Akhirnyaaaa, Pantai Wohkudu gak
berakhir wacana.
Dulu sudah merencanakan untuk
ngecamp di pantai Wohkudu sedari bulan Juli, tapi apa daya. Rencana berakhir
jadi wacana kala itu karena ombak yang begitu tinggi menghempaskan bibir
pantai. Jadi kami tidak mau mengambil resiko dengan mempersembahkan nyawa,
karena sudah tahu kondisinya berbahaya. Barulah di akhir Agustus setelah
ombaknya kembali jinak, rencana tersebut kembali mencuat, dan terealisasi di
tanggal 7 September.
7 September 2018. Hujan mengguyur
Jogja dengan begitu derasnya. 8 orang di grup “Ngecamp yuk” yang rencana akan
berangkat ke Wohkudu semuanya hening. Aku membatin, semua ragu untuk berangkat,
tapi semua gengsi untuk sekedar bertanya “jadi gak nih kita berangkat”,
semuanya diam, hening. Semua saling bertahan dengan gengsi masing-masing. Akhirnya
tim sewa alat, Tama dan Aad berangkat sewa alat, tim belanja saya dan Uga’ pun
beraksi.
Tak peduli hujan, tak peduli panas,
tak peduli gelap gulita kami tetap berangkat. Emang wong gendeng, sudah tau
hujan, udah sore masih aja nekat untuk berangkat. Love you full deh
teman-teman. Teman-teman yang nekat dan sedikit gila, bukankah memang seperti
itu untuk merealisasikan suatu hal? Butuh kenekatan dan sedikit kegilaan,
karena kalau ragu semuanya akan berantakan dan gagal.
Jadi fix kami berangkat
berdelapan dengan menggunakan 4 motor. Setengah 5 sore kami meninggalkan
kontrakan menuju Pantai Wohkudu dan sepakat lewat jalur Purwosari yang meskipun
berkelok tapi cepet dibanding lewat Wonosari yang jalannya lurus tapi lama. Baru
aja sampai di ringroad selatan, sunset sudah terlihat yang menyiratkan sore
akan segera berganti malam. Masih tanpa keraguan, kami membelah macetnya Jogja
di sore hari menuju tempat tujuan kami.
Seperti yang sudah diketahuai
sebelumnya, jalur Purwosari memang penuh tikungan tajam dan tanjakan serta
panjangnya lahan gersang yang tidak ada rumah satu pun. Sampai tiba waktu
maghrib, kami mencari masjid untuk menunaikan sholat maghrib dan sekalian
sholat Isya. Kami sudah melewati sekitar 2 jam perjalanan, dan menurut google
map yang menjadi satu-satunya petunjuk kami, lokasi pantainya sekitar 15 KM
lagi dengan perkiraan waktu tempuh 30 menit. Setelah sholat isya, kami
melanjutkan perjalanan. Tapi setelah melihat google map, semakin jauh kita
berjalan kok semakin bertambah juga jarak tempuhnya, daaaaan tepat kami nyasar.
Di tengah gelapnya malam dan gonggongan anjing, kami putar balik dan mencari
jalur yang benar. Sama seperti jalur sebelumnya, jalur masuk menuju pantai tak
kalah heningnya. Hanya ada pohon yang berada di kiri kanan jalan, dan cahaya
yang bersumber dari motor yang kami kendarai. Alhamdulillah meski seperti itu,
Allah masih melindungi perjalanan kami. Sampai di lokasi parkiran Wohkudu
perjalanan lancar jaya.
Kami tiba di parkiran motor
Wohkudu sekitar pukul 20.00 waktu setempat, kami menyiapkan barang-barang
bawaan lalu berjalan menuju bibir pantai. Waktu tempuh dari parkiran menuju
bibir pantai tempat kami ngecamp sekitar 15 menit jalan normal. Worth it banget memang Wohkudu sebagai
tempat menenangkan diri dari segala rutinitas yang memusingkan, tempatnya
damai, hening, tak ada jaringan, dan yang terdengar hanya desiran ombak. Saat kami
tiba di pinggir pantai, disitu sudah ada beberapa tenda yang berdiri lengkap dengan
api unggunya.
Jadi lokasi Wohkudu itu diapit
oleh dua tebing, yang mana dibibir pantainya ada hamparan pasir yang cukup luas
untuk lokasi ngecamp. Nah, di pinggir pantai juga terdapat satu warung yang
dikelola oleh orang lokal, makan dan minumnya lengkap. Jadi tak perlu khawatir
akan kelaparan. Ibu bapak pengelola pun menyediakan penyewaan tenda dengan harga
35.000 untuk isi 2 orang, serta ada bangunan Toilet dipinggi pantai sebagai
fasilitas umum yang disediakan untuk menampung segala hajat, tarifnya BAK
3.000, BAB 5.000, Mandi 5.000. Kalau teman-teman mau mandi, sekalian BAB,
sekalian BAK tarifnya hitung sendiri hahaha. Oh iya, kami dikenakan biaya
kebersihan seikhlasnya.
Lanjut cerita, karena kami
membawa makanan dan tenda sendiri. Jadi kami tak perlu beli maupun sewa, biaya
tambahan yang kami keluarkan hanya untuk ke toilet dan biaya kebersihan.
Sesampainya di lokasi ngecamp dengan insting manusia kelaparan dan butuh tempat
istirahat kami langsung guyub untuk membangun tenda, lalu kemudian memasak
untuk makan. Barulah setelah semuanya selesai kami duduk santai sambil
mengobrol (red: julid). Setelah capek julid kami bermain Uno lalu tidur.
Keesokan paginya, kami sholat
berjamaah dibawah tebing yang berbentuk goa, tentunya dengan air gratis dari
ibu bapaknya. Gratis hanya untuk wudhu, airnya berada di penampungan di dalam
kendi. Selesai sholat, kami kembali berjamaah masuk toilet untuk gosok gigi dan
cuci muka (Tini, Ani, Ana, Ana dan Niken). Berlima di dalam satu kamar mandi
yang sama, plus pipis sekalian hahaha. Saat mau bayar, bapaknya banting hargaaa
banget. Kami hanya dikenakan biaya 3 ribu pemirsa, 3 ribuuuu hahaha.
Alhamdulillah
Sekitar pukul 7-an setelah
sarapan, kami bermain air di pantai. Dan ternyata, ombaknya sekali dua kali
tidak nyantai. Ombaknya begitu tinggi, mengejar-ngejar kami yang sedang bermain
dibibirnya. Membasahi celana kami yang panjang. Kami senang, kami bahagia, kami
menikmati. Puas bermain air, kami duduk menjauhi jangkauan ombak. Satu dua
orang gantian bermain gitu, lainnya nyanyi, sebagiannya lagi jadi backsound.
Benar-benar hari yang indah, hari yang bermakna untuk melepas lelah dan me-recharge energy yang terkuras banyak
untuk menjalani rutinitas yang begitu padat. Wohkudu pantai yang indah dan
bersih, sekaligus yang recommended untuk
menikmati me time.
Sekitar pukul 08.00 kami packing
dan bersiap untuk pulang, tak lupa kami mengabadikan moment bahwa kami pernah
ada di sana. Hahaha
Perjalanan dari lokasi ngecamp ke
tempat parkir hanya butuh waktu 10 menit, itu sudah plus ngos-ngosan dan
keringat di-mana karena menanjak terus. Perjalanan lebih cepat karena full of light, berbeda ketika berjalan
turun jauh lebih lambat. Karena gelap dan kami pun memilih pijakan dengan
selektif, karena bebatuannya tajam dan kami takut salah memilih tempat pijakan
yang akhirnya akan membuat kami gulang guling gratis. Bayar parkirnya 7.000
untuk motor yang bermalam.
Pukul 09.05 kami meninggalkan
Pantai Wohkudu dan menyusuri jalan menuju Jogja, tak lupa kami mampir mengisi
perut yang sudah keroncongan di Kopi Panggang. Menunya variatif dan juga murah.
Cocok untuk kantong mahasiswa dan backpacker.
Setelah makan di Kopi Panggang kami melanjutkan perjalanan kembali ke
Jogja, dan tiba kembali di kontrakan sekitar pukul 11 lewat.
Yogyakarta, 08 September
2019