan ini menjadi kesempatan yang berharga dan membahagiakan bisa menunjukkan beberapa tempat favoritku dulu pada saat kuliah, dan juga bisa mengenal beberapa teman-teman dekatku pada saat kuliah dulu. Semoga kami senantiasa diberikan kelapangan rezeki dan umur yang Panjang agar bisa melakukan banyak perjalanan-perjalanan lainnya. Akhir Juli mama dan etta kembali ke Makassar karena sudah ada kesibukan yang menanti, sedangkan saya masih tinggal beberapa hari. Jogja selalu punya daya magnet untuk dikunjungi dan sangat sayang jika hanya menghabiskan beberapa hari saja. Masih ada beberapa teman-teman yang juga mau ditemui.

-   Juli

Sepulangnya etta dan mama ke Makassar, di awal Juli Kak Galuh, salah satu volunteer yang kukenal pada saat di Wakatobi ternyata sedan gada conference di Jogja, jadilah kami menghabiskan dua hari untuk menjelajah Jogja. Setelah Kak Galuh balik, beberapa hari kemudian di akhir pekan saya bersama dengan Ani, Ana, dan Hanan berangkat ke Salatiga bertemu dengan Kak Kasih. Di akhir tahun 2023 sebenarnya ada rencana untuk datang ke Salatiga menemani Kak Kasih merayakan natal, tapi karena ada rencana ke Wakatobi di bulan Januari akhirnya rencana itu dibatalkan dan diubah jadwalnya ke bulan Juli.

Untuk pertama kalinya berkunjung ke Salatiga dan langsung jatuh cinta dengan kota ini. Kalau bisa berkhayal, rasanya mau ada kesempatan untuk bisa tinggal di Salatiga, kotanya tidak terlalu besar, sejuk, dan tenang, ditambah lagi rumah Kak Kasih diatur hingga menjadi rumah yang sangat homey. Beberapa kali Kak Kasih mengajak untuk keluar, tapi hanya satu kali kami memutuskan untuk nongkrong di luar, karena di rumah saja rasanya sudah terlalu nyaman. Kafe yang kami kunjungi pada saat keluar tempatnya sangat bagus dengan harga yang masih sangat masuk akal. Argh, semoga punya kesempatan untuk jalan-jalan ke Salatiga lagi. Kami menghabiskan waktu di Salatiga selama 3 hari, lalu kembali ke Jogja untuk persiapan nonton Tulus di Prambanan Jazz.  

Kak Kasih ikut menonton Tulus, meskipun dia bule ternyata dia juga mengenal Tulus dan tau beberapa lagunya. Momen menonton konser kali ini tidak akan pernah terlupakan, waktu itu ada beberapa band terkenal yang tampil, seperti Dewa 19, Gigi, dan Kahitna. Berkesannya bukan karena siapa yang tampil di konser itu, tapi karena kami terpencar. Ini momen paling menyebalkan pada saat itu, tapi sekarang malah ditertawakan karena momen itu sangat konyol haha. Jadi singkat cerita, kami datang ke Prambanan Jazz sore dan otomatis terpotong magrib. Kami bertiga (Saya, Ani, dan Ana) menuju mushola yang disiapkan panitia. Karena mau pipis, jadinya saya ke toilet sedangkan Ana dan Ani ke musholla, dan pintarnya saya semua barang-barang kutitipkan di mereka dan kami menyepakati satu tempat untuk bertemu. Waktu berjalan, mereka sholat, saya pun kemudian sholat dan ke titik yang kami sepakati untuk kumpul. Mereka tak ada di sana sampai beberapa menit kucari. Hari sudah mulai gelap, saya pun memutuskan untuk kembali ke depan panggung, tempat kami berempat nongkrong sebelumnya. Ternyata pada saat kembali, suasananya sudah berubah karena sudah mulai ramai dan sudah gelap. Saya tidak bisa menghubungi Ana dan Ani karena saya tidak tau nomor mereka, saya telefon hp saya yang dibawa oleh mereka tapi tidak ada respon dan masih panjang cerita ketololan lainnya hahaha. Pada akhirnya kami terpisah menonton, mereka menikmati karena berpikir toh saya berdua dengan Kak Kasih, tapi saya tidak menikmati karena fokus mencari mereka di tengah lautan manusia, jaringan yang hilang, dan hp yang lowbat. Sungguh nonton konser yang sangat berkesan.

