Sebelum tidur, benar-benar sudah pasrah sepasrah-pasrahnya, berserah kalau masih harus lanjut menjalani proses pembelajaran saya Ikhlas ya Allah. Karena toh ketika kita sudah sampai di titik terendah, tidak ada pilihan lain selain bertumbuh naik ke atas. Dada terasa nyeri, nafas sesak dan baru kali ini merasa cukup lama menghadapi panic attack dan anxiety. Berulang kali melatih nafas tapi dada masih terasa sesak. Cukup banyak trigger yang muncul, di satu sisi bersyukur karena semuanya naik ke permukaan dan siap untuk diproses dan ditransformasi.
Allah, Sang Maha membolak-balikkan hati.
Entah bagaimana hidupku di Juli jika bukan Allah yang bantu kuatkan.
Pagi di awal Agustus, meski tidur hanya beberapa jam karena begadang, efek minum kopi kemarin siang, tapi saat bangun hati dan perasaan begitu lapang. Saat membuka mata langsung memohon doa kepada Allah agar menguatkan dan menjadikan Agustus bulan yang jauh lebih baik, penuh berkah dan rahmat, penuh kebaikan dan kebahagiaan, dan Alhamdulillah pagi ini tersadar dalam keadaan hati yang begitu tenang. Saat sholat pun masih menangis, kali ini bukan lagi tangisan yang menyesakkan dada, tapi tangisan penuh syukur atas segala nikmat tenang dan lapang yang menyelimuti perasaan. Sungguh, Allah Sang Maha membolak-balikkan hati.
Solusinya adalah sujud, kalimat yang terdengar klise, tapi efeknya begitu nyata. Seberapa sering pun saya mencoba membuat formula saat hati merasa gundah gulana, tapi formula tersebut tak pernah bisa saya gunakan saat rasa merana itu melanda. Satu-satunya hal yang bisa mengubah semuanya adalah pertolongan Allah. Sujud yang panjang, tanpa memohon apa pun hanya berserah dan menangis mengharapkan cinta kasih-Nya, limpahan berkah dan Rahmat-Nya, semua itu yang bisa merubah segala kekhawatiran menjadi ketenangan. Sekarang baru mulai mengerti kenapa sholat dijadikan Solusi untuk segala macam permasalahan, karena di saat itu pertolongan Allah terasa sangat dekat.
Sering kubahas dengan teman saat ada yang curhat, untuk berserah, untuk melibatkan Allah, meminta pertolongan Allah. Namun, saya sering lupa melakukannya, menganggap diri cukup kuat untuk menghadapi semua hal yang terjadi. Ketika berserah, ketika memasrahkan semua dan meminta pertolongan Allah, dalam sujud dan doa, di saat itu Allah hadir merangkul dengan cinta kasihnya dan dengan mudah Allah bisa mengubah lara menjadi bahagia, duka menjadi suka.
Setelah menjalani ritual pagi, kuambil hp dan membaca info di grup terkait penerimaan pengajar BIPA luar negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan. Segala hal yang terasa abu-abu, segala kekhawatiran, perlahan sirna tergantikan dengan harapan dan semangat. Entah bagaimana jalannya ke depan tapi harapan itu mulai menampakkan sinarnya kembali.
Sore harinya menikmati suasana indah Pantai Bosowa bersama keluarga sambil berendam memandangi matahari tenggelam, lanjut menikmati similir angin malam sambil bercengkrama di pinggir pantai. Semua kembali indah dan menenangkan. Badai seakan sudah perlahan menjauh, tergantikan dengan hangatnya perasaan dan tenangnya jiwa.
Gak lagi-lagi deh Tuhan mempertanyakan hati yang tenang ini “apakah betul-betul ketenangan atau ujian”, gak lagi-lagi. Beberapa waktu yang lalu, sempat mempertanyakan perasaan tenang yang dimiliki karena merasa I don’t deserve this, merasa begitu damai dan tenang bahkan saat masalah datang silih berganti. Mempertanyakan apakah ini betul-betul ketenangan dari Allah yang kuminta setiap waktu, ataukah ini adalah ujian. Mungkin karena meragukan dan mempertanyakan itu akhirnya perasaan tenang itu dibalikkan menjadi perasaan gelisah dan gundah, ternyata rasanya sangaat tidak nyaman. Gak lagi-lagi meragukan, gak lagi-lagi mempertanyakan. Saatnya belajar membiasakan diri dengan segala ketenangan dan kenyamanan, menerima bahwa I deserve it.
Terima kasih ya Allah untuk segala lyfe lessonnya. Love you Allah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar