Minggu, 29 April 2018

Entah


Entah sejak kapan aku mulai memikirkanmu dengan intens
Entah sejak kapan aku selalu menunggu namamu terpampang di layar ponselku
Entah sejak kapan kau memproakporandakan isi hati dan pikiranku
Entah sejak kapan aku selalu berharap kau mendapat jaringan dan mengabariku
Entah sejak kapan aku mulai berdrama dengan rasaku sendiri

Apa ini kode yang kau kirimkan
Atau mungkin aku yang terlalu cepat menafsirkan obrolan absurd kita

Mungkin, karena factor umur yang akhirnya memaksa kita menjadi dewasa. Memaksa kita untuk mulai memikirkan kehidupan yang lebih dari sekedar haha hihi. Atau mungkin aku yang terlalu banyak merasa.
Sore tadi, tiba-tiba ada nomor baru menelfonku. Aku menjawabnya dengan semangat, kufikir itu salah satu telefon dari calon siswa yang ingin bertanya tentang kursusan. Sama seerti yang lalu-lalu. Tapi saat kau memberi salam, kutau itu adalah suaramu. Suara yang taka sing ditelingaku. Di sela kegiatanku input data difabel yang menjadi tanggung jawabku sore tadi, aku pun begitu bersemangat bercerita banyak hal kepadamu. Tentang temanmu yang beberapa hari lalu sempat main ke Jogja.

Namun, tak lama kemudian obrolan kita beralih ke obrolan tentang uang panaik. Entah sudah berapa kali kau bahas tentang ini, hingga aku pun jengah mendengarnya. Lagi lagi, obrolan kita tidak lepas dari bahas uang panaik. Entah maksudnya apa, entah kau menggodaku di umurku yang sudah tak muda lagi aku belum kelihatan hilal jodohnya, atau mungkin kau resah dan takut karena merasa tingkat pendidikanku akan berpengaruh besar terhadap uang panaikku nantinya. Tenang dear, tak perlu sekhawatir itu. Kalau memang jodoh, akan selalu ada jalan dari Allah untuk bersama. Aku pun selalu yakin, suatu saat nanti akan ada lelaki yang dengan gagah perkasa datang menghadap orang tuaku dan memintaku untuk menjadi calon ibu dari anak-anaknya. Tak perlu membuatku merasa bersalah, tak perlu mendoktrinkan mahalnya uang panaik ke otakku. Karena aku pun tak kuasa menolak hal itu. Aku terlahir dan dibesarkan dalam budaya dengan konsep tersebut, dan itu sudah menjadi budaya yang tidak bisa dihilangkan. 

Ah, tulisan sudah semakin tak karuan.

Selamat tidur, selamat istirahat.

Sudut kamar, 29 April 2018. 21:30 WIB

Rabu, 18 April 2018

Hei, Kamu!!!


Hai, kamu!
Aku rindu
Aku rindu ingin bercerita denganmu
Tentang diriku dan aktifitasku
Tentang orang-orang yang kutemui
Tentang hal-hal kecil yang membahagiakan
Tentang hal-hal sepele yang kupermasalahkan
Tentang masalah-masalah gak penting yang kutangisi
Dan tentang banyak hal

Hai, kamu!
Aku rindu
Aku rindu ingin mendengar ceritamu
Tentang anak pelosok yang sudah mulai bisa membaca
Tentang kehidupanmu di pedalaman yang sarat akan makna
Tentang teman-teman pengabdianmu
Tentang masyarakat yang ada di tempat pengabdian
Dan tentang banyak hal yang perlahan tapi pasti membentukmu menjadi seseorang yang begitu luar biasa

Hai, kamu!
Malam ini, aku bertemu dengan teman penempatanmu di salah satu program pengabdian tahunan yang pernah kau ikuti. Bertemu dengannya, mengecas kembali energiku yang belakangan ini menguap. Kegiatan yang tiada henti, 24 jam sehari, 7 hari seminggu telah merenggut waktu-waktu senggang yang dulu sering kupakai berleha-leha. Kegiatanku belakangan ini begitu padat, bahkan hari libur pun hanyalah mitos semata. Semua hari menjadi weekday. Setelah bertemu dengan temanmu, energiku kembali full lagi. Cerita tentang pengabdian, cerita tentang anak pelosok selalu saja memberikan energi yang begitu besar untuk kembali bersemangat. Memunculkan niat dan keinginan yang berusaha kupendam untuk kembali mengabdi di daerah pedalaman.

Hai, kamu!     
Bagaimana kabarmu? Lagi apa sekarang? Sudah makan belum? Kapan ke kota lagi? Kapan dapat jaringan lagi? Kapan menghubungiku lagi untuk sekedar bertukar cerita tentang aktifitas yang kita lalui, tentang hal-hal kecil sederhana yang membahagiakan kita. Bertemu dan bertukar cerita dengan temanmu saja membuatku  on fire apatah lagi kalau bertemu dan bertukar cerita denganmu. Hihihihi

Hai, kamu!
Jaga kesehatan, jaga kebahagiaan. See you soon

Serba Serbi 2024

Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...