Beberapa hari setelah nonton konser, kami (saya, Ana, dan Ani) berangkat ke Karimun Jawa, destinasi wisata yang sudah kami impi-impikan sejak 5-7 tahun lalu waktu kami masih kuliah, akhirnya kesampaian juga bisa ke sini dalam kondisi yang jauh lebih baik. Mungkin kalau berangkatnya dulu pas masih mahasiswa kami akan backpackeran, tapi sekarang karena mau yang lebih nyaman dan kami juga sudah punya uang jadi kami mengambil paket trip yang sekali bayar untuk semua hal mulai dari berangkat di Jepara sampai kembali ke Jepara. Pantai-pantai di Karimun Jawa sangat indah, meskipun alam bawah lautnya tidak begitu bagus, apalagi beberapa bulan sebelumnya saya sempat snorkeling di Wakatobi jadi ada perbandingan, tapi pantai dan panorama lautnya sangat indah. Kalau ada kesempatan, mau berkunjung lagi ke Karimun Jawa.

Minggu ketiga Juli, perjalanan yang cukup panjang sudah selesai dan waktunya kembali ke rutinitas dengan energi yang sudah 100% charged. Selain mengajar, sekembalinya dari Jogja saya langsung bergabung dengan teman-teman mempersiapkan terjun ke sekolah di akhir Juli. Jadi kegiatan Arungi ada dua waktu, akhir Juli dan pertengahan Agustus. Akhir Juli ini yang terjun ke sekolah adalah para fasilitator untuk mengambil data secara real tentang rencana adik-adik SMA, kemudian data tersebut kami olah untuk jadi referensi yang kami bagikan ke volunteer agar mereka mempersiapkan materi yang cocok dengan kebutuhan adik-adik di sana.

Bulan Juli ternyata cukup panjang. Setelah liburan, berkegiatan, tibalah di satu momen yang tak kalah berkesannya. Waktu ketika transfer uang kontrakan ke bapak kontrakan dan tiba-tiba ditelefon oleh bapak kontrakan yang menjelaskan banyak hal yang intinya “saya harus mengosongkan rumah yang sudah saya tempati 5 tahun itu dalam waktu dua minggu”. Belum juga hilang bayangan liburan, belum juga hilang capek berkegiatan, tiba-tiba ada hal baru yang cukup mengagetkan. Alurnya pun seperti drama di sinetron. Hahaha. What a life.

Malam ketika mendapat telefon itu masih ketawa-ketawa dan mencoba tenang memproses segala informasi yang datang begitu cepat dan seolah-seolah tidak memberikan waktu untuk berfikir. Keesokan harinya setelah tidur dengan tenang saya diskusi dengan orang tua, menghubungi teman yang sudah membeli rumah terlebih dahulu, dan merencanakan survey rumah yang rencana akan saya tempati sembari mempersiapkan berkas-berkas yang kemungkinan akan dibutuhkan.

Di bulan yang sama harus berbesar hati melepas kepergian salah satu teman terbaik, Aryana, untuk melanjutkan hidup dengan profesi yang berbeda di tanah yang nan jauh di sana, ada rasa sesak ketika sudah berada di fase nyaman dengan seseorang tapi harus berjarak, tapi setidaknya ada satu hal pasti yang kutau bahwa kita hanya berjarak, tidak berpisah.

-   Agustus

Hidup menjadi lebih berwarna dengan banyak drama kehidupan. Di waktu yang sangat terbatas alhamdulillah dimudahkan untuk mencari rumah, memantapkan hati memilih rumah, dan mengurus berkas-berkas KPR. Alhamdulillah Allah mudahkan segala prosesnya, bahkan ada momen ketika merasa pesimis pengajuan KPRnya akan approved karena status pekerjaan yang bukan pegawai tetap, tapi alhamdulillah Allah mengirimkan orang-orang baik yang membantu segala prosesnya dan semuanya menjadi mudah, bahkan di ACC oleh bank hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu, dan akad kredit KPR kurang dari 1 bulan. Sempat menangis haru saat menjalani prosesnya, setiap kali ada keraguan selalu saja Allah mengirimkan bukti nyata yang mematahkan keraguan tersebut, lalu apalagi yang bisa kita andalkan sebagai manusia yang lemah ini selain berserah kepada Allah dan berusaha.

Selain kemudahan, alhamdulillah ada banyak hal kebetulan yang terjadi, kebetulan dapat rumah yang sudah hampir rampung, rumah yang sudah dibooking oleh orang lain tapi tiba-tiba batal diambil oleh pemilik sebelumnya karena satu dua alasan, dan rumahnya kebetulan pas tetanggaan dengan Kak Udpa, sesuatu yang kelihatan semua serba kebetulan tapi nyatanya sudah diatur sedemikian apik oleh sang maha pengatur, terima kasih ya Allah, maafkan hambamu ini yang seringkali khawatir dan ragu tentang banyak hal.

