Bagaimana jika bukan kamu?
Masihkah kita akan telefonan berjam-jam untuk membicarakan sesuatu yang absurd.
Bagaimana jika bukan kamu?
Masihkah kita akan nyambung membicarakan rencana-rencana yang telah kita susun.
Bagaimana jika bukan kamu? Masihkah ada diskusi-diskusi hangat tentang anak negeri yang betah kita diskusikan hingga beradu pendapat.
Bagaimana jika bukan kamu?
Masihkah kita bersemangat untuk saling berkirim kabar satu sama lain.
Ah, aku tak bisa membayangkan jika nanti ternyata bukan kamu yang Tuhan gariskan untukku.
Aku tenggelam dalam rasa nyaman. Terlena dengan visi misi dan goals hidup yang sering kita bicarakan.
Aku tak bisa membayangkan jika saja bukan kamu yang kelak menemaniku menghabiskan masa tua.
Partner yang stabil katanya adalah partner hidup, dan harapku semoga saja nanti partner hidupnya itu, kamu.
Selasa, 09 April 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Serba Serbi 2024
Siang ini, 30 Desember, menepi dari segala keriuhan dan memilih nongkrong di sebuah kafe favorit di tengah Kota Makassar, mencoba memesan ma...
-
Baru 2 bulan kuliah aja, identitasnya udah ilang. Kartu identitas ya. Sebiji kartu penanda untuk meyakinkan orang-orang kalo aku udah mahas...
-
Tulisan ini berangkat dari sebuah keresahan pribadi, melihat begitu rumitnya proses menuju yudisium hingga tak sedikit mahasiswa yang mesti...
-
PLISSSS, jangan masuk di Mapala kalau kesehatan (jiwa)mu tidak mau terganggu. Hidup dalam sebuah lingkaran dengan berbagai stigma neg...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar