Hal
yang paling sulit adalah saat kita harus berpikir positif di saat kondisi kita
tidak sedang baik-baik saja. Tak menyangka bisa masuk ke fase ini, fase overthinking
hampir tiap malam hingga memutuskan mengambil jeda dari hiruk pikuk dan mulai
belajar meditasi. Kadang saat diam, lagi sementara sholat, apalagi di saat meditasi
tiba-tiba saja menangis tanpa sebab. Mungkin ini yang dinamakan kesepian. Kesepian
ternyata senyata itu.
Dulu
pernah berucap kepada salah seorang teman "Kak, santai aja, toh nanti
setelah menikah akan ada pertanyaan yang tiada habisnya. Akan muncul pertanyaan
kapan punya anak, kapan nambah anak, dan pertanyaan demi pertanyaan yang tidak
ada habisnya". "Gapapa, nanti
ya nanti aja, yang jelas saya bisa segera berganti fase", jawabnya.
Ternyata
bukan pertanyaan yang membuat kita gusar, tapi memang ada "kebutuhan"
untuk bisa menjalin sebuah hubungan sakral dengan seorang pasangan, ingin ada
seseorang yang bisa menjadi kawan berbagi kegundahan, bertukar pikiran, dan berdiskusi.
Pada fase ini di saat teman-teman yang biasa nongkrong bersama, biasa
menghabiskan waktu bersama sudah mulai sibuk dengan prioritasnya masing-masing
di saat itu kita mulai merasa pahitnya "kesendirian dan kesepian",
itu yang tak dia katakan dan baru kumengerti setelah kumengalaminya sendiri.
Mungkin
ini alasan Allah menciptakan Siti Hawa agar Adam tak kesepian. Mungkin ya,
mungkiin. Hihihi
Tulisan
ini ditulis saat lagi kalut-kalutnya, masa di mana sholat pun tiba-tiba nangis,
diam pun tiba-tiba nangis, apalagi pas meditasi.
Saat
tulisan diunggah kondisi sudah jauuh lebih baik, hati lebih tenang dan lapang,
dan lagi kumpul bareng keluarga. Sungguh, selain nikmat rasa cukup, nikmat hati
yang tenang dan lapang merupakan sebuah anugerah yang sangat priceless.
Rumah,
24 Februari 2022