Akan ada momen-momen dipaksa oleh keadaan untuk berproses, belajar, dan bertumbuh. Rasa-rasanya hal-hal tersebut penuh dengan ketidaknyamanan. Salah satunya ya proses memiliki rumah ini, sudah sejak lama disuruh untuk membeli rumah, tapi tak pernah ada niat serius untuk mencari karena terlalu nyaman hidup di kontrakan, bahkan saya sudah menghitung simulasi kalau harus ngontrak 10 tahun berapa anggaran yang harus saya siapkan. Tapi namanya manusia ya, kita hanya bisa berencana, Allah sebaik-baik pengatur yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Dalam keadaan terdesak dan tidak ada pilihan barulah pada akhirnya mau tidak mau membeli rumah, alhamdulillahnya dapat rumah di lokasi yang strategis dengan proses yang alhamdulillah mudah. Satu hikmah yang kupetik, andaikan memutuskan membeli rumah sejak beberapa tahun yang lalu, mungkin pilihannya akan jatuh ke rumah subsidi yang jaraknya cukup jauh dari kota, untunglah dengan segala skenario terbaik Allah bisa menempati rumah yang semoga bisa memberikan kenyamanan dan kebaikan.

Di bulan yang sama program lanjutan Arungi Cita dilaksanakan dengan menghadirkan volunteer dari berbagai profesi untuk hadir membagikan pengalaman dan gambaran pekerjaan mereka, alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai dengan rencana.

Akhir Agustus pulang ke kampung karena ada sepupu yang melangsungkan acara pernikahan. Untung saja kegiatan Arungi tidak bersamaan dengan nikahan sepupu, jadi tidak harus terpaksa memilih dua hal yang sama-sama penting.

-   September

My day. Accidentally, meskipun tidak ada sesuatu yang benar-benar kebetulan. Saat tiduran sambil main hp, tiba-tiba masuk chat dari Winda, sahabat SMAku, yang mengajak untuk staycation. Dia sudah memesan kamar hotel dengan dua orang temannya dan kebetulan dua-duanya berhalangan datang karena ada urusan yang lain, sedangkan kamar yang sudah dipesan tidak bisa cancel dan reschedule. Ajakan tersebut tepat sehari sebelum ulang tahunku. Sebenarnya Winda tidak ada niatan untuk ngasih surprise karena dia lupa kalau besoknya itu ulang tahunku, tapi kebetulan saja dia mengirim foto kami staycation di grup, dan salah satu sahabatku yang lain chat ke Winda menanyakan apakah kebersamaan kami disengaja atau tidak. Keesokan harinya setelah sarapan tiba-tiba saja Winda datang dengan kuetartnya yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di mall bersama teman-teman. Saya mendapat hadiah dari setiap teman. Senang banget rasanya dengan hubungan kami yang longlast sejak SMA dan selalu meluangkan waktu untuk merayakan momen-momen istimewa kami. Selain perayaan kecil bersama dengan teman-teman, saya juga merayakan diri sendiri dengan mentraktir diri sendiri dengan kuetart sehat. Alhamdulillah bulan penuh berkah.

Bulan September menjadi awal kesibukan di Alekawa dan Panrita secara ugal-ugalan, alhamdulillah jadwal selalu padat hampir setiap hari, bahkan beberapa kali sampai menolak kelas karena menyadari alarm tubuh yang sudah tidak sanggup untuk terus diporsir. Pada waktu itu akhirnya menyadari limit tubuh dan membuat batasan yang mana bisa kuterima, yang mana harus kutolak demi Kesehatan fisik dan mental.

-   Oktober

Kesibukan September belum berakhir dan masih berlanjut di bulan Oktober. Selain mengajar dengan jadwal yang cukup padat yang menguras energi dan fikiran, perpisahan dengan keluarga Parker yang kembali ke Amerika menambah satu hal yang terkuras, mentally. Saya cukup dekat dengan Laura, kami sering menghabiskan waktu nongkrong dan berdiskusi hal-hal yang ringan hingga berat yang membuat kami memiliki hubungan emosional yang cukup dekat, jadi saat mereka harus kembali ke Amerika, saat itu juga sangat terasa sedihnya karena membayangkan akan menjalani hari-hari dengan rutinitas yang berbeda yang tidak ada Laura di dalamnya selama beberapa bulan. Tapi, hidup harus tetap berlanjut ada atau tidaknya orang-orang yang cukup dekat dengan kita. Jadi beberapa hari setelahnya sudah bisa berdamai dengan perpisahan dan kembali ke rutinitas semula.

