Senin, 01 November 2021

Achievement (?)

 Apa kau tahu persamaan antara orang yang tak memiliki uang dan orang yang memiliki terlalu banyak uang? Hidup sama-sama tak menyenangkan bagi mereka, “Oh Il Nam”.

Maslow’s theory

Quotes dari Oh Il Nam dalam serial Squid games  dan  Maslow’s Hierarchy of needs di atas membuat saya cukup tergelitik untuk menuliskan ini. Seringkali menjelang tidur dan saat terbangun di pagi hari saya merenung, memikirkan apa yang benar-benar saya inginkan, apa tujuan hidup saya, dan apa pencapaian yang ingin saya wujudkan. Semakin banyak tulisan yang saya baca, semakin banyak kisah yang saya dengar, semakin mendorong saya untuk menentukan batas kata “cukup”, semakin memaksa saya untuk belajar bersyukur atas semua hal yang saya miliki.

Menjadi kaya raya yang bergelimang harta ternyata tak selamanya membuat orang bahagia, pada akhirnya saat kita memiliki segalanya hidup akan terasa begitu datar, tak ada lagi hasrat yang besar untuk mengejar sesuatu. Tidur di hotel bintang lima, berlibur ke berbagai penjuru dunia, makan makanan terlezat dari chef terhebat sekali pun semuanya akan terasa biasa saja dan hambar. Sama halnya dengan orang yang berada di bawah garis kemiskinan, berjuang dari hari ke hari untuk sekadar memenuhi basic needs merupakan pil pahit yang harus ditelan setiap hari. Tapi tentu saja, meski keduanya sama-sama tidak menyenangkan jauh lebih tidak menyenangkan saat tidak memiliki apa-apa dibanding saat memiliki segalanya.

Berada dalam kondisi in between dengan segala drama dan pelik kehidupan menjadikan hidup lebih berwarna, selalu ada alasan untuk terbangun di pagi hari dan kembali memperjuangkan hidup. Hidup penuh lika liku, ups and down, dan mengharuskan kita tetap bekerja keras untuk sekadar memenuhi basic needs nyatanya jauh lebih menggairahkan.

Entah terlalu cepat bersyukur atau pembelaan dari rasa malas, rasa-rasanya makin ke sini makin chill dalam menjalani hidup, tidak terlalu ngoyo ingin ini dan itu. Merasa arti kata cukup, hati terasa begitu lapang, dan basic needs terpenuhi ternyata it’s more than enough. Rezeki itu hanya ada tiga, “apa yang kita makan, apa yang kita pakai, dan apa yang kita sedekahkan”, ketika ketiganya sudah terpenuhi rasa-rasanya hidup sudah terasa begitu berarti. Dan benar teori dari Maslow, ketika poin poin dari hirarki piramida tersebut sudah terpenuhi, puncak tertingginya ya self-actualization.

Tulisan ini mungkin tidak akan relate dengan beberapa orang yang memiliki trauma pernah diremehkan sehingga butuh untuk  terus bekerja bekerja dan bekerja untuk menutup mulut orang-orang yang pernah meremehkan. Pandangan kita akan satu hal sangat dipengaruhi dari preferensi kehidupan masa lalu yang pernah membuat kita diapresiasi  atau mungkin terluka, cara kita menjalani hidup saat ini sangat dipengaruhi ada tidaknya hal yang pernah membuat kita trauma sehingga butuh untuk “balas dendam”. Pada intinya kita struggling di panggung kita masing-masing.

Banyak hal yang ingin saya tuliskan tapi belum tersusun secara rapi di otak jadinya narasi tulisannya juga menjadi acakadut, mungkin suatu saat ini saya akan kembali membuka tulisan ini dan merangkai kata demi kata sehingga menjadi satu narasi yang bisa lebih mudah dicerna. :D

Makassar, 01 November 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...