Overwhelmed yang dirasakan sejak awal Oktober karena rutinitas dan perpisahan, ternyata tidak berakhir sampai di situ, ada satu hal lain yang menambah beban pikiran dan menguras energi, tidak lain dan tidak bukan adalah urusan dengan polisi. Surprisingly, semuanya serba tiba-tiba, tiba-tiba berurusan dengan polisi yang tiba-tiba mempermasalahkan hal yang selama 7 tahun terakhir baik-baik saja. Tapi, hahaha dari beberapa paragraf sebelumnya selalu saja ada kata tapinya. Tapii, everything happens for a reason. Karena kejadian ini, ada beberapa hal yang sebelumnya dianggap biasa-biasa saja akhirnya kami pedulikan bahwa hal tersebut sangatlah penting. Utamanya pencatatan keuangan, laporan pajak, dan serba serbi administrasi. Untungnya berkas-berkas kami semuanya lengkap dan tidak bermasalah, sehingga tidak ada celah untuk diproses lebih lanjut, meskipun kata pak polisinya kasusnya belum ditutup, setidaknya sudah tidak harus bolak balik lagi ke kantor polisi dalam waktu dekat dan semoga tidak akan pernah lagi ke sana karena sebuah masalah. Ada satu hal yang juga menjadi perhatian kami akibat kejadian ini, yakni belajar strategi komunikasi yang baik dan seluk beluk perizinan untuk menyelenggarakan kegiatan. Karena kejadian ini, jadinya kenalan kami bertambah hahaha, jadi kenal dan saling simpan nomor dengan penyidiknya, bisa saling lihat status juga dan bisa tau informasi terkini terkait sesuatu yang terjadi di sekitar karena pak polisinya rajin banget update status hahaha.

Di pertengahan Oktober, setelah melewati banyak hal yang menguras energi dan pikiran, kami memutuskan menepi sejenak ke Malino, melepas segala penat. Rencana sudah sangat matang meski pada hari keberangkatan Kak Udpa tidak jadi berangkat karena salah satu anaknya sakit. Akhirnya kami hanya menghabiskan waktu di villa, pindah dapur dan tempat tidur, momen yang cukup menyenangkan untuk rehat. Oh iya, ada satu hal lain yang terjadi di minggu itu. Saya yang daftar CPNS karena disuruh oleh Kak Udpa ternyata hari tesnya bersamaan dengan jadwal berangkat ke Malino. Saya merasa hal ini menjadi jawaban atas keraguan saya apakah akan melanjutkan proses pendaftaran CPNS atau tidak, jadi saya memilih tetap berangkat liburan dan tidak ikut seleksi. Ketika ikut seleksi dan saya lolos SKD bisa dipastikan saya akan lolos menjadi CPNS karena kebutuhan formasinya dua dan saya satu-satunya pendaftar di formasi tersebut. Saya merasa ini menjadi keputusan yang bijak karena ketika saya ikut seleksi lalu lolos SKD dan saya tidak melanjutkan ke SKB, saya mungkin akan ada penyesalan di kemudian hari, tapi karena ini tidak dicoba dari awal jadi tidak akan ada penyesalan kemudian, insyaallah semoga hahaha.

Akhir Oktober, liburan masih berlanjut, saya menemani Kak Udpa dan keluarganya untuk jalan-jalan ke Bantimurung sebagai pengobat hati karena tidak bisa ikut ke Malino. Jalan-jalan ke Bantimurung menjadi self-healing karena bisa bermain air di mata air murni dan pada saat itu pengunjung tidak terlalu ramai jadi bisa menikmati.

Selain agenda jalan-jalan, Oktober ditutup dengan kegiatan dewasa yakni mengemasi mengemasi barang-barang untuk pindahan.

-   November

Awal November sudah mulai pindah ke rumah yang baru meskipun belum selesai 100%. Alhamdulillah proses memiliki rumah sangat dimudahkan oleh Allah, tapi ternyata tantangannya adalah ketika telah memiliki rumah hahaha. Harus pindah “terpaksa” di saat rumahnya belum 100% selesai karena batas tinggal di kontrakan sudah habis, harus menempati rumah yang belum ada pintu dan jendela, ditambah lagi hari-hari awal di rumah baru saat itu sudah memasuki musim hujan, jadi bisa kebayang rempongnya tinggal di rumah yang hanya ditutupi dengan kardus dan musim hujan, ditambah lagi ada beberapa tukang yang ikut tinggal di rumah, barang banyak berserakan di mana-mana, rumah mulai kelihatan ada yang bocor, sungguh hari-hari yang menguras energi dan kesabaran.

Selama sebulanan di November berurusan dengan rumah serta tetek bengek dan segala dramanya sukses membuat stress hahaha. Ditambah lagi siswa di Alekawa berkurang secara drastis, kelas di Panrita sudah selesai, jadi tetap tinggal di rumah dengan segala keruwetannya, karena terkadang malas juga keluar rumah kalau tidak ada urusan, jadi ya sudah terima nasib tinggal di rumah dengan hati yang campur aduk.

Alhamdulillah semuanya terlewati meskipun tertatih. Di pertengahan November sempat mengadakan acara syukuran dan alhamdulillah banyak teman-teman yang datang, dapat banyak kado juga yang mengurangi list belanjaan yang harus dibeli jadinya stresnya berkurang hahaha. Ada satu hal lain yang menjadi sumber stress, baru memasuki fase dewasa yang ternyata cukup berat apalagi saat berurusan dengan finansial. Baru terjun langsung mengurus bahan-bahan renovasi, mengisi perabot rumah yang ternyata budgetnya cukup besar ahahaha.

Alhamdulillah alhamdulillah November berakhir juga dan bisa lulus dengan waras hahaha

-   Desember

Memasuki bulan Desember, artinya sebulan sudah berlalu di rumah yang baru, meskipun rumah belum 100% rampung, bocor masih terlihat di beberapa titik, muncul beberapa masalah yang lain, tapi sudah jauh lebih berdamai dengan keadaan. Melihat segala ketidaksempurnaan itu sudah tidak lagi stress, yang ada malah ketawa-ketawa saat harus menghadapi masalah-masalah berbeda dengan bulan sebelumnya saat melihat ada bocor dan masalah yang lain bawaannya stress dan bad mood ke semua orang. Desember urusan rumah sudah jauh lebih baik, perasaan juga sudah mulai berdamai dengan banyaknya kekurangan, hidup pun menjadi jauh lebih baik.

Setelah melewati fase stress urusan rumah, “masalah” yang lain kemudian muncul. Sempat berada di situasi “krisis”, mempertanyakan dan mengkhawatirkan banyak hal, tapi hanya selang sehari tiba-tiba Allah menjawab segala keraguan tersebut. Untungnya masalahnya ada dalam diri sendiri yang masih masuk dalam lingkaran “control”, jadi bisa dengan cukup mudah diatasi meskipun tetap tertatih. Alhamdulillah Allah selalu membersamai dan tidak pernah meninggalkan meskipun kadang hambanya ini kadang meragukan, hikz. Makasih banyak Allah.

Di bulan ini ada perpisahan juga dengan keluarga Wiseman yang kembali ke Amerika, jadi fiks di Alekawa hanya ada beberapa kelas karena hampir semua siswa sedang berada di luar kota dan luar negeri. Berita baiknya bulan ini sempat mencoba pengalaman baru naik kereta di Sulawesi untuk pertama kalinya, makan kerang di Barru juga untuk pertama kalinya, dan menikmati pemandangan dari dalam kereta dalam perjalanan pulang. Bagaikan pengobat hati terhadap hati yang gusar beberapa minggu sebelumnya.

Awal tanggal 20-an ada rapat Panrita dan kemudian lanjut rapat tahunan Alekawa juga untuk rencana tahun 2025, setidaknya ada semangat baru untuk menghadapi tahun 2025 dengan jauh lebih baik. Ada perjalanan dadakan juga ke Bantaeng untuk bertemu bupati Bantaeng terpilih untuk membahas potensi kerjasama dengan LPDP. Dan terakhir hari ini, tanggal 31 Desember, saat tulisan ini mulai dirampungkan, tadi sore kami (Saya, Kak Udpa, Kak Nunu, dan Kak Yayat) nongkrong di Excelso untuk membahas satu program yang akan kami kerjakan bersama di tahun depan. Malamnya, berkumpul bersama dengan keluarga untuk menantikan pergantian tahun.

Alhamdulillah menutup tahun dengan melewatinya bersama-sama orang-orang terkasih, orang-orang yang menyaksikan dan membersamai perjalanan 2024 dengan segala dramanya.

 

Tahun ini belajar lebih banyak tentang hal spiritual, energi, trauma dan pola hidup sehat. Dalam proses belajar ini pula cukup terasa ujian demi ujian untuk menguji apakah sanggup untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari atau tidak, tanggung jawab belajar tidak hanya berakhir sekadar tau, tapi apakah ilmu yang dipelajari bermanfaat atau tidak, bisa dipraktekkan atau tidak.

Ada banyak perasaan tidak nyaman yang muncul karena harus mengulik sesuatu yang mungkin sengaja atau tidak, sudah dikubur dalam-dalam dan harus dibawa ke permukaan. Alhamdulillah semuanya terlewati meskipun tertatih.

Terima kasih tahun 2024 dengan berbagai ceritanya. Dengan segala macam emosi. Dengan segala macam pelajaran. Dengan banyaknya pertemuan dan perpisahan. Semoga saya bisa bertumbuh menjadi sosok yang jauh lebih dewasa dan lebih bijak dalam menjalani kehidupan ke depannya.

Semoga tahun 2025 jauh lebih berwarna dengan cerita yang lebih baik. Bisa bertemu dengan jodoh dan menikah di tahun 2025. Aamiin


Baiti Jannati - 31 Desember 2024

22:24

 

 

 


Senin, 15 Juli 2024

Menikmati Kebahagiaan di Karimun Jawa


Perjalanan dimulai dari Jogja menggunakan daytrans yang sudah kami booking beberapa hari sebelumnya, pemesanan tiket bisa langsung ke kantornya atau bisa melalui aplikasi Tiket.com atau Traveloka. Daytrans tujuan Jogja langsung ke Pelabuhan Jepara dengan waktu keberangkatan dari kantor Gading pukul 23.00 dan tiba di Pelabuhan Jepara pukul 05.00. Turunnya pas di depan gerbang pelabuhan, jalan kaki dikit sudah masuk ke area pelabuhan. Kalau ke Karimun pakai open trip nanti bisa langsung ketemu sama tim penjemputan di sekitar area pelabuhan, tapi kalau mandiri atau backpackeran bisa langsung ke loket tiket yang ada di pelabuhan untuk membeli tiket khusus kapal Siginjai dan jika ingin menggunakan kapal cepat bisa booking di aplikasi Express Bahari Mobile jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Adapun untuk waktu keberangkatan kapal Siginjai yakni pukul 07.00 dengan estimasi waktu tempuh kurang lebih 4 jam sedangkan untuk kapal express berangkatnya pukul 09.00 dengan estimasi waktu tempuh kurang lebih 2 jam, tiba di Pelabuhan Karimun Jawa sekitar pukul 11.00-12.00.


Karena kami pakai open trip jadi yang akan kuceritakan adalah point of view dari sisi pengguna open trip. Kami menggunakan open trip 3 hari 2 malam dengan menggunakan kapal cepat dan sudah all in mulai dari awal penjemputan di pelabuhan, penginapan, makan, tour darat dan laut, transportasi dan juga dokumentasi biasa maupun drone.


Pada saat turun dari kapal, di pelabuhan ada baaanyak sekali orang yang menawarkan jasa jemput, jasa rental motor/mobil, dan penginapan. Jadi kalau backpackeran pun tidak perlu khawatir atau kebingungan mencari tempat maupun transportasi.


Sama seperti di Pelabuhan Jepara, saat tiba di Pelabuhan Karimun Jawa salah satu crew dari open trip yang kami gunakan sudah menunggu kami di Pelabuhan. Kami dijemput dan diantar langsung ke penginapan. Kami tiba di penginapan sekitar pukul 12.00 dan sudah disambut oleh makanan dan minuman segar yang sudah tersedia di atas meja dan juga sambutan dari kamar yang bersih dan wangi. Karena kelaparan setelah diayun ombak laut Karimun kami langsung makan dan beres-beres, agenda selanjutnya hari itu yakni jalan-jalan ke Pantai Bobby. Crew yang mengantar kami ke penginapan menginformasikan bahwa kami akan dijemput lagi pukul 13.45. Awalnya berfikir bahwa bisalah leha-leha dan mager-mageran dulu paling juga nanti molor dijemputnya, tapi ternyata pas 13.45 pintu kamar sudah diketok oleh crew lain yang akan menemani kami di Pantai Bobby. Bintang 5 untuk ketepatan waktunya. 


Oh iya, di itinerary trip yang kami gunakan hanya menyebutkan tempat-tempat yang akan dikunjungi, tapi tidak ada jam khusus yang dicantumkan, dalam artian waktunya cukup fleksibel jadi lebih nyaman juga karena tidak harus terburu-buru sat set ke sana ke mari, dan tentunya semua list tempat yang dituliskan di itinerary bisa dikunjungi. Waktu kunjungan ke tempat selanjutnya selalu diinfokan oleh crew setelah satu tempat selesai dikunjungi.


Selain apresiasi ketepatan waktu dari pihak open tripnya, saya juga sangat mengapresiasi pemilihan tempat dan waktu yang tepat untuk kami berkunjung. Seperti di Pantai Bobby, kami tiba di sana sekitar pukul 14.00 dan saat itu tidak terlalu ramai, entah orang ramai sebelum kami datang atau gimana tapi yang jelas saat kami tiba di sana suasanya cukup sepi, jadi kami mengambil foto di berbagai spot lebih enak tidak harus antri lama dan tidak harus bocor sana sini. Puas menikmati dan mengambil dokumentasi di Pantai Bobby selanjutnya kami ke Pantai Sunset.  Penamaan pantai Sunset kayaknya karena di pantai ini kita bisa menikmati sunset dan senja yang saaaangat indah. Di sini kami foto-foto, minum degan, makan gorengan sembari menunggu sunset. Di sini juga tersedia beberapa toilet dan juga ada musholla. Di samping pantai sunset terdapat tempat yang juga terkenal yakni Pantai Tanjung Gelam, tapiii di sini saaangat ramai, jadi kami ke sini hanya melihat-lihat suasana pantai TG dan kembali ke pantai sunset untuk menunggu sunset.


Di Pantai Sunset sekitar pukul 17.00 orang-orang sudah ramai berdatangan dan tepat saat matahari mulai tenggelam hampir di setiap titik diisi orang-orang yang ingin mengabadikan matahari tenggelam. Di momen ini sempat terheran-heran juga dengan fotografer yang juga sekaligus guide kami yang malah tidur hahaha, kocak dan ngeselin gak sih hahaha. Saat matahari sudah tenggelam sepenuhnya kami sudah bersiap-siap pulang, tapi sang fotografer malah baru mengambil peralatannya, tetap dengan mode komunikasinya yang cukup unik. Kami menunggu sejenak sampai langit berubah menjadi senja yang sangat cantik dan orang-orang sudah sepi, dan ternyataa waktu itu adalah momen yang sangat tepat untuk mengambil gambar dan video, waktu di saat semburat senja dan gradasi warna langit yang sangat indah terpancar. Bintang 5 untuk fotografer yang irit ngomong, memiliki cara komunikasi yang unik, tapi mampu menghasilkan hasil dokumentasi yang sangat bagus. Setelah puas foto kami kembali ke penginapan dan hari pertama pun berakhir dengan kondisi tubuh yang kelelahan tapi hati yang senang dan Bahagia.


Day 2 diawali dengan sunrise di Pantai Bobby (again). Kami siap-siap pukul 05.00 sesuai instruksi, tapi ternyata dijemputnya hampir setengah 6 karena ternyata mataharinya juga baru terbit menjelang jam 6. Saat kami di sana suasananya tidak terlalu ramai (syukurlah), mungkin setiap penyelenggara trip punya destinasi yang berbeda di setiap waktu jadi tidak numpuk di satu tempat. Di sini kami bisa menikmati sunrise yang indah disertai suara desiran ombak yang membuat otak menjadi rileks, bisa grounding sekaligus sunbathing, momen yang sangat indah.


Selanjutnya kami kembali ke penginapan untuk sarapan dan siap-siap untuk tour laut. Kami dijemput pukul 08.30 untuk menuju ke deramaga, di dermaga kami bertemu baaanyak sekali orang. Nah di kapal kami juga sekapal dengan orang-orang yang random, sistem tour laut adalah sistem sharing jadi bisa aja dari berbagai trip digabung menjadi satu. Kapasitas kapal yang kami gunakan sekitar kurang lebih 20 orang dengan 3 orang guide yang juga merangkap sebagai dokumentator + 1 kapten kapal, mereka semua sangat baik dan ramah, peralatan yang dipinjamkan juga kualitasnya bagus.


Tujuan pertama yakni snorkeling dengan ikan ikan hias dan foto-foto bawah laut, lalu lanjut makan siang di Cemara Besar, di Pulau Cemara Besar tempat persinggahan hampir semua orang untuk makan siang sepertinya karena raamai sekali. Di sini juga tersedia beberapa penjual minuman dingin, degan, gorengan dan juga fasilitas toilet dan musholla. Di Pulau Cemara Besar ini juga kita bisa lanjut bermain air karena meskipun mataharinya terik suasananya tetap dingin karena banyak pohon. Pantai Cemara Besar ini dikelilingi pasir putih yang luas dan sangat indah, jadi bisa foto-foto di berbagai sisi dan hasilnya akan tetap bagus karena alamnya sudah sangat indah.


Setelah makan siang kami lanjut perjalanan lagi menuju spot snokeling untuk foto dengan nemo, di sini hanya sebentar karena spot nemonya juga terbatas dan alam bawah lautnya tidak terlalu variatif dan airnya tampak sedikit keruh. Dan spot kunjungan terakhir yakni penangkaran Hiu. Kita bisa bergantian berfoto dengan baby hiu. Untungnya kami tiba di sini di saat suasananya masih agak sepi jadi tidak harus antri lama untuk foto dengan HIU. Tapi PR banget juga sih foto dengan hiu, so scary hahaha, apalagi selalu diinstruksikan untuk tidak banyak gerak dan jangan menurunkan tangan karena itu bisa dianggap umpan oleh hiu, jadi foto sok sok asyik tapi aslinya takuut haha. Di penangkaran hiu ini juga bisa liat bintang laut, ikan buntal, dan beberapa tempat yang dijadikan kramba untuk menyimpan ikan dan seafood lainnya. Perjalanan day dua berakhir saat kami berlabuh di dermaga. Bintang 5 untuk para guide yang ramah, baik, dan sangat totalitas.


Hari ketiga sekaligus hari terakhir. Kami packing pagi-pagi sekali untuk selanjutnya siap-siap ke Bukit Love sebagai destinasi terakhir. Lokasi Bukit Love tidak terlalu jauh dari dermaga. Di sini kita bisa menikmati hamparan laut yang saaangat indah dan hamparan pepohonan yang masih terjaga kelestariannya, cuaca di sini juga adem jadi sangat pas untuk bersantai dan relaksasi. Berjam-jam di sini pun rasanya akan betah. Ada beberapa spot untuk foto, salah satunya dengan ikon Karimun Jawa. Di sekitar tempat parkir banyak dijual souvenir yang harganya masih sangat terjangkau. Lalu setelah puas berfoto kami kembali ke penginapan untuk mengambil barang-barang dan kemudian kami diantar ke pelabuhan untuk kembali ke Jepara menggunakan kapal cepat di pukul 11.00 pagi.


Terima kasih untuk semua yang sudah membersamai perjalanan 3 hari 2 malam yang sangat berkesan dan menyenangkan ini. 

 

Awalnya sebelum berangkat ke sini tak pernah punya ekspektasi apa-apa, mikirnya ya namanya laut dan pulau pulau pasti akan gitu gitu aja, apalagi sebelumnya sudah pernah ke Gili Trawangan dan juga Labuan Bajo, beberapa bulan lalu baru balik dari Wakatobi, dan pernah ke banyak pantai dan pulau yang lain sehingga banyaak sekali perbandingan. Jadi datang ke Karimun benar-benar me-nol-kan ekspektasi biar gak kecewa, bahkan yang sebelum-sebelumnya selalu backpackeran kemana-mana, kali ini mencoba menggunakan open trip full dari awal hingga akhir yang itu pun juga minta tolong temen yang handle jadi tinggal bayar. Gak pernah sama sekali nyari foto-foto dan informasi tentang Karimun Jawa dengan kepasrahan apa pun yang terjadi ya udah dinikmati aja, bahkan sempat heran kok bisa seramai ini. Tapi semakin menyelami setiap sudutnya, menikmati setiap keindahannya, dimanjakan oleh hawa dingin pulau yang sangat langka (hampir semua pulau yang pernah kukunjungi itu selalu panas, baru di Karimun Jawa ngerasain pulau tapi sejuk), dilayani dengan sangat baik oleh orang-orang yang membantu perjalanan kami, dan menyaksikan banyak sekalii tawa kebahagiaan yang ditunjukkan oleh keluarga, sahabat, dan teman-teman yang sedang berlibur bersama di situ saya merasakan bahwa Karimun Jawa memiliki hal yang sangat istimewa. Dan yang paling berkesan adalah ombak Karimun Jawa yang tak terlupakan, baru kali ini merasakan hantaman ombak yang begitu besar, jadi naik kapal berasa naik roller coaster. hahhaha

 

Adapun biaya yang kami keluarkan:

  • Travel Jogja – Jepara = 140.000 (Daytrans – Bus) 
  • Travel Jepara – Jogja = 151.00 (Daytrans – Shuttle)
  • Biaya open trip = 1.550.000 @The Nekad Karimun Jawa (udah include semuanya dari berangkat di Pelabuhan Jepara dan kembali lagi ke Pelabuhan Jepara). Harganya bisa berbeda tergantung waktunya berapa lama, pilihan kapalnya, dan pilihan penginapannya. Untuk lebih jelasnya hubungin kontak tripnya aja biar lebih jelas.
  • Grab car dari Pelabuhan Jepara – Daytrans = 21.000

Total biaya perjalanan Jogja: 1.862.000




Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...